Menunggu Jalur Kemanusiaan di Jalur Gaza
Sikap keras Israel karena negara itu merasa mendapat dukungan kuat Barat, yakni Amerika Serikat, Inggris, dan Perancis.
Perang Hamas-Israel yang berkobar sejak hari Sabtu, 7 Oktober 2023, sudah hampir dua pekan berjalan. Tidak ada tanda-tanda perang itu akan segera berakhir atau ada gencatan senjata.
Isu jalur kemanusiaan menjadi isu yang sangat mendesak saat ini di tengah tindakan Israel mengerahkan segala daya dan mesin perangnya, mulai dari pesawat tempur, pesawat tanpa awak (drone), artileri, dan kapal perang, untuk menggempur tanpa ampun Jalur Gaza dari udara, darat, dan laut.
Jalur kemanusiaan atau jalur aman adalah jalur khusus di daerah perang yang disepakati oleh pihak-pihak yang berperang sebagai jalur yang aman bagi warga sipil dan bantuan kemanusiaan untuk dilalui.
Kesepakatan Geneva IV tahun 1949 menegaskan bahwa pihak-pihak yang berperang berkewajiban menjaga warga sipil dan siapa pun yang terancam bahaya, termasuk warga sipil, memiliki hak meninggalkan wilayah konflik dan jaminan sampainya bantuan kemanusiaan. Israel hingga kini menjatuhkan sanksi massal terhadap warga Jalur Gaza yang mencapai jumlah sekitar 2,2 juta jiwa tanpa pandang bulu dengan memutus aliran air, listrik, logistik, dan kebutuhan medis seperti obat-obatan.
Baca juga: Air dan Listrik di Gaza Tinggal Sehari, Gerbang Rafah Belum Dibuka
Sejak meletus perang Hamas-Israel yang oleh pihak Hamas disebut ”Badai Al-Aqsa” pada 7 Oktober lalu, tidak ada pasokan logistik dan obat-obatan ke Jalur Gaza, baik dari wilayah Israel maupun Mesir. Jika sanksi massal Israel terus berlanjut, cepat atau lambat akan terjadi bencana kemanusiaan yang luar biasa di Jalur Gaza, seperti kelaparan massal.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) hari Selasa (17/10/2023) memperingatkan akan terjadi krisis kemanusiaan jangka panjang di Jalur Gaza jika tidak segera ada penyaluran bantuan kemanusiaan dan obat-obatan ke wilayah tersebut. WHO mencatat, sudah lebih dari 3.500 warga Palestina tewas dan 13.500 orang lainnya luka-luka—separuh dari jumlah tersebut adalah perempuan dan anak-anak.
WHO menyebut, hingga Selasa Israel telah melancarkan 115 gempuran atas infrastruktur kesehatan di Jalur Gaza. Akibat gempuran itu, sebagian besar rumah sakit tidak beroperasi karena tidak ada air dan listrik serta tidak ada pasokan obat-obatan.
Israel pada Selasa malam terlibat pembantaian massal dengan menggempur Rumah Sakit Al-Ahli al-Arabi di kota Gaza. Sedikitnya 500 orang tewas yang semuanya pesakitan dan 600 orang lainnya luka-luka.
Baca juga: Israel Gempur Rumah Sakit di Gaza, Tewaskan 500 Warga Palestina
Draf resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) yang diajukan Rusia guna menciptakan gencatan senjata untuk tujuan kemanusiaan di Jalur Gaza gagal di forum DK PBB karena diveto oleh Amerika Serikat, Inggris, dan Perancis.
Draf resolusi Dewan Keamanan PBB yang diajukan Rusia guna menciptakan gencatan senjata untuk tujuan kemanusiaan di Jalur Gaza gagal di forum DK PBB karena diveto oleh Amerika Serikat, Inggris, dan Perancis.
Pertemuan puncak di kota Amman, Jordania, yang sedianya diadakan pada Rabu (18/10/2023) antara Presiden AS Joe Biden, Raja Jordania Abdullah II, Presiden Mesir Abdel Fatah el-Sisi, dan Presiden Otoritas Palestina Mahmoud Abbas juga dibatalkan oleh pihak tuan rumah Jordania.
Jordania beralasan, pembatalan pertemuan puncak tersebut sebagai protes atas pembantaian Israel atas warga Palestina di Rumah Sakit Al-Ahli al-Arabi. Amman juga menyebut, waktunya belum kondusif untuk menciptakan jalur kemanusiaan dan gencatan senjata di Jalur Gaza.
Baca juga: Perang Hamas-Israel Masuki Fase Berbahaya
Jordania sangat menginginkan agenda pertemuan puncak itu sebagai upaya mencari solusi menuju gencatan senjata atau minimal terciptanya jalur kemanusiaan di Jalur Gaza.
Menurut berita yang beredar di media Israel, Pemerintah Israel masih menolak keras upaya gencatan senjata atau menciptakan jalur kemanusiaan di Jalur Gaza saat ini. Dengan gagalnya pertemuan puncak di Amman itu, buyar pula harapan segera tercipta jalur kemanusiaan yang sangat mendesak di Jalur Gaza.
Padahal, Mesir khususnya sangat berkepentingan segera tercipta jalur kemanusiaan itu. Sudah puluhan truk pengangkut bantuan logistik dan obat-obatan menunggu di pintu gerbang Rafah sisi Mesir untuk bisa masuk Jalur Gaza.
Presiden Sisi diberitakan membujuk Presiden Biden secara khusus agar mendesak Israel mengizinkan dibukanya jalur kemanusiaan di Jalur Gaza agar bantuan logistik dari Mesir dan mancanegara bisa masuk Jalur Gaza. Mesir adalah satu-satunya wilayah yang punya akses langsung ke Jalur Gaza tanpa melalui wilayah Israel.
Baca juga: Mengapa Sesama Negara Arab Menolak Rencana Pengungsian Palestina?
Pada perang Gaza tahun 2009, 2012, 2014, dan 2021, Mesir berhasil membujuk Israel mengizinkan dibukanya jalur kemanusiaan di Jalur Gaza sehingga Mesir dan negara lain bisa memasok logistik dan obat-obatan dari wilayah Mesir ke Jalur Gaza saat itu.
Seperti diberitakan, setelah berbicara melalui telepon dengan Sisi, Biden mengatakan, Presiden Sisi setuju untuk membuka pelintasan di Rafah. Untuk tahap pertama, hanya 20 truk yang diperbolehkan masuk Jalur Gaza membawa bantuan kemanusiaan. Penyaluran akan ditutup apabila kelompok Hamas mengambil bantuan tersebut.
Pihak Israel, di tengah tekanan internasional, mengumumkan akan mengizinkan Mesir untuk membuka gerbang perbatasan Rafah guna menyalurkan bantuan kemanusiaan terbatas ke Jalur Gaza. Namun, hingga Kamis, Rafah tetap dibombardir oleh Israel.
Sebelumnya, Israel pada 12 Oktober 2023 mengancam akan menggempur truk pengangkut bantuan kemanusiaan yang mencoba masuk dari Mesir ke Jalur Gaza. Pesawat tempur Israel telah menggempur pintu gerbang Rafah sisi Jalur Gaza sebagai peringatan agar tidak mendekat area Jalur Gaza. PBB mengecam ancaman Israel tersebut sebagai tindakan yang melanggar hukum internasional.
Sikap keras Israel tersebut tampaknya karena negara itu merasa mendapat dukungan kuat dari Barat, yakni AS, Inggris, dan Perancis. Dukungan tiga negara Barat terlihat ketika mereka memveto draf resolusi DK PBB tentang jalur kemanusiaan di Jalur Gaza yang diajukan Rusia.
Namun, peristiwa berdarah pembantaian Israel atas Rumah Sakit Al-Ahli al-Arabi di kota Gaza, Selasa malam, yang menewaskan sedikitnya 500 warga Palestina dan ratusan orang lainnya luka-luka, telah mengundang kecaman dari negara-negara Barat, seperti AS dan Perancis.
Peristiwa pembantaian tersebut diharapkan bisa mengetuk hati nurani negara-negara Barat sehingga mereka mendukung lahirnya draf resolusi DK PBB tentang jalur kemanusiaan di Jalur Gaza dan bahkan juga gencatan senjata di Jalur Gaza.
Musthafa Abd Rahman, Wartawan Kompas 1991-2022