Kerahkan THAAD dan Patriot, AS Tambah Pertahanan di Timur Tengah
Seiring meningkatnya ”ancaman oleh Iran” sebagai imbas perang Hamas-Israel, AS kembali menempatkan sistem pertahanan di kawasan.
Oleh
FRANSISCA ROMANA
·3 menit baca
WASHINGTON, MINGGU — Amerika Serikat meningkatkan kesiagaan militer di Timur Tengah sebagai respons atas sejumlah serangan terhadap pasukan AS di kawasan. Departemen Pertahanan AS atau Pentagon menyatakan akan mengirimkan sistem Terminal High Altitude Area Defense (THAAD) dan sistem rudal pertahanan udara Patriot ke kawasan itu.
Ketegangan di Timur Tengah meningkat setelah serangan kelompok Hamas ke wilayah Israel, yang dibalas dengan gempuran militer Israel ke Jalur Gaza. Konflik lantas melebar ke wilayah Lebanon dan Suriah yang berbatasan dengan Israel. AS juga menyebut aktivitas kelompok yang didukung Iran di kawasan.
”Setelah diskusi terinci dengan Presiden (Joe) Biden tentang eskalasi oleh Iran dan pasukan proksi di seantero Timur Tengah, hari ini saya memerintahkan serangkaian langkah tambahan untuk memperkuat postur pertahanan di kawasan,” kata Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin, Sabtu (21/10/2023).
Sebelumnya, AS yang merupakan sekutu Israel telah mengirimkan kekuatan angkatan laut, termasuk dua kapal induk, kapal pendukung, dan sekitar 2.000 personel marinir. Austin mengungkap, Pentagon juga menempatkan pasukan tambahan dengan perintah ”siap untuk dikerahkan”, tetapi tidak merinci jumlahnya.
Dalam beberapa hari terakhir, ketegangan di sepanjang perbatasan Israel dan Lebanon meningkat. Militer Israel baku tembak dengan kelompok Hezbollah, Sabtu, dan menewaskan beberapa anggota mereka. Hezbollah yang dekat dengan Iran mengancam akan menyerang kepentingan AS di Irak terkait dukungan Washington bagi Israel.
Pasukan AS yang ditempatkan di dua pangkalan di Irak menjadi target serangan roket pada Jumat. Tidak ada korban dalam serangan itu. Sejak Rabu, tiga pangkalan di Irak yang digunakan pasukan koalisi pimpinan AS juga menjadi sasaran lima serangan terpisah, yakni di Ain al-Assad, pangkalan Al-Harir di utara Irak, dan sebuah kamp militer dekat Bandara Baghdad.
Sistem Patriot disebut-sebut sebagai salah satu sistem pertahanan udara AS yang paling canggih saat ini.
Pada Kamis, kapal perang AS, USS Carney, menembak jatuh beberapa rudal jelajah dan beberapa pesawat nirawak (drone) yang diluncurkan kelompok Houthi di Yaman. Sekretaris Pers Pentagon Brigadir Jenderal Pat Ryder mengatakan, rudal-rudal itu berpotensi mengarah ke Israel.
Austin mengatakan, dengan menyiagakan kekuatan pertahanan tambahan, AS berharap akan menggentarkan upaya kelompok-kelompok tersebut, meningkatkan perlindungan pasukan AS di Timur Tengah, dan membantu pertahanan Israel.
”Akhirnya, saya telah menempatkan kekuatan tambahan dalam perintah siap maju sebagai bagian dari rencana kontingensi, untuk meningkatkan kesiapan dan kemampuan guna merespons dengan cepat ketika diperlukan,” ujarnya.
Sistem Patriot disebut-sebut sebagai salah satu sistem pertahanan udara AS yang paling canggih saat ini. Sistem THAAD juga memiliki radar sangat kuat. AS menempatkan sistem tersebut ke Korea Selatan dan membuat China berang.
Pengerahan kekuatan tambahan ini berselang dua tahun setelah pemerintahan Biden menarik sistem pertahanan udara dari Timur Tengah. Alasannya ketika itu, berkurangnya ketegangan dengan Iran. Kini seiring meningkatnya ”ancaman oleh Iran” sebagai imbas perang Hamas-Israel, AS kembali menempatkannya di kawasan.
Gempuran Israel semakin intens ke Jalur Gaza, Minggu (22/10/2023). Tak hanya ke Gaza, Israel juga menyerang dua bandara di Suriah dan sebuah masjid di wilayah pendudukan Tepi Barat. Pemerintahan kelompok Hamas di Jalur Gaza menyebutkan, setidaknya 55 orang tewas dalam serangan udara Israel tersebut.
Selama berhari-hari, Israel tampaknya telah bersiap melancarkan serbuan darat ke Jalur Gaza. Tank-tank dan ribuan tentara telah bersiaga di perbatasan. Para pemimpin Israel juga terus-menerus berbicara tentang operasi tahap lanjut.
Namun, militer Israel menyebut, ratusan ribu warga sipil Palestina masih berada di wilayah utara Gaza meski telah ada ultimatum untuk mengungsi. Ini akan memperumit serangan darat Israel. Selain itu, risiko memicu perang yang lebih besar dengan sekutu-sekutu Hamas di Lebanon dan Suriah membuat militer Israel belum bergerak. (AFP/REUTERS)