Situasi di Gaza sangat dinamis. Keamanan harus dinomorsatukan sebelum WNI bisa diungsikan.
Oleh
LARASWATI ARIADNE ANWAR
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kementerian Luar Negeri memperkirakan warga negara Indonesia bisa diungsikan mulai Rabu (1/11/2023). Akan tetapi, ini belum bisa menjadi rencana mutlak karena perkembangan situasi sangat dinamis dan keamanan mereka dalam proses penyelamatan harus terjamin.
Hal itu disampaikan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dalam jumpa pers di Jakarta, Rabu (1/11/2023). Ada 10 WNI di Gaza dan semua dalam keadaan sehat walaupun situasi masih mencekam akibat perang Israel melawan Hamas.
”Jalur komunikasi tidak stabil karena keadaan di lapangan, tetapi mereka semua siap diungsikan. Indonesia berkoordinasi dengan semua negara dan lembaga yang memiliki aset di Gaza,” ujar Retno.
Ia mengatakan, ada perkiraan evakuasi dilakukan secara bertahap. Artinya, para WNI ini tidak bisa diangkut sekaligus karena situasi tidak memungkinkan. Jalur penyelamatan mereka tidak bisa diungkap ke publik sampai semua tiba dengan selamat di Mesir.
Menurut Direktur Perlindungan WNI Kemlu Judha Nugraha, kesepuluh WNI itu terdiri dari tiga sukarelawan Medical Emergency Rescue Committee (MER-C) dan tujuh warga sipil. Khusus tiga sukarelawan, mereka memutuskan tetap tinggal di Gaza guna membantu masyarakat setempat.
”Pengungsian ini bersifat sukarela, artinya tergantung keputusan pribadi setiap WNI. Dari pihak Pemerintah Indonesia, kami wajib menyediakan sarana dan menjamin keselamatan mereka yang mau diungsikan,” kata Judha.
Ia mengatakan, pemerintah menghormati keputusan ketiga sukarelawan untuk tinggal. Tidak ada pihak yang boleh memaksa mereka untuk pergi ataupun tetap di Gaza.
Adapun tujuh WNI yang lain, beberapa di antaranya menikah dengan warga Palestina. Total jika dihitung dengan pasangan dan anak, jumlahnya ada sembilan orang.
Jalur komunikasi tidak stabil karena keadaan di lapangan, tetapi mereka semua siap diungsikan. Indonesia berkoordinasi dengan semua negara dan lembaga yang memiliki aset di Gaza.
Judha mengatakan, Kemlu hanya terikat untuk membantu tujuh WNI. Adapun pasangan dan anak-anak mereka yang bukan warga Indonesia harus menunggu keputusan dari Pemerintah Mesir. Sejauh ini, Kairo hanya mengizinkan warga negara selain Palestina yang boleh menyeberang ke Rafah.
Bantuan BBM
Dalam jumpa pers itu, Retno juga menyinggung soal bantuan bahan bakar minyak (BBM) untuk sejumlah rumah sakit di Gaza. Kemlu berhubungan dengan RS Indonesia dan RS Al-Syifa pada Rabu (1/11/2023) pagi. Mereka mengatakan, persediaan BBM untuk generator listrik hanya cukup untuk 48 jam lagi.
”Kemlu berkoordinasi dengan semua pihak, termasuk Mesir dan Israel, agar BBM untuk kemanusiaan bisa masuk Gaza,” kata Retno.
Koordinasi itu dilakukan oleh tim yang dikirim dari Kedutaan Besar Republik Indonesia di Kairo. Mereka tiba di Rafah pukul 15.53 WIB.
Bantuan sosial dari Indonesia menurut rencana dikirim pada Jumat (3/11/2023). Menurut Retno, isi bantuan sesuai dengan yang dikoordinasikan dengan Bulan Sabit Merah Mesir serta Badan Pekerjaan dan Pemulihan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Pengungsi Palestina di Timur Dekat (UNRWA).
Niniek Kun Naryatie dari Palang Merah Indonesia mengatakan, PMI berhasil mengumpulkan sumbangan sebesar Rp 2,9 miliar. Paket bantuan ke Gaza itu, antara lain, terdiri dari generator listrik dan kantong jenazah. ”Kami masih menunggu jawaban dari UNRWA apabila diizinkan memasukkan tabung oksigen ke dalam paket tersebut,” ucapnya.
Selain dari PMI, bantuan juga dihimpun oleh Badan Zakat dan Amil Nasional (Baznas) sebesar Rp 10 miliar dan Aliansi Kemanusiaan Indonesia (AKSI) sebesar Rp 5 miliar. Bentuknya berupa paket makanan siap saji yang bisa tahan selama enam bulan ke depan.
Selain di Gaza, WNI juga ada di Israel. Data Kemlu menyebut, ketika serangan Hamas ke Israel terjadi pada 7 Oktober, ada 136 WNI di sana dan mayoritas adalah pelajar. Sekarang di Israel ada 123 WNI yang belum mau meninggalkan tempat karena menganggap wilayah mereka masih aman. Sisa WNI sudah diungsikan oleh Kemlu dan ada juga yang memilih pergi dengan memakai pesawat komersial.