Vietnam dan China Bahas Revitalisasi Jalur Kereta Kunming-Haipong
Pemerintah Vietnam dan China tengah mendiskusikan rencana revitalisasi jalur kereta api Kunming-Hanoi-Haipong. Bagian dari perluasan pengaruh China di kawasan via Prakarsa Sabuk dan Jalan (BRI).
Oleh
MAHDI MUHAMMAD
·4 menit baca
HANOI, JUMAT — China terus menjajaki peluang untuk meningkatkan keberadaannya di Vietnam. Salah satu langkah yang diambil adalah mendorong kerja sama dalam bidang infrastruktur di Vietnam. Yang terbaru adalah rencana peningkatan pengembangan jaringan kereta api yang menghubungkan Kunming di China bagian selatan dan Haipong di Hanoi.
Beberapa pejabat dan diplomat kedua negara kepada Reuters mengatakan, wacana itu menjadi bagian dari persiapan kedatangan Presiden China Xi Jinping ke Hanoi beberapa pekan lagi. Upaya mempererat hubungan dengan Vietnam, termasuk wacana pengembangan jalur kereta api itu, kian menegaskan posisi strategis Vietnam dalam rantai pasok global. Posisi tersebut juga dilihat oleh Amerika Serikat.
Secara khusus, wacana terkait pengembangan jalur kereta api dan hubungan dagang dibahas oleh Menteri Luar Negeri China Wang Yi saat bertemu Wakil Perdana Menteri Vietnam Tran Luu Quang, Jumat (1/12/2023).
Minat mengembangkan jalur kereta api itu pernah disampaikan Perdana Menteri Vietnam Pham Min Chin bulan lalu. Ia menyampaikannya seusai menerima kunjungan Menteri Perdagangan China Wang Wentan.
Jalur lama
Jalur kereta api yang menghubungkan Hanoi dan beberapa kota di wilayah selatan China sudah ada sejak awal 1900-an. Jalur itu menghubungkan kota Kunming di Provinsi Yunnan (China selatan) dengan Haipong, melalui kota Lao Cai, di utara Vietnam. Jalur kereta itu memiliki jarak sekitar 855 kilometer.
Karena jalur kereta itu sudah berusia lebih dari satu abad, kereta tidak bisa difungsikan lagi. Kereta dari Kunming harus berhenti di kota Hekou di perbatasan. Barang-barang yang diangkut oleh kereta itu lantas dipindahkan melalui jalur darat, begitu juga sebaliknya.
Dorongan untuk merevitalisasi jalur ini sebenarnya pernah disampaikan Xi saat berkunjung ke Hanoi pada 2017. Bahkan, mengutip laman Lowy Institute, sebuah lembaga think tank Australia, kedua pihak telah membahas revitalisasi itu sejak 2008. Tim survei yang dibentuk kedua negara juga telah melakukan kajian antara 2015 dan 2019. Cetak biru sudah dihasilkan. Nantinya jalur kereta api baru yang menghubungkan kedua negara akan berjarak sekitar 392 kilometer dengan 38 stasiun.
Akan tetapi, rencana itu baru didiskusikan kembali saat Pham bertemu Xi di Balai Agung Rakyat di Beijing pada akhir Juni 2023. Di sana, Pham tidak hanya berbicara mengenai kelanjutan revitalisasi jalur kereta api Kunming-Haipong saja. Dalam kesempatan tersebut, Pham juga berbicara soal kemungkinan pengembangan jalur kereta api cepat Vietnam-China. Langkah itu untuk mendorong perdagangan produk-produk Vietnam-China serta hubungan industri yang lebih luas bagi kedua negara.
Pada pertemuan itu, Xi, dikutip dari laman media Vietnam Vnexpress, menyambut baik usulan Pham. Xi menyebut bahwa Beiing telah menganggap Vietnam sebagai prioritas kebijakan luar negeri China dan ingin meningkatkan hubungan strategisnya dengan negara tersebut. Wujudnya, antara lain, mengimpor barang produksi Vietnam serta memperkuat konektivitas melalui pengembangan infrastruktur kereta api, jalan raya, dan perbatasan.
Lampu hijau dari Xi itu disambut antusias oleh Hanoi. Pada Agustus 2023, sejumlah pemimpin perusahaan kereta api China, China Railway Engineering Corporation (CREC), dan Power China melakukan pertemuan khusus dengan Pham di Nanning, Provinsi Guangxi, China. Pimpinan CREC Chen Yun Chen, dalam kesempatan itu, menyatakan keinginan perusahaannya untuk terlibat dalam proyek revitalisasi jalur kereta api di Vietnam, khususnya koridor Lao Cai-Hanoi-Haipong, bagian dari jalur Kunming-Haipong.
CREC adalah kontraktor utama jalur kereta api metro Vietnam yang menghubungkan Cat Linh-Ha Dong di Hanoi. Bekerja sama dengan Power China, CREC juga berinvestasi dalam proyek pembangkit listrik tenaga angin di Provinsi Dak Nong dan pabrik ban di Provinsi Tien Giang.
Dalam pertemuan itu, dikutip dari laman media Vietnam Investorvn, Pham menjelaskan rencana pemerintah untuk mengembangkan jalur kereta api negara. Selain revitalisasi koridor Lao Cai-Hanoi-Hai Phong sepanjang 388 kilometer yang diperkirakan menelan biaya sekitar 11 miliar dollar AS, pemerintah juga berencana untuk mengembangkan jalur kereta cepat Hanoi-Ho Chi Minh di selatan yang berjarak 1.545 kilometer. Diperkirakan, jalur ini membutuhkan biaya hingga 62 miliar dollar AS.
Jalur kereta api yang direvitalisasi akan melewati sejumlah wilayah yang diduga menyimpan jutaan ton logam tanah jarang (rare earth). Menurut hasil Survei Geologi AS (USGS), Vietnam memiliki cadangan logam tanah jarang terbesar kedua di dunia setelah China dengan total cadangan diperkirakan sebesar 22 juta ton, setara dengan 19 persen cadangan dunia yang diketahui.
Para pakar industri logam tanah jarang China dan Vietnam, pekan lalu, membahas kerja sama yang lebih kuat dalam pengolahan mineral tersebut.
Foto yang diambil pada 20 Februari 2020 memperlihatkan penumpukan truk pengangkut barang di Huu Nghi, China, yang menghubungkan dengan Provinsi Lang Son, Vietnam.
Seorang diplomat melihat, jalur kereta api yang akan direvitalisasi ditempatkan sebagai bagian dari Prakarsa Sabuk dan Jalan (BRI) China. Akan tetapi, belum jelas apakah jalur tersebut akan diberi label sebagai proyek BRI atau tidak.
Revitalisasi jalur ini diperkirakan akan mendorong ekspor produk Vietnam ke China serta peningkatan jumlah wisatawan untuk kedua negara. Revitalisasi jalur ini juga dipandang sebagai simbiosis dengan industri manufaktur Vietnam yang tengah berkembang, yang membutuhkan pasokan komponen dari daratan China. (Reuters)