Kebanjiran Migran, Finlandia Tutup Perbatasan dengan Rusia
Pemerintah Finlandia memutuskan menutup sejumlah perbatasannya karena kebanjiran migran yang datang dari arah Rusia.
Oleh
MAHDI MUHAMMAD
·4 menit baca
HELSINKI, KAMIS — Finlandia memutuskan untuk menutup beberapa pintu perbatasannya dengan Rusia guna mencegah masuknya imigran tak berdokumen yang datang dari arah wilayah teritorial Rusia. Tindakan ini disesalkan oleh Moskwa.
Keputusan itu disampaikan Perdana Menteri Finlandia Petteri Orpo, Rabu (22/11/2023) malam waktu setempat. Ia mengatakan, penutupan empat titik penyeberangan yang berbatasan langsung dengan Rusia pekan lalu tidak mencegah ratusan imigran tak berdokumen yang datang dari wilayah Rusia untuk menyeberang ke Finlandia.
”Sayangnya, tindakan itu (penutupan empat titik penyeberangan) belum mampu menghentikan fenomena ini,” kata Orpo.
Dia mengatakan, pemerintah memutuskan untuk menutup tiga penyeberangan lagi, yaitu Vartius, Kuusamo dan Salla. Dengan demikian, hanya ada satu penyeberangan yang dibuka, yaitu Raja-Joseppi di wilayah Arktik, pos penyeberangan yang paling utara antara kedua negara, sekitar 1100 kilometer utara Helsinki.
Setelah keputusan itu diumumkan, penjaga perbatasan dan tentara Finlandia mulai memasang penghalang, termasuk penghalang beton, yang dilapisi kawat berduri di titik penyeberangan yang ditutup tersebut.
”Kami perlu melakukan ini untuk menjaga ketertiban (di titik persimpangan) dan menjamin keamanan lalu lintas perbatasan yang sah,” kata Tomi Tirkkonen, Wakil Komandan Distrik Penjaga Perbatasan Kainuu di Finlandia timur, kepada The Associated Press.
Penutupan itu tak terlepas dari masuknya sekitar 600 imigran tanpa visa dan dokumen yang memadai. Sebagian besar dari mereka adalah migran dari Timur Tengah dan Afrika. Pada September dan Oktober lalu, sejumlah imigran dari Afghanistan, Irak, Suriah, Yaman, Kenya, Maroko dan Somalia, menurut petugas perbatasan, juga telah tiba di Finlandia, dari arah Rusia.
Menurut data, sekitar setiap hari sebanyak 30-70 migran tiba di wilayah Finlandia melalui pos pemeriksaan Vartius di Kainuu dan pos pemeriksaan Salla di wilayah Lapland Arktik Finlandia. Di ke dua pos tersebut, suhu mencapai minus 20 derajat celsius (minus 4 fahrenheit).
Andrei Chibis, gubernur wilayah Murmansk utara Rusia yang berbatasan dengan Finlandia, Rabu (22/11/2023), sempat mengunggah foto para migran di sebuah tenda dekat pos pemeriksaan Salla yang didirikan oleh otoritas setempat. Mereka dapat menghangatkan diri, makan, dan minum teh panas.
Chibis menggambarkan situasi ini sebagai krisis kemanusiaan dan mengecam pihak berwenang Finlandia dengan mengatakan warga negara asing tidak dapat melintasi perbatasan ke wilayah Finlandia.
Sebagian besar migran adalah laki-laki muda berusia 20-an dan 30-an. Tetapi, beberapa di antaranya keluarga dengan anak-anak dan perempuan.
Jumlah migran yang mencoba menyeberang ke Finlandia sangat tinggi. Pemerintahan sayap kanan Orpo menuduh Moskwa sengaja mengantarkan migran ke zona perbatasan Rusia-Finlandia yang biasanya berada di bawah kendali ketat Dinas Keamanan Federal Rusia atau FSB.
”Tidak diragukan lagi Rusia memperalat migran sebagai bagian dari 'perang hidrida' melawan Finlandia,” kata Menteri Luar Negeri Finlandia Elina Valtonen.
Valtonen menyatakan, mereka memiliki bukti bahwa otoritas Rusia membiarkan para migran memasuki perbatasan Finlandia dan bahkan secara aktif membantu mereka memasuki zona perbatasan. Meski ada kesepakatan bahwa para migran bisa melintas dengan mobil, fenomena yang terakhir terlihat adalah para migran berjalan kaki untuk mencapai perbatasan.
Banyak yang menafsirkan manuver migran Moskwa sebagai pembalasan terhadap keputusan Helsinki untuk bergabung dengan NATO. Akan tetapi, para analis mengatakan, motif utama Rusia melakukan tindakan tersebut masih belum jelas.
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova mengatakan, pihak berwenang Rusia siap bekerja sama dengan para pejabat Finlandia untuk mencapai kesepakatan mengenai masalah perbatasan. Dia berpendapat bahwa Finlandia seharusnya mengemukakan kekhawatirannya untuk mencari solusi yang dapat diterima bersama atau menerima penjelasan.
Atas keputusan penutupan perbatasan dengan Rusia, Kemlu Rusia memanggil duta besar Finlandia di Moskwa untuk mengajukan protes resmi.
Masalah masuknya migran ke negara-negara Eropa telah menjadi persoalan selama beberapa tahun terakhir, terutama di negara-negara yang memiliki kedekatan geografis atau dinilai memiliki akses langsung dengan wilayah-wilayah yang sedang berkonflik. Para pencari suaka kini banyak berada di Turki atau Yunani, yang dinilai mudah dicapai.
Presiden Sauli Niinisto, Senin (20/11/2023), mengatakan, pihaknya akan memulangkan orang-orang yang tidak memenuhi kriteria suaka. Namun, rencana itu menjadi mustahil apabila fenomena masuknya para migran terus terjadi.
Niinisto menyerukan solusi di seluruh Uni Eropa untuk menghentikan masuknya orang-orang yang tidak terkendali ke wilayah Schengen yang bebas paspor di Eropa.
Badan perbatasan Uni Eropa, Frontex, berencana untuk mengerahkan petugas dan peralatan ke Finlandia paling cepat minggu depan sebagai tanggapan atas permintaan Helsinki untuk membantu mengontrol masuknya migran. Komisioner migrasi UE Ylva Johansson, Selasa (21/11/2023), mengatakan, Finlandia telah meminta 60 petugas Frontex, selain 10 petugas yang sudah ditempatkan di sepanjang 1.340 kilometer perbatasannya dengan Rusia.
Tidak hanya Finlandia yang merasa adanya upaya Rusia memasukkan migran ke Eropa, Pemerintah Estonia, Rabu, juga menuduh Rusia secara aktif membawa migran ke perbatasannya. Pekan lalu, sebanyak 75 migran, yang sebagian besar dari Somalia dan Suriah, ke Estonia melalui Rusia.
Pemerintah Estonia menyatakan, mereka akan menutup penyeberangan perbatasan jika tekanan migrasi dari Rusia meningkat dan akan mengambil tindakan jika mereka mencoba memasuki luar penyeberangan resmi. (AP/REUTERS)