Perbedaan pandangan soal geopolitik dan geoekonomi menahan para menteri APEC menyepakati pernyataan bersama.
Oleh
KRIS MADA
·4 menit baca
SAN FRANCISCO, KAMIS — Perang Ukraina dan Gaza menjadi tantangan utama dalam Konferensi Tingkat Tinggi Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik (APEC), 15-16 November 2023, di San Francisco, Amerika Serikat. Perang itu sebagian dari persoalan geopolitik dan geoekonomi global saat ini.
Korea Selatan mendesak APEC membahas soal penguatan hubungan Rusia dengan Korea Utara. Penguatan itu dinilai akan membawa perang Ukraina ataupun ketegangan di Semenanjung Korea ke arah yang lebih berbahaya.
Sementara Rusia meminta APEC tetap fokus menjadi organisasi ekonomi. ”Kami akan lihat apakah pernyataannya (pernyataan akhir para pemimpin APEC) nanti akan tetap pada (isu) ekonomi,” ujar Wakil Perdana Menteri Rusia Alexey Overchuk, sebagaimana dilaporkan kantor berita Rusia, TASS, Kamis (16/11/2023).
Pernyataan akhir pemimpin APEC dijadwalkan disepakati pada Kamis sore waktu San Francisco atau Jumat pagi WIB. Sejauh ini, sebagaimana dilaporkan Reuters dan kantor berita Kyodo, masih ada berbagai perbedaan pendapat di antara para delegasi. ”Terlalu banyak perbedaan pandangan soal kondisi dunia,” kata Menteri Perdagangan Jepang Yasutoshi Nishimura.
Pada Mei 2023, penolakan China dan Rusia pada rancangan naskah pernyataan bersama membuat pertemuan menteri keuangan APEC gagal menghasilkan kesepakatan. Pernyataan itu membahas soal perang Ukraina.
Para menkeu APEC juga gagal menyepakati pernyataan akhir dalam pertemuan pekan ini. Dalam pertemuan itu, perang Ukraina dibahas bersama perang Gaza.
Menkeu AS Janet Yellen menyebut, APEC sepakat berusaha sekuatnya mencegah dampak buruk perang Gaza pada perekonomian kawasan dan global. Anggota APEC juga setuju, perang Gaza jangan sampai meluas.
Kebijakan dagang
Perbedaan lain di KTT itu terkait usulan AS soal kebijakan dagang dan investasi. Washington mengusulkan soal keberlanjutan dan inklusivitas dimasukkan dalam kebijakan dagang dan investasi kawasan.
China disebut menolak klausul soal keberlanjutan. Sebab, usulan itu dinilai membidik cara China dan sejumlah negara di kawasan menghasilkan energi dan membuat aneka proyek infrastruktur.
AS dan sekutunya berulang kali menyebut Prakarsa Sabuk dan Jalan (BRI) China sebagai proyek tidak berkelanjutan. Proyek itu dituding meningkatkan beban utang negara. Proyek-proyek itu juga dinilai tidak ramah lingkungan.
Dalam pernyataannya, Kedutaan Besar China di Washington menyebut, APEC seharusnya fokus pada upaya menyelesaikan tantangan bersama di kawasan. APEC harus fokus membangun solidaritas dan mencapai target yang ditetapkan pada 2020.
Perundingan dagang tidak hanya dilakukan sesama anggota APEC. Sebagian anggota APEC juga ikut Kerangka Kerja Ekonomi Indo-Pasifik (IPEF). Dari empat pilar, tinggal pilar perdagangan yang belum disepakati dari inisiatif yang digagas AS itu. Sementara pilar energi bersih, rantai pasok, dan perpajakan serta pemberantasan korupsi sudah disepakati.
Sebagai inisiator, AS menolak membuka pasar domestiknya pada peserta IPEF. Akibatnya, hasrat AS agar IPEF disepakati di sela-sela KTT APEC sulit tercapai.
Reaksi warga
Sementara itu, sebagian warga San Francisco bereaksi negatif atas perhelatan di kota mereka. Penggusuran pusat-pusat perkumpulan gelandangan hingga penutupan jalan menjadi penyebabnya.
Selama bertahun-tahun, kota itu memang dilanda masalah tunawisma. Menjelang KTT APEC, aparat mengusir para gelandangan itu dari tempat mereka tinggal di dalam tenda.
Penutupan jalan juga membuat banyak pedagang mengeluh. Sebab, calon pembeli tidak bisa menjangkau tempat usaha para pedagang dan pengusaha kecil itu. Karena itu, sejumlah pedagang terus mempertanyakan kapan rangkaian KTT berakhir.
KTT itu juga diwarnai unjuk rasa berbagai kelompok. Ada kelompok anti-China yang berunjuk rasa di sekitar lokasi KTT. Ada pula kelompok pencinta alam yang menuntut pemimpin APEC berkomitmen pada percepatan transisi energi.
Peredaan ketegangan
Meski acara puncak, KTT bukan menjadi pertemuan paling ditunggu dunia. Justru pertemuan Presiden AS Joe Biden dan Presiden China Xi Jinping paling dinanti.
Mereka bertemu menjelang KTT. Hanya beberapa jam selepas pertemuan itu, Biden menyebut Xi diktator karena sistem politik China bekerja demikian.
Pertemuan Biden-Xi tidak menyelesaikan persoalan geopolitik dan geoekonomi apa pun. Meski demikian, mereka setuju untuk menjaga komunikasi.
Biden yakin pertemuan tatap muka akan dapat mencairkan komunikasi. ”Kami sudah saling kenal sejak lama. Kami tidak selalu sepakat dan ini bukan kejutan bagi siapa pun. Namun, pertemuan kami selalu jujur, terus terang, dan bermanfaat,” kata Biden.
Sementara Xi mengatakan, bumi cukup besar bagi AS-China untuk hidup berdampingan. Sementara konflik dan konfrontasi berkonsekuensi besar dan tidak bisa ditanggung AS-China. ”Bagi dua negara besar seperti China dan AS, berpaling dari satu sama lain bukanlah pilihan,” katanya. (AFP/REUTERS)