Bantuan Indonesia untuk Gaza Diangkut 2 Pesawat Hercules dan 1 Pesawat Kargo
Bantuan Indonesia untuk Gaza akan diangkut dengan dua pesawat Hercules dan satu pesawat kargo dari Bandar Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta, Sabtu (4/11/2023).
Oleh
HELENA FRANSISCA NABABAN
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Presiden RI Joko Widodo dan Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi direncanakan melepas pengiriman bantuan kemanusiaan ke Gaza. Pesawat pengangkut bantuan itu akan berangkat melalui Bandar Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta, Sabtu (4/11/2023) pagi.
Bantuan tersebut akan diangkut dengan dua pesawat Hercules dan satu pesawat kargo Airbus menuju Bandar Udara Al-Arish di Mesir.
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Lalu Muhamad Iqbal kepada wartawan di kantor Kementerian Luar Negeri, Jumat (3/11/2023), menjelaskan bahwa bantuan kemanusiaan untuk warga Gaza sudah dikumpulkan. Bantuan itu berasal dari Pemerintah Indonesia dan masyarakat Indonesia.
”Ini menunjukkan bahwa situasi di Gaza ini menjadi keprihatinan tidak hanya pemerintah, tetapi juga masyarakat Indonesia,” kata Iqbal.
Kepala Pusat Penerangan TNI Laksda Julius Widjojono dalam laman resmi Markas Besar TNI, Rabu (1/11/2023), menjelaskan bahwa TNI menyiapkan dua pesawat Hercules C-130 A-1327 dan A-1328 milik TNI AU Skuadron Udara 31 dan 32. Selain dua pesawat Hercules TNI AU, dilibatkan juga satu unit pesawat carter Boeing 737 Garuda oleh Mabes TNI AU.
”Sehingga total dukungan pesawat untuk mengangkut logistik bantuan kemanusiaan ke Palestina berjumlah tiga pesawat,” kata Widjojono.
Iqbal mengatakan, bantuan kemanusiaan itu akan diterbangkan dari Bandar Udara Halim Perdanakusuma, Sabtu (4/11/2023) pukul 08.30 WIB. Presiden Joko Widodo dan Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi akan melepas keberangkatan pesawat pengangkut bantuan kemanusiaan tersebut.
Seperti dilansir laman resmi Mabes TNI, penerbangan pesawat pengangkut bantuan kemanusiaan dari Indonesia itu melewati rute Halim Perdanakusuma (Jakarta) ke Aceh, kemudian berlanjut ke Myanmar, New Delhi (India), Abu Dhabi (Uni Emirat Arab), Jeddah (Arab Saudi), dan mendarat di Bandara Al Arish Mesir. Pesawat pengangkut dijadwalkan tiba di Mesir, 6 November 2023.
Bantuan kemanusiaan dari Indonesia, kata Iqbal, akan diserahkan kepada organisasi Bulan Sabit Merah Mesir di Bandar Udara Al-Arish. Organisasi kemanusiaan itu kemudian akan membawa bantuan dari Indonesia ke Gerbang Rafah dan menyerahkannya ke Komite Internasional Palang Merah (ICRC) untuk didistribusikan ke Gaza.
Libatkan tiga pihak
Iqbal menjelaskan, terkait penyaluran bantuan kemanusiaan ke Gaza, ada tiga pihak yang dibolehkan terlibat. Pertama, Bulan Sabit Merah Mesir yang diizinkan membawa bantuan ke Gaza. Kedua, Badan Bantuan Sosial dan Pekerja PBB (UNRWA), lembaga PBB yang khusus menangani pengungsi Palestina. Lembaga ini memiliki aset di Gaza sehingga mempunyai sistem distribusi di Gaza.
Ketiga, Komite Internasional Palang merah (ICRC). ”Jadi, target kita tidak menyalurkan langsung ke Gaza. Kita realistis bahwa kita hanya akan mengirimkan ke Bandara Al-Arish, kemudian diserahterimakan ke Bulan Sabit Merah Mesir, lalu mereka yang bawa ke Gaza dan menyerahkannya ke ICRC,” kata Iqbal.
Terkait penyaluran bantuan kemanusiaan ke Gaza, ada tiga pihak yang dibolehkan terlibat.
Bantuan kemanusiaan dari Indonesia tidak mencakup barang-barang yang tidak dibolehkan masuk, seperti bahan bakar dan tabung oksigen. ”Jadi, ketimbang kita mengirim sesuatu yang kemudian mubazir, dari awal kita sudah memastikan semua barang yang kita kumpulkan adalah barang barang yang bisa masuk Gaza,” kata Iqbal.
Salah satu bantuan yang saat ini benar-benar dibutuhkan warga Gaza adalah bahan bakar. Bantuan ini dibutuhkan oleh, terutama, rumah sakit-rumah sakit untuk menghidupkan generator.
Dalam jumpa pers di Jakarta, Rabu (1/11/2023), Menteri Luar Negeri RI Retno LP Marsudi mengungkapkan, tanpa pasokan bahan bakar untuk menghidupkan generator utamanya, Rumah Sakit Indonesia di Gaza, Jumat (3/11/2023), benar-benar lumpuh, tak bisa beroperasi.
Namun, hingga saat ini Israel melarang masuknya bahan bakar ke Gaza. Mereka berdalih, bahan bakar bisa dimanfaatkan oleh kelompok Hamas untuk membuat senjata.