Pelapor PBB: Israel Bukan Bela Diri di Gaza
Pembelaan diri hanya berlaku sampai musuh diusir dari wilayah yang diserbu. Israel kini sedang melakukan genosida.
GAZA, SENIN — Serangan Israel ke Gaza tidak bisa sepenuhnya disebut pembelaan diri dan pembalasan atas serangan Hamas. Israel malah cenderung tengah melakukan pembersihan etnis alias genosida terhadap Palestina.
Pelapor Khusus isu Palestina pada Perserikatan Bangsa-Bangsa Francesca Albanese menyampaikan itu dalam ”Frankly Speaking”, kanal digital Arab News, Minggu (29/10/2023) malam. Pengacara Italia yang fokus pada isu hak asasi manusia itu menyebut, pasal 51 Piagam PBB memang memberikan hak suatu untuk membalas serangan yang datang dari negara lain.
Namun, hak itu tidak berlaku pada penjajah atau pasukan pendudukan. ”Ada yurisprudensi Mahkamah Internasional yang mengatakan bahwa pembelaan diri tidak dapat diterapkan dalam konteks pendudukan militer ketika, dalam kasus ini, Israel sedang menduduki negara lain, bangsa lain,” ujarnya.
Baca juga: Kemanusiaan Sedang Berlibur dari Sekitar Gaza
Serangan dengan alasan bela diri pun ada batasannya. Alasan pembelaan diri hanya berlaku sampai musuh bisa dihalau dari wilayah yang diserbu dan warga telah aman dari serangan musuh.
Serangan kilat Hamas pada 7 Oktober 2023 ke sejumlah wilayah Israel praktis selesai pada hari itu juga. Akan tetapi, Hamas masih terus menembakkan roket ke sejumlah wilayah Israel secara berkala. Hamas juga masih menyandera lebih dari 200 warga Israel dan sejumlah negara lain.
Sementara Israel nyaris tanpa henti menyerang Tepi Barat dan Gaza sejak 8 Oktober 2023. Akibatnya, 8.422 warga Palestina tewas. Mayoritas korban tewas merupakan anak-anak, perempuan, dan lansia.
Bagi Albanese, Israel kini tidak lagi sedang membela diri. Serbuan militer Israel, IDF, menghancurkan lebih dari 42 persen kapasitas perumahan di Gaza dan menyasar aneka fasilitas sipil, seperti rumah sakit, sekolah, dan pasar. Serangan itu tidak tepat disebut sebagai upaya melucuti total Hamas.
Genosida
Israel cenderung sedang melakukan bumi hangus wilayah dan memusnahkan etnis. ”Politisi dan pemimpin Israel telah menyatakan bahwa seluruh warga Palestina di Gaza bertanggung jawab atas tindakan Hamas sehingga tulang punggung mereka harus dipatahkan. Bahasa yang digunakan sangat berbahaya. Bahasa genosida telah digunakan dan peringatan telah disuarakan oleh ratusan cendekiawan,” ujar Albanese.
Di sisi lain, ia juga mengkritik Hamas. Sebagian dari 1.405 korban tewas akibat serangan Hamas merupakan warga sipil. Roket-roket Hamas juga berulang kali menghantam rumah-rumah warga.
Baca juga: Israel Tetap Serang Gaza di Tengah Jalur Kemanusiaan
”Hamas harus disalahkan atas pembunuhan brutal terhadap warga sipil. Karena dalam konteks permusuhan, meskipun sasaran militer adalah sah, menghilangkan nyawa seorang tentara adalah sebuah tragedi. Hilangnya nyawa warga sipil adalah adalah kejahatan perang,” katanya.
Memang, ia mengingatkan bahwa perang Israel-Hamas bukan peristiwa yang dipicu dalam sehari. Perang ini akumulasi konflik berkepanjangan. Selama 16 tahun terakhir, Gaza secara ilegal diblokade Israel.
Selama blokade, Israel-Hamas berperang pada 2008, 2012, 2014, 2021, dan 2022. Dalam lima perang itu, berulang kali aneka infrastruktur dan fasilitas Gaza jadi sasaran serangan. Selain itu, 4.200 warga Gaza, 1.100 di antara anak-anak, tewas.
Israel, menurut Albanese, juga mempraktikkan apartheid di Tepi Barat dan Gaza. Aparat dan warga Israel mengusir warga Palestina dari Tepi Barat. Mereka merampas aneka barang warga Palestina. Selain itu, banyak warga Palestina ditangkapi. Bahkan, anak-anak pun dimasukkan ke penjara Israel. Semua itu bagian praktik penjajahan.
Serangan darat
Tank-tank Israel dilaporkan telah berada di pinggiran Kota Gaza, Senin sore waktu setempat. Juru bicara IDF, sebagaimana dikutip AFP, menyatakan pasukan IDF menghancurkan 600 sasaran dalam 24 jam terakhir.
Menurut sejumlah saksi mata, tank-tank IDF memasuki Distrik Zaytun di pinggiran selatan Kota Gaza. Tank-tank itu melewati jalan utama Gaza yang selama dua pekan terakhir menjadi wilayah yang dianggap aman oleh warga Palestina.
”Mereka (IDF) melewati Jalan Salahudin dan menembaki kendaraan apa pun yang mencoba melewatinya,” kata seorang warga yang tidak disebutkan namanya.
Sementara itu, sejumlah warga Gaza dilaporkan mendapat telepon dari nomor tidak dikenal. Mereka diminta meninggalkan rumah di Gaza Utara. Permintaan tidak dituruti. Sebab, sejumlah warga yang keluar rumah malah ditembak dari arah Israel. (AP/AFP)