Gaza Menanti Tindakan Nyata Indonesia dan Anggota OKI
OKI perlu menggunakan modal ekonomi dan politiknya untuk menekan Israel serta pendukungnya. Selain menjadi pasar, OKI adalah penghasil aneka bahan penting.
Oleh
MAHDI MUHAMMAD
·3 menit baca
Hampir 13.000 warga sipil Palestina dan Israel tewas sejak perang meletus pada 7 Oktober 2023. Tekanan keras kepada pihak bertikai perlu dilakukan agar tidak ada lagi warga sipil jadi korban. Warga sipil butuh hasil nyata aneka upaya diplomasi negara-negara.
Badan internasional pun kewalahan untuk terus beroperasi karena kondisi di Gaza amat berat. Direktur Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Perbantuan Pengungsi Palestina (UNRWA), Thomas White, mengumumkan penghentian operasi sampai Rabu (15/11/2023).
Dalam pernyataan pada Senin, White menyebut ketiadaan bahan bakar jadi alasan penghentian operasi. ”Tidak ada bahan bakar masuk Gaza sejak 7 Oktober 2023,” tulisnya di media sosial.
Selepas serangan Hamas, Israel praktis memblokade total Gaza. Air, bahan bakar, makanan, obat-obatan, dan aneka kebutuhan lain dilarang masuk selama berminggu-minggu. Sebagian kecil bantuan, menurut PBB, tidak sampai 5 persen dari kebutuhan Gaza, boleh masuk secara bertahap. Akan tetapi, bahan bakar tetap dilarang.
Bagi Organisasi Konferensi Islam (OKI), pengiriman bantuan sulit dilakukan selama baku tembak terus terjadi. Karena itu, dalam Konferensi Tingkat Tinggi darurat di Riyadh, Arab Saudi, pada Sabtu (11/11/2023), OKI mendesak gencatan senjata segera.
Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi menyebut, resolusi dari KTT itu sangat kuat dan sangat keras. Dalam resolusi itu, OKI meminta Dewan PBB menghentikan kekerasan antara Israel dan Palestina. Jika baku tembak berlanjut, bantuan kemanusiaan tidak akan bisa masuk Gaza.
Presiden RI Joko Widodo, menurut Retno, malah meminta pembentukan Komisi Pencari Fakta Internasional Independen. Mandat komisi itu untuk menyelidiki dugaan kejahatan perang dan kemanusiaan di Gaza.
Tekanan nyata
Guru Besar Ilmu Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Ali Munhanif mengatakan, KTT itu mereflesikan kesatuan sikap OKI. Seluruh anggota OKI menyebut tindakan Israel terhadap warga sipil Palestina sebagai tragedi kemanusiaan.
Kini, menurut Ali, OKI harus melanjutkan langkahnya. OKI perlu memanfaatkan kekuatan kolektif juga kekuatan setiap anggota untuk menekan Israel dan pendukung.
”Tekanan terus-menerus yang dilakukan mengunakan berbagai jaringan, di berbagai forum internasional, menyegarkan kembali apa yang dilakukan oleh Israel sebagai genosida, unitarian catastrophy, sebuah kejahatan kemanusiaan yang dilakukan dengan kasatmata,” ujarnya.
Pesan keras di resolusi Riyadh perlu disampaikan kepada para anggota DK PBB. Sebab, sebagian anggota DK PBB kerap membiarkan Israel melakukan kejahatan terhadap kemanusiaan dengan dalih membela diri.
Di Gaza dan Tepi Barat, sejak 8 Oktober 2023, hampir 13.000 warga sipil tewas. Hampir separuhnya anak-anak dan sebagian lagi perempuan serta orang lanjut usia. Semua itu harus ditunjukkan kepada para pendukung Israel.
”Penting disampaikan kepada mereka (pendukung Israel) untuk bisa mendorong, menekan Israel, agar dapat menghentikan agresinya terhadap warga Palestina di Gaza,” katanya.
Anggota OKI punya kekuatan ekonomi untuk mendorong itu. Desakan para pemilik kekuatan ekonomi di antara anggota OKI diharapkan bisa membuat pendukung Israel menimbang ulang sokongannya. ”Hubungan interdependensi bisa memberikan pengaruh, terutama pada negara-negara besar,” katanya.
Modal OKI bukan hanya gabungan penduduk 1,9 miliar jiwa. Sebagian OKI adalah pemasok utama minyak, gas, batubara, dan aneka mineral penting. Selain menjadi pasar, OKI adalah penghasil aneka bahan penting bagi kebutuhan global. (AFP/REUTERS)