Israel Serang Gaza Selatan Saat Bantuan Kemanusiaan Mulai Mengalir
PBB menghitung diperlukan 100 truk pengangkut bantuan kebutuhan pokok setiap hari. untuk wilayah Gaza.
Oleh
HELENA FRANSISCA NABABAN
·3 menit baca
KAIRO, MINGGU — Perserikatan Bangsa-Bangsa berharap iring-iringan truk bantuan kemanusiaan kedua bisa segera memasuki Jalur Gaza pada Minggu (22/10/2023) dan terus bertambah hingga pekan depan. Namun, Israel justru membombardir wilayah selatan Gaza dengan serangan udara pada Minggu pagi.
Iring-iringan truk bantuan kemanusiaan pertama sudah memasuki Jalur Gaza, Sabtu (21/10/2023), begitu gerbang Rafah yang berbatasan dengan wilayah Mesir dibuka. Sebanyak 20 truk masuk ke Jalur Gaza membawa bantuan obat-obatan, air minum, dan makanan dalam jumlah terbatas.
Di tengah upaya penyaluran bantuan kemanusiaan ke Gaza, militer Israel mengumumkan akan mengintensifkan serangan di wilayah yang dikuasai kelompok Hamas, menjelang rencana serbuan darat. Pada Minggu pagi, serangan Israel menyasar kota Khan Younis. Media-media Palestina melaporkan, setidaknya 11 orang tewas akibat serangan tersebut.
Militer Israel tak henti menggempur Gaza sebagai balasan atas serangan mendadak Hamas pada 7 Oktober. Serangan udara itu telah menewaskan lebih dari 4.300 warga Palestina, kebanyakan warga sipil, menurut keterangan Kementerian Kesehatan yang dikelola Hamas.
Juru bicara militer Israel, Laksamana Daniel Hagari, mengatakan, intensitas serangan itu untuk meminimalisasi risiko saat pasukan menyerang melalui darat. ”Mulai hari ini, kami meningkatkan serangan dan meminimalkan bahaya. Kami akan meningkatkan serangan, maka saya minta penduduk kota Gaza terus berpindah ke selatan untuk keselamatan mereka sendiri,” katanya.
Masih ada ratusan ribu warga sipil yang berada di dalam dan sekitar kota Gaza di wilayah utara. Mereka tidak mau atau tidak mampu pergi dari wilayah itu.
Israel juga telah mengumpulkan tank dan pasukan di dekat pagar perbatasan di sekitar garis pantai Jalur Gaza. Dalam rekaman yang dikeluarkan militer Israel disebutkan, pasukan mereka juga telah berlatih tembakan langsung sebagai ”persiapan untuk perang tahap berikutnya”.
Kini setelah gerbang Rafah dibuka dan bantuan pertama mulai mengalir, PBB berupaya agar aliran bantuan bisa berkelanjutan. Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) memperkirakan, bantuan yang masuk pada Sabtu setara dengan 4 persen dari rata-rata barang masuk harian ke Gaza sebelum perang meletus. Bantuan yang masuk juga masih kecil sekali untuk bisa memenuhi kebutuhan 2,3 juta jiwa yang telah terkepung selama 13 hari.
Koordinator OCHA, Martin Griffiths, Sabtu (21/10/2023) dalam wawancara di Kairo, Mesir, menjelaskan, ia sudah mendengar hal itu. OCHA tengah bernegosiasi supaya iring-iringan truk dalam jumlah lebih besar, 20-30 truk, bisa segera masuk ke Jalur Gaza pada Minggu. ”Tidak adanya kesenjangan dalam bantuan yang melintasi perbatasan sangat penting,” katanya.
Untuk wilayah Gaza yang sudah dikepung total oleh Israel selama dua pekan, PBB menghitung diperlukan 100 truk pengangkut bantuan setiap hari guna memenuhi kebutuhan pokok warga. Gerbang Rafah merupakan titik utama keluar masuk Jalur Gaza dari Mesir yang tidak dikontrol Israel. Gerbang ini dibuka tak lama setelah Hamas membebaskan dua sandera berkewarganegaraan AS. Israel mensyaratkan, bantuan masuk asal tidak sampai ke tangan Hamas.
Mulai Minggu, Griffiths mengatakan, perlu dibangun sistem inspeksi ringan, efisien, dan acak yang diharapkan tidak menghambat segala upaya penyaluran bantuan. Menurut dia, Israel perlu memutuskan lembaga pemerintahannya yang dilibatkan dalam pengawasan penyaluran bantuan.
”Mereka (warga Gaza) dalam masalah serius. Sistem kesehatan melemah, air bersih hampir habis, Orang-orang hanya membicarakan tentang minum air kotor,” ujarnya. (AFP/REUTERS)