Jepang Kumpulkan Sekutu di Asia Tenggara, Gandeng Malaysia-Filipina
Jepang memperkuat aliansi pertahanan dan keamanan dengan Filipina dan Malaysia untuk merespons perilaku China yang kian agresif. Bentuk penguatannya antara lain memberikan bantuan peralatan pertahanan dalam bentuk hibah.
Oleh
LUKI AULIA
·3 menit baca
KUALA LUMPUR, MINGGU — Jepang berupaya meluaskan dan menguatkan aliansi militer dengan Malaysia dan Filipina. China menjadi penyebab Jepang gencar mencari sekutu di Asia Tenggara.
Dilaporkan kantor berita Kyodo, Minggu (5/11/2023), penggalangan itu dilakukan lewat lawatan Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida. Jepang akan memberikan Bantuan Keamanan Resmi (OSA) untuk Bangladesh, Fiji, Malaysia, dan Filipina. Tokyo menganggarkan 2 miliar yen sampai Maret 2024 untuk OSA bagi empat negara itu.
Kishida disebut sudah membahas OSA dengan PM Malaysia Anwar Ibrahim. Tidak diketahui, sejauh apa pembahasan itu dilakukan.
Anwar dan Kishida dilaporkan mendorong latihan gabungan militer Malaysia-Jepang. Tokyo juga menawarkan latihan gabungan ke Manila. Akan tetapi, Jepang-Filipina perlu meneken kerja sama pertahanan dulu sebelum melakukan latihan itu.
Hibah keamanan
Harian The Japan Times, Minggu, menyebutkan kerangka kerja OSA diumumkan dalam revisi Strategi Keamanan Nasional pada Desember 2022. Awalnya, OSA bertujuan memberikan peralatan, pasokan, dan bantuan pembangunan infrastruktur kepada negara-negara mitra yang sebagian besar berada di kawasan Asia-Pasifik.
Bantuan ini bentuknya hibah, bukan pinjaman. Tujuannya untuk memperkuat kemampuan keamanan dan pencegahan negara-negara mitra, khususnya membantu mencegah agresi China terhadap Taiwan dan Laut China Selatan, serta menciptakan keseimbangan kekuatan yang lebih baik.
Malaysia dan Filipina sama-sama bersengketa dengan China di Laut China Selatan. Meski demikian, Malaysia kurang fokus mendorong modernisasi militernya untuk menghadapi China di laut lepas.
Alasannya, kata pakar Asia Tenggara dan Guru Besar di US National War College, Zachary Abuza, anggaran terbatas. Selain itu, Kuala Lumpur menganggap sengketa dengan negara lain harus memprioritaskan solusi diplomatik.
Sebaliknya, Filipina lebih garang. Setelah dengan Amerika Serikat dan Australia, Filipina kini intensif menggalang aliansi dengan Jepang. Manila-Jepang mulai membahas Perjanjian Akses Timbal Balik (RAA) sebagai kerangka hukum awal kerja sama keamanan bilateral yang lebih luas. Apabila disetujui, Jepang bisa mengakses pangkalan militer Filipina.
Jepang berjanji akan memberikan Filipina hibah radar pengawasan pantai yang termasuk dalam proyek kerja sama pertama di dunia di bawah OSA. Radar itu akan ditempatkan di lima wilayah terpisah di sepanjang pantai Filipina.
Kishida menyatakan keprihatinan mendalam atas upaya sepihak untuk mengubah status quo dengan kekerasan di Laut China Timur dan Selatan. China telah membangun pulau-pulau buatan dengan infrastruktur militer di perairan regional selama beberapa tahun terakhir. China juga berulang kali mengirimkan kapal penjaga pantainya di sekitar Kepulauan Senkaku.
China, seperti disebut editorial harian Global Times, memperingatkan penerapan OSA hanya akan semakin meningkatkan ketegangan. Sebab, Jepang mencari berbagai peluang untuk menerobos pembatasan yang diberlakukan sendiri terhadap ekspor senjata.
”Tindakan Jepang tidak mengikuti ’pasifisme positif’ yang diklaimnya. Sebaliknya, dengan memberikan alutsista kepada negara-negara Asia Tenggara, khususnya yang terlibat dalam isu Laut China Selatan, Jepang menciptakan situasi tegang di kawasan yang antiperdamaian,” sebut harian itu. (AFP)