Angka Kelahiran Terus Menurun, Ribuan SD di Korsel Terancam Ditutup
Ribuan sekolah dasar di Korea Selatan terancam ditutup atau digabung. Ini salah satu dampak ikutan akibat angka kelahiran di negara itu yang terus menurun.
Oleh
HELENA FRANSISCA NABABAN
·3 menit baca
SEOUL, SENIN — Korea Selatan menghadapi angka kelahiran yang terus turun dalam 20 tahun terakhir. Dampaknya, jumlah siswa baru pada tingkat sekolah dasar anjlok. Pada 2024 diperkirakan jumlah siswa baru kurang dari 400.000 anak.
Lembaga penelitian Korean Educational Development Institute (KEDI) memperkirakan, akibat penurunan angka kelahiran itu, ribuan sekolah dasar terancam ditutup atau dilebur pada 2025.
Kantor berita Korea Selatan, Yonhap, Minggu (3/12/2023), melaporkan, penurunan jumlah siswa baru di level sekolah dasar itu merupakan yang pertama secara nasional. Menurunnya jumlah siswa baru pada 2024 bisa dilihat dari jumlah kelahiran pada 2017.
Pada 2017, berdasarkan data Statistik Korea, terdapat 357.771 kelahiran. Artinya, kalaupun seluruh anak yang lahir pada 2017 mendaftar sekolah dasar pada tahun ajaran 2024, jumlahnya kurang dari 400.000 siswa.
Yonhap membandingkan jumlah siswa baru itu dengan siswa pada 2023. Pada 2016 terdapat 406.243 kelahiran. Yang mendaftar pada tahun ajaran 2023 sebanyak 401.752 anak.
Angka siswa baru secara nasional juga diperkirakan bakal turun terus karena jumlah kelahiran di Korsel setelah tahun 2017 hingga 2022 anjlok. Data Statistik Korea Selatan menyebutkan, pada 2018 angka kelahiran turun dari 357.771 jiwa menjadi 328.820 jiwa.
Pada 2020, angka kelahiran di negara itu kembali turun menjadi 272.337 jiwa. Pada 2021 dan 2022, angka kelahiran tersebut turun terus menjadi secara berurutan menjadi 260.560 jiwa dan 249.000 jiwa.
Isu penurunan jumlah siswa sekolah dasar ini menjadi perhatian pemerintah. Data resmi pemerintah menyebutkan, pada 2026 jumlah siswa sekolah dasar secara total diperkirakan 2,2 juta orang. Angka itu turun 17,5 persen dari jumlah total siswa sekolah dasar pada 2021 yang sebanyak 2,67 juta anak.
The Granite Tower (GT) edisi 3 Maret 2023 melaporkan, KEDI atau Institute Pengembangan Pendidikan Korea pada 31 Oktober 2022 membuat kalkulasi terkait ”indeks sekolah dasar yang mengecil” dengan memprediksi jumlah siswa baru yang mendaftar di sekolah dasar.
Berangkat dari prediksi jumlah siswa baru di sekolah dasar, KEDI menyebutkan, pada 2025 diperkirakan ada 1.657 sekolah atau 26,3 persen dari total jumlah sekolah dasar di Korsel terancam ditutup atau dilebur dengan sekolah dasar lainnya.
Media Nikkei Asia edisi 22 Februari 2023 melaporkan, penurunan angka kelahiran di Korsel berkaitan dengan tingkat kelahiran Korsel yang jatuh menjadi 0,78 pada 2022. Dengan angka 0,78, diharapkan untuk setiap 100 perempuan akan ada 78 kelahiran.
KEDI menyebutkan, pada 2025 diperkirakan ada 1.657 sekolah atau 26,3 persen dari total jumlah sekolah dasar di Korsel terancam ditutup atau dilebur dengan sekolah dasar lainnya.
Tingkat kelahiran Korsel menempati posisi terbawah di antara 38 negara anggota Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD). Tingkat kelahiran Korsel juga jauh di bawah Jepang yang tercatat pada 1,3 dan China 1,18.
Rendahnya angka kelahiran berkaitan dengan semakin enggannya generasi muda Korsel untuk menikah karena kurangnya pekerjaan yang berkualitas, tingginya biaya perumahan, hingga persaingan di bidang pendidikan. Tahun lalu jumlah pernikahan di Korsel tercatat 191.687 saja.
”Menurunnya angka pernikahan berdampak pada tingkat kelahiran. Menurut perkiraan tahun 2020 tentang populasi masa depan, total tingkat kelahiran pada 2024 akan turun pada 0,7 sebelum pelan-pelan kembali,” kata Lim Young-il, Direktur Badan Statistik Pemerintah.
Pemerintah Korsel sudah berupaya meningkatkan angka kelahiran. Pemerintah Kota Seongnam, misalnya, sampai menggelar acara perjodohan bagi anak-anak muda warganya yang berusia 20-30 tahun.
Tahun ini sudah lima kali acara perjodohan digelar di kota Seongnam. Hasilnya, 198 peserta dari total 460 menjadi pasangan. Mereka yang menjadi pasangan diharapkan akan menikah dan punya anak.
Dalam upaya membantu pasangan muda agar mau mempunyai anak lebih banyak, pemerintahan Presiden Korsel Yoon Suk Yeol juga memberi subsidi 700.000 won atau 540 dollar AS per bulan bagi keluarga dengan anak berusia kurang dari setahun. Subsidi ini akan naik hingga 1 juta won pada 2024. (REUTERS)