Terowongan, Penentu Perang Hamas-Israel
Sama seperti AS yang kewalahan dengan terowongan Viet Cong saat Perang Vietnam, Israel juga diperkirakan kewalahan di jaringan terowongan Hamas.
Selama sepekan terakhir, Israel mengerahkan pasukan darat ke Gaza untuk mengisolasi dan melemahkan kelompok Hamas hingga masuk ke sebagian terowongan yang dibangun di bawah Gaza. Namun, Israel belum berhasil melumpuhkan kemampuan Hamas meluncurkan roket yang menyasar instalasi militer di Israel dengan kecepatan sekitar belasan serangan per hari.
Langkah Israel itu berhasil sedikit mengurangi serangan roket, tetapi belum sepenuhnya lumpuh. Israel bertekad menghancurkan Hamas demi menyelamatkan para sandera yang diduga disembunyikan di dalam labirin terowongan bawah tanah Hamas.
Baca juga: Bagaimana Hamas Membobol Israel?
Guru Besar Studi Strategis di Lumsa Master School-University, Matteo Bressan, kepada Al Jazeera, 4 November 2023, mengatakan, serangan Hamas dan respons Israel menandai perubahan konfrontasi antarkeduanya dalam hal skala dan kompleksitas. ”Ini perang hibrida baru. Hamas mampu meluncurkan 6.000 roket ke Israel. Ini menunjukkan kemampuan militer yang belum pernah dimiliki Hamas dulu. Bagaimana Hamas bisa melancarkan 20 serangan di 20 desa yang berbeda? Hamas jelas sudah berlatih dan melakukan persiapan sejak lama,” ujarnya.
Komandan Pasukan Khusus Amerika Serikat Demetries Andrew Grimes menilai, tidak akan mudah bagi Israel untuk menghancurkan Hamas. Apalagi jika mereka harus berhadapan dengan taktik perang terowongan Hamas. Brigade Qassam, sayap militer Hamas, 29 Oktober lalu, menyatakan siap mengirimkan para pejuangnya untuk memukul pasukan Israel dari belakang melalui jaringan terowongannya. Terowongan inilah yang dinilai para ahli akan menentukan akhir perang Israel-Hamas.
Ahli geomorfologi dan geologi di Departemen Geografi dan Lingkungan Universitas Bar-Ilan, Israel, Joel Roskin, kepada harian The Jerusalem Post, 24 Oktober, menjelaskan, kemampuan teror taktis dan strategi Hamas meningkat sejak mereka mulai menggali terowongan dan bersembunyi di Jalur Gaza beberapa dekade lalu.
Pertumbuhan dan perubahan fungsi terowongan Hamas juga luar biasa cepat. Mulai dari sebagai tempat untuk menyelundupkan barang kebutuhan sehari-hari, mempertemukan anggota keluarga yang terpisah, dan penyimpanan persenjataan, terowongan itu sekarang menjadi posisi untuk melancarkan serangan dan persembunyian.
Baca juga: Roket-roket Hamas dalam Operasi Badai Al-Aqsa
Jaringan terowongan Hamas, kata Roskin, sebenarnya sudah ada sejak lebih dari 4.000 tahun yang lalu. Raja Sargon yang Agung, raja Semit pendiri kerajaan pertama di Mesopotamia, sudah membangun terowongan di Akkad (2334 dan 2279 SM) sebagai strategi melumpuhkan musuh-musuhnya.
Ketika pasukan AS menyerang posisi kelompok Al Qaeda dan mengejar Osama bin Laden pada 2002, mereka juga menemukan terowongan besar yang menghubungkan formasi goa alami Tora Bora di Afghanistan. Terowongan di Gaza memiliki beberapa karakteristik dasar yang sama dengan goa pemakaman, tambang, dan sistem persembunyian lainnya karena penggali terowongannya memakai metode serupa.
Sejak 2009, Hamas beralih memakai taktik bawah tanah dan menggali sekitar 35 terowongan di bawah perbatasan dengan Israel, beberapa bahkan tembus ratusan meter ke dalam wilayah Israel. Terowongan itu bukan lagi sekadar rute transit yang panjang, melainkan goa dan terowongan tanah bertingkat dengan ruangan, aula, dan gudang.
Banyak lubang masuk ke ”kota bawah tanah” itu, terutama di bangunan tempat tinggal berbentuk horizontal, vertikal, dan miring. ”Sulit memetakan jaringan terowongan itu secara akurat dari permukaan atau dari luar angkasa karena terlalu dalam dan ruwet,” kata Roskin.
Baca juga: Tentara Israel Serbu Terowongan Hamas
Dari kondisi geologinya, lanjut Roskin, lapisan lumpur berpasir yang terbentuk di Gaza selama 500.000 tahun sangat cocok untuk terowongan dangkal. Proses penggalian relatif mudah karena tidak perlu alat berat, cukup memakai perkakas tangan yang digarap selama puluhan tahun.
Dinding terowongan lalu diperkuat dengan beton agar tidak mudah runtuh. Mayoritas terowongannya sempit, hanya muat untuk satu orang dewasa. Namun, ada juga yang berukuran cukup lebar untuk bisa dimasuki kendaraan kecil.
Hingga tahun 2000-an, terowongan biasanya digali pada kedalaman 4-12 meter. Di atas kedalaman 4 meter, terowongan tidak stabil. Akan tetapi, ini semua hanya pengamatan umum dan hasil penelitian geofisika secara insidental di area simulasi karena Israel tidak pernah memetakan atau mengukur terowongannya. Ternyata, terowongan Hamas kini mencapai kedalaman hingga 80 meter di bawah Gaza.
Salah satu sandera yang dibebaskan Hamas pekan lalu, Yocheved Lifshitz (83), menceritakan dia dibawa ke dalam terowongan dengan naik sepeda motor. ”Kami berjalan sampai beberapa kil0meter di bawah tanah yang lembap. Banyak sekali terowongannya, seperti jaring laba-laba. Saya diturunkan di ruangan besar. Waktu itu ada 25 orang di situ,” kata Lifshitz yang disandera selama dua pekan.
Terowongan yang dia lalui cukup besar untuk membawa masuk pupuk, ternak, barang elektronik, semen, bahkan mobil sedan Mercedes-Benz yang sudah dibongkar, dan persenjataan. Terowongan berada di dalam wilayah perkotaan karena memudahkan kebutuhan listrik, air, dan komunikasi. Tanpa listrik pun sebenarnya sistem ventilasi udara ke dalam terowongan bisa didapat dari generator bawah tanah berbahan bakar solar.
Baca juga: Getirnya Hidup di ”Penjara Terbuka” Jalur Gaza
Dengan terowongan ini, Hamas bisa cepat menyebar ke mana-mana. Pimpinan Hamas menegaskan terowongan ini tidak digunakan untuk warga sipil sebagai tempat perlindungan dari serangan udara. Seluruh terowongan hanya diperuntukkan bagi anggota Hamas.
Israel memperkirakan saat ini setidaknya ada 1.300 terowongan yang membentang sejauh kira-kira 483 kilometer melintasi Jalur Gaza yang panjangnya 40,2 kilometer. Israel menggambarkan terowongan Hamas sebagai salah satu jaringan bawah tanah paling rumit di dunia dan berisiko tinggi untuk tertangkap atau terbunuh. Saking banyaknya terowongan di dalam tanah, Israel menyebutnya ”Metro Gaza”.
Baca juga: Warisan Arkeologi di Bawah Jalur Gaza
Karena itu, Israel sebenarnya lebih memilih menghancurkan Hamas dari jarak jauh. Lalu Israel punya ide baru menutup terowongan Hamas dengan meledakkan ”bom spons” dengan ledakan busa yang bisa cepat mengembang dan mengeras. Hanya, pertimbangannya kembali pada keselamatan sandera karena Hamas diduga menyembunyikan sandera di dalam terowongan.
Belajar dari AS
Agar tak mati konyol di dalam terowongan, Israel melatih pasukan spesialis perang terowongan. Israel juga sudah menghabiskan banyak uang untuk sensor tanah guna mendengarkan suara-suara sekop—jika pun ada—demi menemukan terowongan dan mendeteksi pergerakan di bawah tanah. Cara itu tetap tidak berhasil. Para ahli menilai, semua teknologi itu baru efektif jika lingkungan sekitarnya steril dan tenang.
Sensor menjadi kurang efektif di tengah-tengah suara bising pertempuran dengan suara tank dan ledakan bom. ”Perang terowongan selalu tidak mudah. Contohnya, di Vietnam, Afghanistan, Suriah, dan Irak,” kata Daphné Richemond-Barak, pakar di Institut Internasional untuk Kontra-Terorisme di Universitas Reichman di Israel kepada harian The Washington Post.
Baca juga: Menelisik Bekas Zona Merah Perang Vietnam
Masalah yang membuat terowongan Hamas lebih pelik adalah lokasinya berada di dalam lingkungan perkotaan dan permukiman warga sipil. Perpaduan antara wilayah perkotaan dan terowongan bawah tanah membuat perang terowongan menjadi jauh lebih rumit.
”Saat masuk ke terowongan sangat sempit, gelap, dan lembap, pasti akan cepat kehilangan kesadaran akan ruang dan waktu. Ada semacam ketakutan terhadap hal yang tidak diketahui. Siapa yang akan muncul di dalam terowongan, lalu apa yang bisa dilakukan jika disergap? Tidak ada yang bisa datang menyelamatkan karena hampir tidak bisa berkomunikasi dengan dunia luar,” kata Richemond-Barak yang pernah masuk ke terowongan Hamas itu.
Majalah Foreign Policy, 1 November 2023, menyebutkan, terowongan Hamas mirip terowongan Viet Cong di Distrik Cu Chi di kota Ho Chi Minh saat Perang Vietnam tahun 1968. Terowongan di pinggiran perdesaan sepanjang 241 kilometer itu merupakan labirin lorong-lorong sempit dan jebakan yang disembunyikan dengan cerdik. Banyak bagian terowongan itu gelap gulita.
Analis riset di Dewan Inovasi Pertahanan dan mantan Direktur Komunikasi di Komando Pusat AS, Joe Buccino, menjelaskan, terowongan itulah yang membuat pasukan gerilya Vietnam mampu menyergap pasukan AS dari belakang dengan cepat. Sama seperti terowongan Hamas, terowongan Viet Cong dibangun tanpa peralatan berat selama Perang Indochina pada akhir 1940-an.
”AS juga kewalahan ketika Perang Vietnam gara-gara terowongan itu. Ini bisa jadi gambaran apa yang akan terjadi pada Israel dengan terowongan Hamas yang lebih ruwet,” kata Buccino.