Bila Indonesia dapat mencapai standar mutu UE, produk Indonesia mudah diterima pasar dunia karena terbukti kualitasnya.
Oleh
LARASWATI ARIADNE ANWAR
·3 menit baca
Hubungan Indonesia dengan Uni Eropa dekat. Selain membawa persahabatan, kedekatan itu juga membawa sejumlah perbedaan pendapat. Akan tetapi, kedua belah pihak memutuskan tetap optimistis dan fokus kepada hal-hal yang sama-sama dibutuhkan untuk kebaikan semua.
Hal itu diutarakan oleh Denis Chaibi, Duta Besar Uni Eropa (UE) untuk Indonesia, Senin (11/12/2023), di Jakarta. ”UE dan Indonesia saling membutuhkan di aspek-aspek selain perdagangan dan investasi. Di tengah zaman sulit seperti sekarang, penting bagi negara-negara demokrasi untuk merapatkan barisan,” kata duta besar yang baru memasuki bulan ketiga masa jabatannya.
Ia menjelaskan, hubungan Indonesia dengan UE selama beberapa tahun belakang didominasi berita mengenai Perjanjian Kemitraan Komprehensif Indonesia-UE (IEU-CEPA) yang seolah tak kunjung selesai. Menurut Chaibi, negosiasi diharapkan bisa selesai sebelum masa pemerintahan Presiden Joko Widodo berakhir.
Sejauh ini, sudah ada 16 rapat antara Indonesia dan UE membahas IEU-CEPA. Ini belum mencakup rapat-rapat sisipan untuk membahas hal-hal spesifik. Kendala terbesar yang dibahas ialah mengenai penerapan standar mutu UE.
Chaibi mengakui bahwa dalam masa-masa awal negosiasi, UE terkesan memaksa standar tersebut harus dipenuhi. Kini, pendekatannya mengambil langkah pemahaman dan pemaknaan.
”Eropa memiliki standar terbaik di dunia bukan demi memberatkan pihak lain, tetapi demi menjaga keberlanjutan ekonomi yang menomorsatukan manusia dan alam. Kami berusaha menjelaskan hal ini sebaik mungkin kepada dunia,” tutur Chaibi.
Ia berpendapat, apabila Indonesia bisa mencapai standar mutu UE, produk Indonesia bisa dengan mudah diterima di pasar dunia karena terbukti kualitasnya. Indonesia dalam pandangan UE juga dinilai mampu mencapai taraf tersebut.
Maju bersama
Terlepas dari ganjalan teknis itu, Chaibi mengatakan Indonesia dan UE terus optimistis bahwa kerja sama di berbagai aspek bisa dilakukan dan dikembangkan dengan maksimal.
”Daripada kita tersandera hal-hal teknis, Indonesia dan UE fokus kepada kemauan politik bersama untuk maju dan mencari wadah yang bisa dimanfaatkan untuk kesejahteraan bersama. Pembahasan IEU-CEPA itu sendiri pun terus memiliki kemajuan walaupun sedikit demi sedikit,” ujar Chaibi.
Ia menuturkan, UE lebih banyak berniaga dengan Malaysia ketimbang Indonesia. ”Ini angka yang tidak masuk akal karena Indonesia adalah pasar dan produsen yang paling besar di Asia Tenggara. Kita semua harus meningkatkan perdagangan dan investasi,” ucapnya.
Salah satu tugas Kedutaan Besar UE di Jakarta ialah mempromosikan Indonesia sebagai tempat yang ideal bagi para penanam modal di Eropa. Bagi Indonesia, investasi dari Eropa, selain bisa meningkatkan kompetensi dan penguasaan teknologi, juga membangun iklim produksi yang berkelanjutan terhadap lingkungan.
Isu Palestina
Kesamaan lain Indonesia dan UE ialah dukungan terhadap kemanusiaan di Palestina. Di awal pecahnya perang Israel dengan Hamas pada 7 Oktober lalu, UE sempat terkesan pecah karena Perancis dan Spanyol menekankan agar bantuan sosial untuk Palestina tidak dihentikan. Sebaliknya, ada beberapa negara anggota UE yang pejabatnya berkomentar kepada media bahwa UE akan menangguhkan santunan.
Chaibi menjelaskan, dinamika di UE tersebut sebagai hal yang wajar di dalam organisasi kawasan yang demokratis. Setiap negara anggota berhak mengemukakan pendapat. Akan tetapi, sikap UE sebagai organisasi kawasan beranggotakan 27 negara itu tecermin pada pernyataan Presidium Eropa, Dewan Eropa, dan Parlemen Eropa.
UE selama ini, lanjut Chaibi, adalah penderma terbesar untuk masyarakat Palestina. Kedekatan ini yang membuat UE bisa berbicara langsung dengan Palestina, Israel, dan Mesir guna membantu terwujudnya jeda kemanusiaan. Komunikasi terus digalakkan agar bantuan bisa disalurkan ke Gaza.
Jumat pekan lalu, UE mengumumkan bantuan sebesar 200 juta euro untuk Gaza atau dua kali dari dana awal. ”Pekan lalu, saya dan para rekan dubes Eropa di Indonesia bertemu dengan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi guna membahas pemberian bantuan kemanusiaan ke Gaza,” tutur Chaibi.