Kisah Perang Terowongan, dari Sommes, Cu Chi, hingga Gaza
Perang terowongan bagi prajurit penyerbu ibarat tengah berjalan di jalan yang terlihat sepi, tetapi sekonyong–konyong ada yang memukul wajah mereka.
Perang di terowongan (tunnel warfare) menjadi salah satu palagan paling sulit dan berdarah dalam sejarah perang modern. Perang sepanjang abad ke-20 di Eropa, Vietnam, hingga pertempuran Israel–Hamas saat ini di Jalur Gaza, membuktikan hal itu.
Mayor (Purn) John Spencer, pengajar di Akademi Milter West Point, Amerika Serikat, menuturkan, perang terowongan bagi prajurit penyerbu ibarat tengah berjalan di jalan yang terlihat sepi, tetapi sekonyong–konyong ada yang memukul wajah mereka. Anggota kelompok Hamas yang bertahan di terowongan dapat mengintai pasukan Israel yang menyerbu.
”Sebaliknya, pasukan Israel tidak tahu di mana posisi lawan. Ada jutaan tempat bersembunyi dalam perang terowongan seperti yang terjadi di Jalur Gaza,” kata Spencer.
Baca juga : Terowongan, Penentu Perang Hamas-Israel
Dalam perang modern, perang terowongan diawali pada Perang Dunia I tahun 1917 dalam rangkaian pertempuran Sommes di Pegunungan Messines, Perancis. Pasukan Inggris diam-diam membangun 22 terowongan sejauh beberapa kilometer hingga di bawah posisi pertahanan Jerman.
Selama 18 bulan, Inggris menggali terowongan dan menanam 450 ton bahan peledak TNT. Pada 30 Mei 1917, sebelum TNT di dalam terowongan diledakkan, komandan pasukan Inggris di Rhine, Jenderal Herbert Plumeer, mengatakan, ”Mungkin kita tidak akan mencatat sejarah kemenangan, tetapi kita akan mengubah geografi.”
Ledakan jejaring terowongan itu menghancurkan wilayah Pegunungan Messines. Perdana Menteri Inggris kala itu, David Lloyd George, bahkan mengatakan mendengar suara ledakan tersebut dari kantornya di Downing Street Nomor 10, London.
Ketika terowongan–terowongan itu diledakkan, kawah–kawah besar tercipta. Setidaknya 10.000 prajurit Jerman tewas terkena ledakan ataupun terkubur tanah.
Taktik itu terjadi berulang kali selama berbulan-bulan. Terowongan dibangun di dekat sumur dan rumah warga.
Dalam perang China–Jepang tahun 1937-1938, rakyat dan gerilyawan China yang bergerak di jejaring terowongan di Ran Zhuang, Provinsi Hebei, menghabisi serdadu Jepang yang menyerbu. Hudson Institute mencatat, tentara Jepang kehabisan daya karena prajurit dan gerilyawan China bergerak di bawah tanah, menyerbu posisi Jepang lalu melarikan diri.
Taktik itu terjadi berulang kali selama berbulan-bulan. Terowongan dibangun di dekat sumur dan rumah warga.
Semasa Perang Dunia II di Pasifik, Amerika Serikat membangun terowongan sangat besar di Pulau Correigidor yang menjadi pintu masuk Teluk Manila, Filipina. Terowongan Malinta sepanjang 253 meter dengan tinggi 5,5 meter dan lebar 7,3 meter dibangun tahun 1932–1945. Terowongan itu semula menjadi pusat gudang amunisi dan berbagai perlengkapan perang.
Ketika Jepang menyerbu Filipina pada Desember 1941 dalam pertempuran Manila, AS mengubah Terowongan Malinta menjadi rumah sakit darurat dengan kapasitas 1.000 tempat tidur. Saat Jepang menyerbu Semenanjung Bataan dan kemudian Pulau Correigidor, para pasien dan tenaga medis di Terowongan Malinta dibantai oleh serdadu Jepang.
Menjelang akhir Perang Pasifik tahun 1944-1945, Jepang membangun jaringan goa, terowongan, dan kubu pertahanan diawali di Pulau Biak, lalu diadopsi di Tarawa, hingga Pulau Iwo Jima di Gunung Suribachi. Dalam buku Biak Debris of War karya Evy Aryati Arbay dan Iwabuchi dari Museum Perang Pasifik di Iwate, Jepang, disebutkan, lebih dari 5.000 serdadu Jepang gugur di perbentengan dan terowongan di Pulau Biak yang membentang dari timur pulau hingga Bandar Udara Mokmer, kini Bandar Udara Frans Kaisiepo.
Baca juga : Pertempuran Berdarah di Pulau Biak (I)
Dalam perang terowongan di Iwo Jima, sekitar 7.000 marinir AS gugur dan 21.000 serdadu Jepang gugur. Sebelumnya, Iwo Jima dihujani bom dari udara dan tembakan meriam kapal perang sejak 19 Februari 1945. Gunung Suribachi yang diduduki Jepang berhasil dikuasai AS pada 23 Februari 1945. Namun, tentara Jepang yang bergerilya di terowongan bertahan selama 36 hari terus menyerang posisi para prajurit Amerika Serikat.
Kala pecah Perang Korea (1950–1953), lagi–lagi terowongan menjadi andalah pasukan komunis Korea Utara dan Tentara Pembebasan Rakyat China dalam menghadapi pasukan AS dan PBB. Banyak meriam milik kubu komunis disembunyikan dalam jaringan goa dan terowongan untuk menghindari serangan udara AS dan pasukan PBB.
Baca juga : Situasi Paradoks Liputi 70 Tahun Gencatan Senjata Korea
Meski Perang Korea terhenti oleh gencatan senjata tahun 1953, Korea Utara terus membangun jaringan terowongan hingga mencapai 500 kilometer. Korea Selatan meyakini Korut masih mengembangkan jaringan terowongan hingga kedalaman 100 meter dari permukaan tanah. Terowongan itu berukuran tinggi 2 meter dan lebar 2 meter.
Terowongan Korut itu dapat dilintasi 10.000 prajurit dalam satu jam pergerakan. Salah satu terowongan Korut bermuara hanya 50 kilometer di utara kota Seoul di Korsel. Pada 1991, Korsel terakhir kali menemukan jaringan terowongan tersebut.
Pengalaman pahit
Amerika Serikat dengan kekuatan militer terbesar di dunia mendapat pengalaman pahit dalam Perang Vietnam 1965–1973 ketika menghadapi gerilyawan Vietcong di Terowongan Cu Chi, sebelah barat kota Saigon. Jejaring Terowongan Vietcong mengular, bahkan berada di bawah belasan basis militer Amerika Serikat, hingga 360 kilometer ke perbatasan Vietnam-Kamboja.
Total, 12.000 gerilyawan Vietcong gugur dalam pertempuran di Terowongan Cu Chi.
AS mengerahkan satuan Tunnel Rat yang dipilih dari prajurit–prajurit berbadan pendek, bahkan cebol (midget) untuk bisa bergerak leluasa masuk ke dalam terowongan sempit yang dibangun gerilyawan Vietcong. Berbagai jebakan, seperti bambu runcing yang dipasang di lantai terowongan, lubang jebakan, ular berbisa, dan booby trap dengan peledak, menanti serdadu Amerika yang naas saat menjelajahi Terowongan Cu Chi.
Baca juga : Terowongan Maut Cu Chi
Militer AS pun tidak sadar kala tahun 1966 mereka membangun tangsi militer dihuni 4.500 serdadu, tepat di atas jejaring Terowongan Cu Chi. Penyusupan Vietcong terjadi setiap hari. Bahkan 13 tukang cukur Vietnam yang bekerja di pangkalan militer AS di Cu Chi seluruhnya gerilyawan Vietcong.
Total, 12.000 gerilyawan Vietcong gugur dalam pertempuran di Terowongan Cu Chi. Namun, Amerika Serikat dan sekutunya tidak pernah berhasil menguasai Terowongan Cu Chi hingga perang berakhir.
Jejaring terowongan serupa dibangun kelompok Mujahidin Afghanistan dan juga gerilyawan Taliban dalam perang melawan pendudukan Uni Soviet pada 1980-an. Mereka lalu melawan pendudukan AS pada 2000–2020.
Persembunyian Taliban di jejaring goa dan perbukitan Afghanistan sangat sulit dijangkau tentara AS dan sekutu Barat. Sia-sia saja mereka mengebom wilayah yang dikenal sebagai Grave of Empires itu.
Terowongan sepanjang 24 kilometer juga menjadi andalan pertahanan pasukan Ukraina di Mariupol dalam invasi Rusia ke Ukraina. Pasukan Ukraina bisa bertahan di kompleks pabrik Azovstal selama 80 hari pada 2022 saat menghadapi Rusia karena memiliki terowongan yang menghubungkan posisi pertahanan mereka dengan garis belakang Ukraina.
Kini mandala perang di Jalur Gaza menjadi saksi sejarah perang terowongan yang menjadi pusat pertahanan kelompok Hamas melawan serbuan pasukan militer Israel yang memiliki persenjataan lengkap serta modern. Pasukan IDF menjuluki jaringan terowongan Hamas dengan sebutan Metro Gaza.
Yehia Sinwar, pemimpin politik Hamas, mengatakan, pihaknya memiliki jaringan terowongan total sepanjang 500 kilometer di wilayah Jalur Gaza yang hanya seluas 360 kilometer persegi. Apakah sejarah Terowongan Cu Chi akan terulang di Terowongan Gaza? (AP/REUTERS)