Korsel Minta Dukungan Senjata Nuklir dari AS
Hadapi ancaman senjata nuklir Korut, Korsel dan AS mesti memodernisasi senjata nuklir taktis AS untuk keamanan Korsel.
SEOUL, SENIN — Korea Selatan menghadapi ancaman yang semakin meningkat dari Korea Utara. Untuk menghadapi ancaman itu, Korea Selatan dan Amerika Serikat harus memodernisasi sekitar 100 senjata nuklir taktis AS untuk mendukung keamanan Korsel.
Rekomendasi tersebut ini tertuang dalam laporan penelitian bersama antara Institut Studi Kebijakan Asan dan Rand Corp yang dikutip kantor berita Jepang, Yonhap, Senin (30/10/2023). Di dalam laporan bertajuk ”Opsi untuk Memperkuat Jaminan Nuklir Korea Selatan” itu juga disebutkan potensi serangan nuklir Korut sama kuatnya dengan uji coba nuklir keenam pada 2017.
Baca juga: Korea Utara Simulasikan Serangan Nuklir Balasan untuk Bumi Hanguskan Negara Gangster
Jika ditembakkan ke arah Korsel, senjata itu dikhawatirkan akan mengakibatkan korban tewas dan cedera serius hingga 2 juta jiwa. Korut diduga akan menggunakan senjata nuklirnya untuk mengancam AS dan menghancurkan aliansi Korsel-AS serta ”mendominasi Korsel tanpa harus menginvasi”.
Pemimpin Korut Kim Jong Un dikhawatirkan sedang mengumpulkan kekuatan senjata nuklir setidaknya 300 hingga 500 unit. Korut hampir mencapai ambang batas produksi 300 senjata nuklir pada 2030.
Laporan itu menyebutkan, rekomendasi untuk memodernisasi sekitar 100 senjata nuklir taktis AS dilakukan dengan biaya dari Korsel lalu disimpan oleh AS. Meski disimpan AS, senjata-senjata itu bisa segera digunakan—apabila diperlukan—untuk membantu Korsel.
Saat menghadapi ancaman senjata nuklir Korut dan China, kejelasan strategis semakin penting di masa depan.
Lantaran akan disimpan oleh AS, perlu dibangun tempat penyimpanan senjata nuklir taktis AS yang baru di dalam wilayah Korsel. Selain itu, perlu juga mendedikasikan seluruh atau sebagian dari senjata-senjata itu untuk dibawa kapal selam rudal balistik milik AS yang beroperasi di wilayah Pasifik untuk menyasar Korut.
Baca juga: Peluncur Nuklir Semakin Kecil, Akurat, dan Berbahaya
Dalam beberapa tahun ke depan, kemungkinan akan ada 180 senjata nuklir AS yang dikerahkan untuk mendukung keamanan Korsel. Kemungkinan juga akan dikerahkan 8-12 bom nuklir B61 baik untuk tujuan simbolis maupun operasional. Laporan ini menyinggung tentang keyakinan Korsel terhadap ”payung nuklir AS” yang sudah goyah karena ketidakjelasan komitmen AS terhadap Korsel di tengah meningkatnya ancaman Korut. Itulah sebabnya, seruan agar Korsel mengembangkan senjata nuklirnya sendiri menguat.
”Jika ancaman Korsel dan AS untuk menerapkan langkah-langkah ini gagal mengarah pada penghentian produksi senjata nuklir Korut, tampaknya Korsel perlu memproduksi senjata nuklirnya sendiri,” sebut laporan itu.
Masalahnya, jika Korsel memproduksi sendiri senjata nuklirnya, akan mengakibatkan sanksi internasional terhadap Korsel yang akan berdampak serius terhadap perekonomian Korsel, menimbulkan kontroversi, dan ketidakstabilan politik yang luar biasa, baik di Korsel maupun Asia Timur, meningkatkan proliferasi senjata nuklir global yang pada akhirnya akan membuat Korsel dan AS semakin pusing.
Baca juga: Akankah Perang Nuklir Terjadi
AS menjanjikan payung nuklir untuk melindungi Korsel sehingga Korsel tidak perlu lagi membuat senjata nuklirnya sendiri. Perjanjian ini menjadi dasar dari kebijakan nonproliferasi nuklir AS. Setelah hampir 70 tahun, payung nuklir AS dinilai meyakinkan bagi Korsel.
Namun, karena ancaman Korut meningkat dan ada kekhawatiran AS akan meninggalkan Korsel, banyak orang di Korsel yang mulai meragukan komitmen AS untuk mendukung Korsel. AS pun belum secara resmi mendefinisikan payung nuklirnya.
Dengan Deklarasi Washington yang disepakati Presiden Korsel Yoon Suk Yeol dan Presiden AS Joe Biden saat keduanya bertemu pada April 2023, AS dan Korsel akan meningkatkan upaya pencegahan dengan strategi yang jelas. Hanya, kesepakatan ini belum disertai rincian implementasi untuk benar-benar meningkatkan jaminan nuklir bagi Korsel. Tidak ada rincian juga terkait pembentukan Kelompok Konsultatif Nuklir yang akan menjadi kunci jaminan nuklir.
”Saat menghadapi ancaman senjata nuklir Korut dan China, kejelasan strategis semakin penting di masa depan,” sebut laporan itu.
Pertahanan diri
Kantor berita Korut, KCNA, pada 17 Oktober menyebutkan program nuklir Korut adalah upaya Korut mempertahankan diri demi mencegah perang nuklir dan menghadapi supremasi nuklir AS. Peneliti di Institut Perlucutan Senjata dan Perdamaian Kementerian Luar Negeri Korut, Kim Kwang Myong, menuding AS sengaja memicu ketegangan di kawasan regional dengan program nuklirnya dan menyalahkan AS atas ketidakstabilan strategis yang menghancurkan perdamaian dunia.
Kim menyoroti temuan Komisi Postur Strategis AS baru-baru ini yang menyerukan peningkatan program modernisasi senjata nuklir sebagai persiapan menghadapi potensi perang simultan dengan Rusia dan China. Ini dianggap sangat berisiko dan langkah hegemonik.
”AS, negara pemilik senjata nuklir terbesar di dunia dan pengguna nuklir pertama di dunia yang mengadopsi serangan nuklir preventif terhadap negara-negara lain. Mereka menjadikan ini sebagai kebijakan nasionalnya,” ujarnya.
Baca juga: Pesawat Pengebom Nuklir AS Latihan Perang di Korea
Menurut Kim, AS sedang meningkatkan kemampuan serangan nuklir preventifnya terhadap Korut dengan membangun sistem pertahanan rudal sambil mengirimkan aset-aset strategis ke wilayah Semenanjung Korea dan mengirimkan peranti keras militer ultramodern kepada sekutu-sekutunya.
”Fakta yang mendesak bagi Korut adalah Korut harus meningkatkan kemampuan pertahanan militernya guna mencegah perang nuklir dan menghadapi kekuatan AS penjahat perang nuklir paling agresif,” kata Kim.
Selain dengan senjata nuklir, Korsel dan AS bersama Jepang rutin menggelar latihan perang bersama. Pada 22 Oktober, ketiga negara untuk pertama kali melakukan latihan serangan udara bersama di area yang dikenal tumpang tindih dari zona identifikasi pertahanan udara (ADIZ) Jepang-Korsel.
Dalam latihan itu, AS mengerahkan pesawat B-52 yang dapat mengangkut bom nuklir. Korsel dan Jepang mengerahkan jet tempur. Korsel mengerahkan F-15K dan F-1, sedangkan Jepang mengirimkan jet tempur F-2. Dalam foto yang disiarkan Angkatan Udara Korsel terlihat jet-jet itu terbang mengiringi pesawat pengebom. Sebelum latihan udara, AS-Jepang-Korsel menggelar latihan perang laut. Latihan pada awal Oktober 2023 itu merupakan yang pertama dalam tujuh tahun terakhir. (REUTERS/AP)