Israel dituntut melindungi warga Palestina yang mengungsi ke Gaza selatan. Tidak ada tempat yang aman di Gaza.
Oleh
MAHDI MUHAMMAD, LUKI AULIA
·4 menit baca
KOTA GAZA, SENIN — Dunia mendesak Israel untuk memberikan perlindungan maksimal terhadap warga Gaza. Sejak Israel menggelar serangan lanjutan, jumlah korban sipil kembali meningkat. Desakan terbaru justru datang dari Jerman, salah satu negara yang bersama Amerika Serikat sejauh ini mendukung langkah Israel.
”Terlalu banyak warga sipil terbunuh dalam perang ini. Sesuatu yang kami harapkan dari Israel adalah mereka tidak hanya mendesak warga sipil untuk meninggalkan zona bahaya, tetapi mereka juga harus bisa mencari tempat berlindung yang aman,” kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Jerman Sebastian Fischer, Senin (4/12/2023).
Fischer lantas mengingatkan Israel agar menghindari jatuhnya korban sipil serta patuh pada hukum humaniter internasional. Desakan itu disampaikan hampir bersamaan dengan masuknya pasukan darat Israel ke wilayah selatan Gaza.
Desakan untuk meminimalkan korban sipil juga disampaikan anggota senior Partai Demokrat AS, Bernie Sanders, dan sejumlah politisi Demokrat lainnya. Dia mengingatkan kabinet Presiden Joe Biden, pemberian bantuan militer bagi Israel harus dibarengi dengan tindakan nyata militernya untuk mengurangi jatuhnya korban sipil Palestina.
”Sudah waktunya AS menggunakan pengaruh substansialnya. Pendekatan cek kosong harus diakhiri,” kata Sanders. Desakan ini disampaikan Sanders pada kabinet Biden yang saat ini tengah meminta tambahan dana untuk paket bantuan militer senilai 106 miliar dollar AS. Selain untuk Israel, bantuan itu juga dikucurkan untuk Ukraina.
Sanders dan sejumlah senator Partai Demokrat berpendapat, militer Israel harus melakukan tindakan nyata untuk mengurangi korban warga sipil. ”Ada perbedaan besar antara meminta dan mendapatkan komitmen dari pemerintahan Netanyahu (Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu) soal strateginya untuk mengurangi korban sipil dan memperbaiki kondisi kehidupan di Gaza,” kata Senator Demokrat Maryland Chris Van Hollen kepada The Associated Press.
Van Hollen menjadi salah satu senator utama yang berdiskusi dengan pejabat pemerintah mengenai tuntutan tersebut. Van Hollen menegaskan, mereka ingin tindakan nyata dan bukan janji semata. ”Tujuan kami adalah mencapai hasil, bukan sekadar menetapkan ekspektasi,” ujarnya.
Pemerintah Israel disebut-sebut telah mendengarkan hal ini dan menyetujuinya. Salah satu langkah yang diambil adalah mengunggah peta daring di lingkungan warga Gaza. Unggahan itu adalah sinyal pemberitahuan bagi warga untuk segera berpindah sebelum serangan dilaksanakan.
Memperluas serangan
Dalam pernyataannya, IDF menyebut bahwa mereka telah melakukan 10.000 kali serangan udara ke sejumlah lokasi di Gaza. ”Pasukan Israel terus memperluas operasi daratnya untuk menghancurkan Hamas di Jalur Gaza. Di mana pun ada anggota Hamas, IDF akan beroperasi,” ujar juru bicara IDF, Daniel Hagari, Minggu.
Gaza selatan adalah wilayah yang semula dinyatakan Israel sebagai wilayah aman untuk mengungsi. Namun, setelah jeda kemanusiaan usai pada Kamis (30/11/2023), pertempuran kembali meletus. IDF langsung menyebut wilayah Gaza selatan akan jadi sasaran serangan.
Menurut keterangan sejumlah warga Gaza, lusinan tank, kendaraan tempur berat, dan kendaraan pengangkut personel Israel telah berada di Gaza selatan. Warga menyebut kendaraan tempur Israel telah berada di dekat Khan Younis, yang menjadi tempat mengungsi warga Gaza.
Seorang warga Gaza, Amin Abu Hawli (59), mengatakan, kendaraan tempur Israel hanya berjarak 2 kilometer dari kamp pengungsi di Khan Younis, tepatnya di Desa Al Qarara. Warga Gaza lain, Moaz Mohammad (34), mengatakan, konvoi tank, kendaraan tempur, dan kendaraan pengangkut personel melintas dari utara menuju selatan. Iring-iringan itu melalui Salah al-Din, jalan utama yang menghubungkan Gaza utara dan selatan.
”Tidak ada tempat yang aman di Gaza,” kata Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia Volker Turk. PBB memperkirakan 1,8 warga Gaza atau 75 persen populasi kota itu telah mengungsi.
Kejahatan perang
Sementara itu, Jaksa Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) Karim Khan, Senin, mengatakan, pihaknya akan mempercepat penyelidikan dugaan kejahatan perang di Israel dan Palestina.
ICC telah menerima permintaan dari Afrika Selatan, Bangladesh, Bolivia, Komoro, dan Djibouti untuk menyelidiki situasi di Palestina atas dugaan kejahatan perang yang dilakukan sejak 13 Juni 2014. Penyelidikan ICC itu berlangsung jauh sebelum perang Gaza meletus.
Selain mengkaji serangan Israel di Gaza, Khan disebutkan juga memberi perhatian serius atas serangan Hamas ke Israel pada 7 Oktober lalu. Menurut dia, serangan terhadap warga sipil Israel juga mengindikasikan adanya kejahatan serius. Ia menegaskan, tim jaksa penuntut ICC akan berupaya menahan mereka yang bertanggung jawab dan mempertanggungjawabkan tindakannya di depan pengadilan.
Khan berkunjung ke Israel, Kamis (30/11/2023), atas undangan keluarga para korban serangan Hamas. Khan juga menyempatkan diri bertemu dengan Presiden Palestina Mahmoud Abbas di Ramallah.
Meski demikian, ada sejumlah pihak yang tidak sepakat dengan pendekatan Khan. Organisasi hak asasi manusia Palestina, ICHR, menolak bertemu dengan Khan setelah menilai bahwa jaksa itu tidak bersikap independen dan cenderung berpihak kepada Israel.
”Sebagai organisasi hak asasi manusia Palestina, kami memutuskan untuk tidak bertemu dengannya. Saya pikir kunjungan ini menunjukkan bahwa cara Khan menjalankan pekerjaannya tidak independen dan profesional,” kata Direktur ICHR Ammar Al-Dwaik. (AP/AFP/REUTERS)