Serangan China Paksa Filipina Hentikan Pengiriman Paket Natal
Kapal-kapal China menyemprot dan membuntuti kapal-kapal Filipina di sekitar Spratly. Manila-Beijing saling menuding soal pihak yang membahayakan kawasan.
Oleh
HELENA FRANSISCA NABABAN
·2 menit baca
MANILA, SENIN — Filipina memutuskan menghentikan paket Natal ke pos terluar Filipina di Laut China Selatan. Penghentian dilakukan menyusul tiga insiden antara kapal penjaga pantai China dan Filipina pada akhir pekan lalu.
Penghentian pengiriman paket itu dilaporkan media Filipina, The Inquirer dan ABS-CBN, Senin (11/12/2023). Pengiriman dilakukan koalisi masyarakat sipil Filipina, Atin Ito, dengan sejumlah kapal. Dari Manila pada Jumat (8/12/2023), sejumlah kapal sipil Filipina berlayar ke Karang Ayungin, Pulau Patag, dan Pulau Lawak.
Penanggung jawab komunikasi Atin Ito, Emman Hizon, mengatakan bahwa konvoi mereka terpaksa mengganti haluan ke Palawan pada Minggu (10/12/2023). Pemimpin misi itu, Rafaela David, memutuskan pelayaran tidak dilanjutkan.
”Berdasarkan pengalamannya (David) dan mempertimbangkan keadaannya, sudah tidak aman lagi untuk melanjutkan misi. Kami terus dibayangi kapal China,” ujar Hizon.
Pertimbangan David antara lain dua insiden terpisah sepanjang akhir pekan lalu. Kapal-kapal penjaga pantai China menyemprot kapal-kapal penjaga pantai dan Angkatan Laut Filipina. Manuver seperti itu sudah beberapa kali dilakukan kapal-kapal China terhadap kapal-kapal Filipina.
Menurut Biro Perikanan dan Sumber Daya Perairan Filipina, tindakan China itu dinilai paling agresif tahun ini. Akibatnya, peralatan tiga kapal biro itu rusak dalam insiden tersebut.
Biro juga menuding ada kapal China yang memakai pemancar suara pengganggu. Sebab, awak kapal-kapal biro melaporkan gangguan pendengaran dan tekanan pada jaringan saraf.
Sementara juru bicara penjaga pantai China, Gan Yu, menegaskan, tindakan China merupakan tindakan beralasan, legal, dan profesional. Gan juga mengatakan, China akan terus melakukan operasi semacam itu.
Bahkan, China menuding Filipina sengaja memancing ketegangan. Penyemprotan dengan air adalah tindakan terakhir kapal-kapal China. Sebelum penyemprotan, ada komunikasi radio hingga peringatan lewat pelantang.
Bagi China, Karang Ayungin dikenal sebagai Ren’ai. Seperti hampir seluruh Kepulauan Spratly, Ren’ai juga dianggap China wilayah teritorialnya. Komunitas internasional, termasuk lewat putusan Mahkamah Arbitrase Internasional, menolak klaim itu.
Reaksi
Dalam pernyataan di media sosial, Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr menegaskan, negaranya tidak terpengaruh oleh insiden pada akhir pekan itu. ”Agresi dan provokasi penjaga pantai China dan kapal milisi maritim China terhadap kapal dan personel Filipina semakin menguatkan tekad untuk mempertahankan dan melindungi kedaulatan negara, hak kedaulatan, dan yurisdiksi di Laut Barat Filipina,” tegas Marcos.
Duta Besar AS di Manila, MaryKay Carlson, mengecam tindakan China itu. ”Perilaku China itu mencederai hukum internasional dan membahayakan hidup dan kehidupan,” tulis Carlson di media sosial.
Gugus Tugas Pemerintah Filipina dalam sebuah pernyataan menegaskan, cara-cara China yang konsisten dan sistematis melakukan manuver ilegal dan membahayakan justru menimbulkan keraguan. Filipina mempertanyakan ketulusan Pemerintah China yang menyerukan dialog damai. ”Kami menuntut Pemerintah China untuk menunjukkan bahwa mereka anggota komunitas internasional yang bertanggung jawab dan dapat dipercaya.” (AP/AFP)