Mengungkap Misi Rahasia Qatar Menjaga Jeda Kemanusiaan Gaza
Mossad mengungkap keberadaan tim Qatar di Tel Aviv. Badan intelijen Israel itu mengungkap keberadaan tim Doha kala sebagian besar anggota delegasi sudah kembali ke Qatar.
Oleh
KRIS MADA
·3 menit baca
Baru berlangsung sehari, jeda kemanusiaan di Gaza terancam berantakan. Qatar sebagai penengah utama perundingan membuat keputusan cepat: mengirimkan pejabat intelijen ke Tel Aviv. Sampai kesepakatan tercapai, lawatan itu dirahasiakan.
Jet pembawa para pejabat itu mendarat di Bandara Ben Guiron, Israel, pada Sabtu (25/11/2023). Pesawat itu tiba beberapa jam setelah ada indikasi Israel-Hamas tidak tunduk pada kesepakatan jeda kemanusiaan. Jeda yang dirundingkan lebih dari sebulan itu dimulai pada Jumat (24/11/2023).
Sebelum mengirim rombongan petinggi intelijen, Qatar menyediakan ruang komunikasi khusus di Doha. Ruang itu berfungsi menjembatani komunikasi langsung dan seketika di antara Hamas dan Israel selama jeda berlangsung.
Rupanya, komunikasi di ruang itu dinilai tetap cukup untuk menjaga kelangsungan penghentian pertempuran di Gaza. Di hari pertama jeda, militer Israel dilaporkan menembaki warga sipil Gaza. Aparat Israel juga meningkatkan serbuan ke rumah-rumah warga sipil di Tepi Barat.
Sementara Hamas mengeluhkan sedikitnya jumlah pasokan bantuan kemanusiaan ke Gaza utara. Dari janji 200 truk sehari, hanya 137 truk tiba di hari pertama dan 187 truk di hari kedua.
Melihat perkembangan itu, Doha memutuskan harus mengirimkan tim untuk berbicara langsung dengan Israel di Tel Aviv. Sementara dengan Hamas, pembicaraan dilakukan ke kantor perwakilan di Doha. Kantor itu dibuka sejak 2012. Pemimpin tertinggi Hamas, Ismail Haniyeh, sudah bertahun-tahun tinggal di Qatar.
Menurut Doha, Amerika Serikat meminta Qatar menyediakan saluran komunikasi Washington dengan berbagai pihak. Karena itu, Qatar mengizinkan Hamas membuka perwakilan di Doha.
Izin serupa diberikan antara lain ke Taliban dan Ikhwanul Muslimin. Memang, setelah berdamai dengan Arab Saudi dan sekutunya di kawasan, belakangan Doha meminta IM keluar dari Qatar.
Kunjungan pejabat
Meski bisa berkomunikasi dengan perwakilan Hamas di Doha, Qatar tetap kurang yakin. Maka, Wakil Menteri Kerja Sama Internasional Qatar Lolwah Al-Khatir mendatangi Gaza pada Minggu. Perempuan diplomat itu menemui sejumlah orang di Gaza yang hancur lebur akibat serangan Israel sejak 8 Oktober 2023.
Al-Khater tiba sehari setelah para petinggi Qatar mulai berunding dengan Israel di Tel Aviv. Awalnya, lawatan ke Tel Aviv tidak diumumkan. Meski berkomunikasi diam-diam hampir 30 tahun, Qatar tidak punya hubungan resmi dengan Israel. Sampai sekarang, Qatar tidak mengakui kedaulatan Israel.
”Semua ini tidak pernah terjadi sebelumnya. Ada pejabat Qatar datang ke Israel secara resmi. Memang, awalnya (kunjungan) dirahasiakan,” kata peneliti Institute for National Security Studies di Tel Aviv, Yoel Guzansky.
Doha adalah satu-satunya kekuatan yang benar-benar punya daya tawar tinggi pada Hamas. Tidak hanya menyediakan kantor penghubung, Doha praktis menjadi penyandang dana utama untuk operasional Gaza. Karena itu, Qatar didengar Hamas maupun Israel.
Tel Aviv mau mendengar Doha karena Qatar adalah sekutu penting Amerika Serikat, pendukung utama Israel. Pangkalan terbesar AS di Timur Tengah berada di Qatar. Dari pangkalan di Qatar, AS menjalankan aneka operasi di Timur Tengah. Operasi itu penting untuk menyokong keamanan Israel.
Pengumuman intelijen
Lawatan pada Sabtu itu sukses menjaga jeda kemanusiaan di Gaza. Bahkan, pada Senin malam waktu setempat, Doha mengumumkan perpanjangan jeda sampai Rabu.
Beberapa jam sebelum pengumuman perpanjangan jeda, Mossad mengungkap keberadaan tim Qatar di Tel Aviv. Badan intelijen Israel itu mengungkap keberadaan tim Doha kala sebagian besar anggota delegasi sudah kembali ke Qatar. Hanya sebagian tetap tinggal di Tel Aviv untuk menjaga saluran komunikasi tetap terbuka. ”Kami membutuhkan Qatar,” kata Guzansky.
Mantan Duta Besar AS di Qatar Patrick Theros mengatakan, Washington dan sekutunya di kawasan memang pernah memprotes keputusan Qatar menampung Hamas, IM, dan Taliban. Di lain kesempatan, AS juga mendapat manfaat dari keputusan Qatar itu.
Salah satu manfaat itu sedang dirasakan saat ini. Israel-Hamas setuju berunding dan sebagian hasilnya sudah diterapkan. (AP/REUTERS)