Serangan Israel Hantam Kawasan Dekat Rumah Sakit Terbesar Gaza
Serangan di dekat RS Shifa ini menegaskan tak ada tempat aman bagi warga di Gaza. Israel menyerang sasaran tak jauh dari lokasi warga sipil berlindung.
Oleh
IRENE SARWINDANINGRUM
·4 menit baca
KOTA GAZA, MINGGU — Pesawat tempur Israel melancarkan serangan udara pada Minggu (29/10/2023) dini hari di dekat rumah sakit terbesar di Gaza, Rumah Sakit Shifa. Tak hanya tempat perawatan korban luka, rumah sakit itu juga tempat ribuan orang mencari perlindungan dalam konflik yang telah menewaskan 7.703 orang dalam tiga pekan saja.
Israel menuduh pemimpin Hamas di Gaza memiliki pos komando di bawah rumah sakit tersebut, tetapi tanpa memberikan bukti kuat. Serangan di dekat RS Shifa ini seolah menegaskan tak ada tempat aman bagi warga Gaza. Israel menyerang kawasan-kawasan di dekat lokasi warga sipil berlindung.
Warga Gaza menggambarkan pengeboman pada Minggu itu sebagai serangan paling intens dalam perang tersebut. Menurut mereka, serangan udara itu menghancurkan sebagian besar jalan menuju RS Shifa. ”Semakin sulit untuk mencapai rumah sakit,” kata Mahmoud al-Sawah, warga yang berlindung di rumah sakit itu, melalui telepon.
Militer Israel tidak memberikan komentar saat ditanya tentang laporan serangan di dekat RS Shifa. Belum lama ini, pasukan Israel merilis gambar-gambar yang dihasilkan oleh komputer. Mereka menyebut gambar itu sebagai instalasi milik Hamas di sekitar RS Shifa. Mereka pun mengungkap hasil interogasi anggota Hamas yang ditangkap dan diduga berbicara di bawah tekanan.
Sebelumnya, Israel pernah membuat klaim serupa. Klaim Israel itu tidak dapat diverifikasi secara independen. Kelompok Hamas menolak tuduhan tersebut, menyebutnya sebagai kebohongan, dan mengatakan narasi itu hanya bagian dari serangan terhadap fasilitas ini.
Serangan di dekat RS Shifa terjadi sehari setelah Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengumumkan ”tahap kedua” perang Israel terhadap Hamas. Tank-tank dan pasukan infanteri Israel merangsek masuk ke Gaza, Sabtu. Para pejabat Israel menyebutnya sebagai serangan darat yang diperluas.
Pada Sabtu, militer Israel merilis foto kabur yang menunjukkan sebuah tank bergerak pelan di area terbuka di Gaza. Lokasinya diperkirakan dekat perbatasan. Mereka mengatakan, pesawat tempur Israel telah membombardir puluhan terowongan dan bunker bawah tanah yang dioperasikan Hamas. Diduga Hamas mempunyai dan mengendalikan jaringan terowongan di bawah Jalur Gaza. Namun, tak banyak yang diketahui tentang terowongan itu.
Eskalasi serangan Israel ke Gaza justru berbalik menjadi tuntutan terhadap Pemerintah Israel untuk memastikan pembebasan 230 sandera yang ditawan Hamas. Di tengah keputusasaan, anggota keluarga para sandera bertemu dengan Netanyahu, Sabtu. Mereka mendukung Pemerintah Israel melakukan pertukaran tahanan.
Para sandera ini ditawan dalam serangan Hamas pada 7 Oktober 2023. Sekitar 30 orang di antaranya anak-anak. Pada hari itu, kelompok Hamas menembus pertahanan Israel dari Gaza, kemudian menyerang kota-kota terdekat, menembak warga sipil dan tentara. Menurut Pemerintah Israel, serangan mengejutkan itu menewaskan 1.400 warga Israel.
Israel membalas serangan yang hanya berlangsung sehari itu dengan serangan panjang hingga sekarang atau tiga pekan berselang. Menurut Kementerian Kesehatan di Gaza, korban tewas sudah mencapai 7.703 warga Palestina pada Minggu pagi. Diperkirakan sekitar 1.700 orang terjebak di bawah puing-puing. Perkiraan ini didasarkan pada panggilan darurat yang diterima.
Ini tahap kedua perang, yang tujuannya jelas, untuk menghancurkan kemampuan militer dan pemerintahan Hamas dan membawa pulang sandera.
Pemimpin tertinggi Hamas di Gaza, Yehia Sinwar, mengatakan siap melepaskan semua sandera jika Israel melepaskan ribuan warga Palestina yang ditahan di penjara-penjara Israel. Juru bicara militer Israel, Laksamana Muda Daniel Hagar menolak tawaran itu dan menyebutnya sebagai teror psikologis.
Dalam konferensi pers, Netanyahu mengatakan, Israel bertekad membawa pulang semua sandera. Ia berkeras operasi darat yang semakin meluas akan membantu mereka dalam misi pembebasan sandera. ”Ini tahap kedua perang, yang tujuannya jelas, untuk menghancurkan kemampuan militer dan pemerintahan Hamas dan membawa pulang sandera,” katanya.
Netanyahu juga mengakui, penyerangan Hamas pada 7 Oktober 2023 merupakan kegagalan karena menewaskan hingga 1.400 warga Israel. Kegagalan itu perlu penyelidikan menyeluruh dan semua orang harus menjawab pertanyaan. ”Termasuk saya,” ujarnya.
Militer Israel tak menyebut serangan ke Gaza sebagai invasi total. Mereka menyebutnya sebagai operasi darat yang diperluas secara bertahap di dalam wilayah Gaza. Korban di kedua belah pihak diperkirakan akan semakin banyak saat pasukan Israel dan pejuang Palestina bertempur di daerah permukiman padat penduduk. ”Kami melanjutkan tahapan perang sesuai rencana yang terorganisasi,” kata Hagari.
Di bawah gempuran Israel, para pejuang Palestina terus meluncurkan roket ke arah Israel. Sirene tanda bahaya terus meraung di bagian selatan Israel. Israel mengatakan serangannya menargetkan anggota dan infrastruktur Hamas. Namun, menurut Israel, anggota Hamas beroperasi di antara warga sipil di Jalur Gaza sehingga justru mengancam warga sipil.
Lebih dari 1,4 juta orang di seluruh Gaza telah meninggalkan rumah mereka. Hampir separuh di antaranya berdesakan di sekolah dan tempat perlindungan yang dikelola Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Para pengungsi ini mengikuti peringatan berulang dari militer Israel bahwa wilayah utara Gaza berbahaya untuk ditinggali. Tidak ada orang yang diperbolehkan meninggalkan wilayah yang dikepung total itu. Israel hanya mengizinkan sejumlah kecil bantuan makanan dan medis masuk dari Mesir. (AFP/AP/REUTERS)