Rusia-Korut Kian Hangat di Tengah Kecurigaan Barat
Kuncup-kuncup kerja sama Pyongyang-Moskwa tampaknya akan terus bermekaran di antara isu senjata nuklir, perang, dan konfrontasi dengan Barat.
Oleh
IRENE SARWINDANINGRUM
·4 menit baca
SEOUL, KAMIS — Hubungan Rusia dan Korea Utara kian hangat pada 2023 ini. Sepanjang tahun ini, dua pejabat tinggi Rusia mengadakan lawatan resmi ke Korea Utara. Kehangatan hubungan Moskwa-Pyongyang dipamerkan hanya beberapa hari setelah Amerika Serikat mengungkapkan kecurigaan adanya kesepakatan senjata di antara keduanya.
Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov disambut pesta meriah saat tiba di tengah hujan deras di Pyongyang, ibu kota Korea Utara, Rabu (18/10/2023). Dengan hangat pula ia menyampaikan terima kasih atas dukungan Korut kepada Rusia di Ukraina.
Televisi milik Pemerintah Rusia menyiarkan gambaran kerumunan yang menyambut Lavrov di Pyongyang. Lavrov mengatakan, kunjungannya adalah kesempatan untuk membahas implementasi kesepakatan dua kepala negara.
Ia tak menjelaskan isi kesepakatan tersebut. Hanya, kesepakatan ”rahasia” itu dibuat antara Presiden Rusia Vladimir Putin dan Pemimpin Korut Kim Jong Un ketika mereka bertemu di Kosmodrom Vostochny, Rusia, pada September 2023.
Selanjutnya, Lavrov menghadiri resepsi yang juga dihadiri Menteri Luar Negeri Korut Choe Son Hui. Dilaporkan kantor berita resmi Korut, KCNA, di resepsi itu, Choe mengatakan bahwa kedua negara sedang membangun hubungan persahabatan yang tak terpisahkan berdasarkan keputusan strategis dan kepemimpinan Kim dan Putin.
Dalam pidatonya yang diterbitkan Kementerian Luar Negeri Rusia, Lavrov memuji dukungan dari Korut yang teguh dan berdasarkan prinsip terhadap Rusia dalam perang di Ukraina. Ia juga memuji keputusan Pyongyang untuk mengakui kemerdekaan wilayah yang memisahkan diri dari Ukraina dan didukung Rusia.
”Kami sepenuhnya menyadari banyak negara di seluruh dunia memiliki pandangan dan penilaian yang serupa, tetapi hanya sedikit negara, seperti Korea Utara, yang secara eksplisit menyatakan solidaritas mereka terhadap Rusia dan dapat menyatakan hal itu secara terbuka,” kata Lavrov.
Pujian Lavrov terus mengalir pada Korut yang ia sebut teguh mempertahankan kedaulatan dan keamanannya tanpa terpengaruh oleh tekanan dari AS dan Barat. Ia menyatakan, Rusia sepenuhnya mendukung kebijakan pemerintahan Kim untuk melindungi keamanan dan kepentingan ekonominya.
Sebelumnya dalam minggu ini, Lavrov mendampingi Putin dalam kunjungannya ke Beijing yang menegaskan dukungan China terhadap Rusia.
Barat cemas
Lawatan Lavrov hanya berselang beberapa hari setelah AS menuduh Korut telah mengirim amunisi ke Rusia untuk meningkatkan kemampuan perang di palagan Ukraina. Sama halnya saat pertemuan Kim dan Putin pada September lalu telah memicu kekhawatiran di Barat.
Amerika Serikat menduga adanya kemungkinan aliansi senjata, yaitu Korut akan memasok Rusia dengan amunisi untuk mendukung perangnya di Ukraina. Kiriman amunisi itu bisa jadi sebagai imbalan untuk teknologi canggih Rusia yang akan meningkatkan program nuklir Korut.
Pada saat yang sama, AS mengirimkan bantuan sistem persenjataan kepada Ukraina. Bantuan terbaru diungkap Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy yang mengonfirmasi mereka telah menerima sistem rudal taktis ATACMS dari AS. ATACMS dipakai untuk pertama kalinya menyerang markas militer Rusia, padahal tidak pernah tercatat bahwa Ukraina menerima bantuan sistem persenjataan tersebut dari AS (Kompas.id, 18 Oktober 2023).
Sebelumnya, Gedung Putih juga menyebut, Korut telah mengirim lebih dari 1.000 kontainer peralatan militer dan amunisi ke Rusia. Dugaan ini didasarkan pada data penginderaan jarak jauh yang menunjukkan adanya peningkatan kepadatan luar biasa arus lori di jalur kereta Korea Utara-Rusia.
Juru Bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih John Kirby mengatakan, AS percaya Kim mencari teknologi senjata Rusia yang canggih sebagai imbalan atas amunisi tersebut. Teknologi itu diyakini akan meningkatkan program nuklir dan militer Korea Utara.
Diplomasi antara Moskwa dan Pyongyang baru-baru ini menunjukkan bagaimana kepentingan keduanya sejalan. Mereka saling menemukan rekan kerja sama untuk menghadapi konfrontasi mereka yang intens dengan AS dan sekutu-sekutunya.
Sebelum lawatan Lavrov, Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu juga mengunjungi Korut pada Juli 2023. Shoigu bertemu dengan Kim dan menyaksikan parade militer di Pyongyang yang memamerkan rudal balistik antarbenua milik Korut. Rudal balistik ini dirancang untuk bisa menjangkau wilayah AS.
Kunjungan Kim ke Rusia pada September merupakan perjalanan luar negeri pertamanya sejak dimulainya pandemi Covid-19. Putin telah menerima undangan Kim untuk mengunjungi Korut, tetapi waktu kunjungannya belum diumumkan. Kerja sama Pyongyang-Moskwa tampaknya akan terus tumbuh di tengah isu senjata nuklir, perang, dan konfrontasi dengan negara-negara Barat. (AP/AFP/REUTERS)