Selain karena serangan Israel, bayi-bayi di Gaza terancam tewas karena dehidrasi. Produksi air bersih di Gaza kini hanya 5 persen dari kebutuhan.
Oleh
HELENA FRANSISCA NABABAN
·2 menit baca
GAZA, SELASA — Perserikatan Bangsa-Bangsa menyebut Gaza menjadi kuburan bagi anak-anak. Sebab, perang sebulan terakhir telah menewaskan 4.104 anak Gaza.
Dilaporkan Associated Press dan Al Jazeera pada Selasa (7/11/2023), serangan Israel ke Gaza menewaskan 4.104 anak dan melukai 6.360 anak Gaza. Serangan Israel juga menewaskan 5.918 orang dewasa dan mencederai 19.048 orang lainnya. Jumlah korban tewas dikhawatirkan terus bertambah. Sebab, belum ada tanda perang akan berhenti.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menyebut, Gaza menjadi kuburan bagi anak-anak. ”Ada ratusan anak laki-laki dan anak perempuan dilaporkan tewas atau cedera setiap hari,” ujarnya.
Gaza bukan lagi dalam krisis bantuan kemanusiaan. Gaza kini menjadi lokasi krisis kemanusiaan. Karena itu, ia kembali mendesak gencatan senjata segera di Gaza. ”Kita memerlukan jeda kemanusiaan segera. Sudah 30 hari berlalu. Cukup sudah. Ini harus dihentikan sekarang,” ujarnya.
Serangan udara dan darat Israel terus menyasar warga dan fasilitas sipil. Beragam fasilitas PBB di Gaza juga menjadi sasaran serangan Israel. ”Tidak ada tempat yang aman. Tak ada seorang pun yang aman,” ujarnya.
Ia juga menyerukan Hamas segera membebaskan ratusan orang yang disanderanya. Sampai sekarang, setidaknya 240 warga dari sejumlah negara disandera Hamas sejak 7 Oktober 2023. Keberadaan dan kondisi mereka tidak diketahui.
Penyanderaan itu menjadi alasan Israel menolak gencatan senjata. Israel meminta seluruh sandera dibebaskan sebelum ada pembahasan soal gencatan senjata.
Sementara itu, juru bicara Kantor PBB untuk Urusan Kemanusiaan (OCHA), Jens Laerke, menyebutkan, 1.000 anak dilaporkan hilang atau mungkin terjebak atau tewas di bawah reruntuhan dan menanti pertolongan penyelamatan. ”Hampir tak tertahankan memikirkan anak-anak yang terkubur di bawah reruntuhan dan sangat kecil kemungkinannya untuk mengeluarkan mereka,” ujarnya.
Bayi dehidrasi
Adapun juru bicara Badan PBB untuk Anak-anak (Unicef), James Elder, menyebut, bayi-bayi di Gaza terancam tewas karena dehidrasi. Sebab, produksi air bersih di Gaza kini hanya 5 persen dari kebutuhan. Pabrik penyulingan air tidak berfungsi karena rusak dan bahan bakar pun tidak ada.
Di Gaza Utara, warga menghadapi kekurangan air yang parah. Tidak ada bahan bakar untuk memompa air dari sumur-sumur dan Israel menutup jalur utama di wilayah itu. Sementara di Gaza Tengah dan Selatan, menurut PBB, Israel sudah memulihkan dua jaringan pipa air.
Ketiadaan bahan bakar menyebabkan banyak fasilitas, termasuk rumah sakit, tidak berfungsi di Gaza. Pasokan bahan bakar dan aneka kebutuhan lain praktis terhenti sejak 8 Oktober 2023. (AP/REUTERS)