Gerbang Rafah Dibuka, Truk-truk Pengangkut Bantuan Mulai Masuk Gaza
Konvoi pertama terdiri atas 20 truk pengangkut bantuan kemanusiaan bagi warga Palestina di Jalur Gaza diizinkan menyeberang perbatasan Mesir-Gaza.
Oleh
MUHAMMAD SAMSUL HADI
·4 menit baca
RAFAH, SABTU — Iring-iringan pertama sebanyak 20 truk pengangkut bantuan kemanusiaan mulai memasuki Jalur Gaza setelah pintu gerbang Rafah dibuka, Sabtu (21/10/2023). Kedatangan bantuan ini disambut gembira oleh banyak pihak, tetapi masih jauh dari cukup untuk meringankan penderitaan warga Gaza dari blokade total Israel di tengah perang melawan Hamas, dua pekan terakhir.
Ini merupakan pasokan pertama bantuan kemanusiaan kepada warga di Jalur Gaza pascameletusnya perang Hamas-Israel. Perang itu berkobar menyusul serangan Hamas ke Israel selatan yang menewaskan sedikitnya 1.400 orang, 7 Oktober 2023. Hamas juga menyandera sekitar 200 orang.
Laman berita Pemerintah Mesir, Al-Qahira, melaporkan bahwa baru 20 truk pengangkut bantuan yang diperbolehkan masuk Gaza. Padahal, masih ada lebih dari 200 truk pembawa sekitar 3.000 ton bantuan tertahan dan mengantre selama berhari-hari di dekat Rafah wilayah Mesir.
Selain itu, di Rafah wilayah Gaza ratusan warga pemegang paspor asing juga sudah berhari-hari menunggu izin keluar dari Gaza menuju Mesir melalui gerbang Rafah.
Pembukaan gerbang Rafah berlangsung beberapa jam setelah kelompok Hamas membebaskan dua perempuan sandera berkewarganegaraan Amerika Serikat (AS). Belum jelas betul apakah ada keterkaitan di antara dua peristiwa ini.
Hamas, Jumat (20/10/2023), membebaskan Judith Raanan dan putrinya, Natalie (17). Hamas menyebut pembebasan keduanya dilakukan demi pertimbangan kemanusiaan dalam kesepakatan dengan Qatar. Raanan dan Natalie diculik Hamas dalam serangan mengejutkan ke Israel selatan, 7 Oktober lalu.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyebutkan, bantuan yang dibawa konvoi 20 truk tersebut akan diserahkan kepada organisasi Bulan Sabit Merah Palestina. Menurut Hamas, bantuan mencakup, antara lain, obat-obatan dan pasokan makanan dalam jumlah terbatas.
Direktur Eksekutif Program Pangan Dunia (WFP) Cindy McCain menyambut gembira masuknya bantuan kemanusiaan ke Gaza. Akan tetapi, ia mengingatkan, pasokan bantuan dengan 20 truk saja tidak cukup.
Mengerikan
”Situasi di dalam Gaza mengerikan. Bukan hanya tidak ada makanan, tidak ada air, listrik, atau bahan bakar. Tak hanya menimbulkan malapetaka, tetapi (ketiadaan kebutuhan-kebutuhan pokok) itu bisa mengakibatkan bencana kelaparan dan merebaknya penyakit,” ujar McCain kepada Al Jazeera. ”Kita butuh lebih banyak truk yang masuk (ke Gaza).”
Kelompok Hamas, yang memerintah Gaza, juga mengingatkan bahwa konvoi pengangkut bantuan yang terbatas ”tidak akan mampu mengubah bencana kemanusiaan”. Mereka mendesak adanya koridor aman untuk penyaluran bantuan kemanusiaan.
Situasi di dalam Gaza mengerikan.Kita butuh lebih banyak truk yang masuk (ke Gaza). (Cindy McCain)
Hamas menguasai Jalur Gaza, enklave berpenduduk sekitar 2,4 juta jiwa, sejak 2007. Sebagai balasan atas serangan Hamas, militer Israel tanpa putus membombardir Gaza melalui serangan udara. Lebih dari 4.100 orang di Gaza, sebagian besar adalah warga sipil, tewas. Israel juga memblokade Gaza dan menghentikan pasokan pangan, listrik, bahan bakar, dan kebutuhan-kebutuhan pokok lainnya.
Rafah adalah satu-satunya pintu masuk, yang tidak dikontrol oleh Israel, ke Gaza. Israel dilaporkan menyetujui masuknya bantuan dari Mesir ke Gaza berkat permintaan sekutu dan pendukungnya, Amerika Serikat.
Koordinator Bantuan Kemanusiaan PBB Martin Griffiths mengatakan, dirinya ”yakin bahwa bantuan kemanusiaan yang masuk Gaza saat ini adalah awal dari upaya berkelanjutan untuk memasok kebutuhan-kebutuhan pokok bagi warga Gaza”. Seperti Cindy McCain dari WFP, ia juga memperingatkan agar ”konvoi pertama (pengangkut bantuan) ini harus bukan yang terakhir”.
Berbeda dengan penilaian hampir semua kalangan, Jubir Militer Israel Laksamana Muda Daniel Hagari mengatakan, ”Situasi kemanusiaan di Gaza masih terkendali.” Ia menambahkan, bantuan kemanusiaan itu hanya akan diberikan ke wilayah selatan.
Selain itu, lanjut Hagari, bahan bakar minyak belum diperbolehkan masuk Gaza. Israel cemas, jika diperbolehkan masuk Gaza, bahan bakar minyak itu akan dimanfaatkan Hamas untuk membuat senjata dan bahan peledak.
Menunggu berhari-hari
Sebelum gerbang Rafah dibuka, truk-truk pengangkut bantuan kemanusiaan untuk warga Gaza menunggu berhar-hari di Rafah wilayah Mesir. Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres, Jumat (20/10/2023), berkunjung ke Rafah wilayah Mesir untuk memantau persiapan masuknya bantuan ke Gaza.
”Truk-truk ini bukan sekadar truk-truk, melainkan juga napas kehidupan. (Truk-truk) ini akan menjadi pembeda antara kehidupan dan kematian bagi banyak orang di Gaza,” ujarnya.
Guterres menegaskan, harus ada ”upaya berkelanjutan”—bukan hanya satu konvoi—dengan banyak bantuan ”yang harus diberikan dalam jumlah yang berarti dengan (pengiriman) truk-truk yang cukup guna memberikan bantuan bagi warga Gaza”.
Dalam kunjungan ke Israel, Rabu (18/10/2023), Presiden AS Joe Biden mendesak agar truk-truk pengangkut bantuan kemanusiaan diperbolehkan memasuki Gaza. Ia mengatakan, konvoi 20 truk pertama itu bakal menjadi ujian sistem pemberian bantuan tanpa memberi kesempatan pada kelompok Hamas untuk memetik manfaat.
Biden waktu itu memperingatkan, jika Hamas ”tidak memperbolehkan (bantuan) itu masuk atau menyitanya, pada saat itu pula (bantuan) dihentikan”.