Israel Gempur Rumah Sakit di Gaza, Tewaskan 500 Warga Palestina
Komunitas internasional mengecam gempuran Israel ke rumah sakit di Gaza yang menewaskan sedikitnya 500 warga Palestina.
KOTA GAZA, SELASA — Serangan udara Israel menghantam sebuah rumah sakit yang dipenuhi pasien dan pengungsi di kota Gaza, Selasa (17/10/2023), menewaskan sedikitnya 500 warga Palestina. Gempuran ini merupakan insiden tunggal yang menelan korban paling banyak di Gaza sejak perang Hamas-Israel meletus, menyusul serangan Hamas ke Israel selatan, 7 Oktober 2023.
Kantor berita Associated Press (AP) mencatat, jika terkonfirmasi, peristiwa tersebut bahkan merupakan serangan udara Israel paling mematikan dalam lima perang sejak tahun 2008. Serangan ini berlangsung menjelang lawatan Presiden Amerika Serikat Joe Biden ke Israel, Rabu (18/10/2023), guna memperlihatkan dukungannya kepada Israel.
Hampir semua kalangan di komunitas internasional, dari negara-negara Arab hingga Barat, mengecam keras serangan Israel ke rumah sakit di Gaza tersebut. Perdana Menteri Palestina Mohammad Shtayyeh menyebut serangan itu ”kejahatan mengerikan, genosida”. Ia juga mengatakan, negara-negara pendukung Israel harus ikut bertanggung jawab.
Baca juga : Palagan Perang Israel-Hamas Melebar ke Lebanon dan Suriah
Kementerian Kesehatan Gaza mengungkapkan, sekitar 500 warga Palestina tewas dalam serangan udara Israel di Rumah Sakit Al-Ahli al-Arabi. Selain dipenuhi pasien, rumah sakit itu juga dijadikan tempat pengungsian oleh warga Palestina di Gaza. Mereka meninggalkan kediaman dan ingin berlindung dari gempuran udara Israel setelah mendapat ultimatum dari Israel.
Pada Jumat (13/10/2023), militer Israel mengultimatum warga di wilayah utara Gaza agar mengungsi ke wilayah selatan. Ultimatum ini dinilai sebagai sinyal kemungkinan serangan darat Israel ke Gaza. Ratusan warga pun berlindung di rumah sakit-rumah sakit dengan harapan mereka tidak akan menjadi target serangan Israel.
Namun, rumah sakit ternyata bukan tempat yang aman untuk berlindung. ”WHO mengecam keras serangan ke rumah sakit di wilayah utara Jalur Gaza,” demikian pernyataan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). ”Rumah sakit itu merupakan satu dari 20 rumah sakit di wilayah utara Jalur Gaza yang mendapat perintah evakuasi dari militer Israel. Perintah evakuasi ini tidak mungkin dilaksanakan.”
Akibat serangan pada Rumah Sakit Al-Ahli al-Arabi, berbagai ambulans dan kendaraan pribadi dikerahkan untuk mengangkut para korban di rumah sakit itu ke rumah sakit utama di kota Gaza, yakni Al-Shifa. Rumah sakit ini sebenarnya juga telah membeludak menampung para pasien terluka akibat serangan-serangan lain. Sebagian korban terpaksa dirawat di lantai.
”Kami terpaksa mengumpulkan lima tempat tidur pasien ke dalam satu ruangan sempit. Kami butuh perlengkapan, obat-obatan, tempat tidur, anestesia. Kami butuh segala hal,” kata Mohammed Abu Selmia, Direktur Rumah Sakit Al-Shifa.
Ia menambahkan, bahan bakar untuk generator rumah sakit bakal habis, Rabu (18/10/2023). ”Saya pikir, sektor medis di Gaza bakal kolaps dalam hitungan jam,” ujar Abu Selmia.
Sekolah juga diserang
Tak hanya menghantam rumah sakit, menurut badan PBB yang menangani pengungsi Palestina (UNRWA), serangan udara Israel juga menyasar salah satu sekolah yang mereka kelola dan dijadikan tempat perlindungan warga Palestina yang mengungsi. Enam orang tewas dan ratusan orang lainnya luka-luka.
Sekolah itu menjadi tempat pengungsian sekitar 4.000 warga Palestina. UNRWA menyebutkan, dalam sepekan terakhir, 24 fasilitas PBB menjadi target serangan Israel, menewaskan sedikitnya 14 staf UNRWA.
Tak ada lagi tempat yang aman di Gaza, termasuk di fasilitas-fasilitas PBB.
”Tak ada lagi tempat yang aman di Gaza, termasuk di fasilitas-fasilitas PBB,” sebut UNRWA dalam unggahan di media sosial.
Baca juga : Eksodus Warga Palestina di Gaza, Berpacu dengan Serangan Darat Israel
Menurut otoritas kesehatan di Gaza, hingga Selasa (17/10/2023), sedikitnya 3.000 orang tewas di Gaza akibat gempuran Israel dalam rentang waktu 11 hari sejak Hamas menyerang Israel selatan. Serangan Hamas menewaskan lebih dari 1.300 orang di Israel. Hamas juga menyandera sekitar 200 orang. Kementerian Kesehatan Gaza menyebutkan, hampir dua pertiga korban di Gaza adalah anak-anak.
Serangan-serangan Israel menghancurkan banyak bangunan di Gaza hingga rata dengan tanah. Diperkirakan, sekitar 1.200 orang diyakini masih terperangkap—masih hidup atau tewas—di bawah reruntuhan bangunan yang luluh lantak akibat serangan Israel.
Tak hanya itu, Israel juga memblokade total wilayah enklave berpenduduk sekitar 2,3 juta jiwa serta menghentikan pasokan makanan, bahan bakar, listrik, dan kebutuhan medis. Separuh dari jumlah penduduk Gaza kini menjadi pengungsi di wilayah mereka.
Baca juga : Air dan Listrik di Gaza Tinggal Sehari, Gerbang Rafah Belum Dibuka
Di tempat lain, serangan besar Israel juga melanda wilayah Gaza selatan, seperti Rafah dan Khan Younis. Wartawan AP melihat sekitar 50 jenazah dibawa ke Rumah Sakit Nasser Hospital di Khan Younis.
Serangan udara di Deir al Balah meratakan sebuah rumah dengan tanah. Seorang pria bersama 11 perempuan dan anak-anak tewas di rumah itu. Sejumlah saksi mata mengatakan, tidak ada peringatan awal sebelum serangan datang.
Gelombang serangan juga menghantam kamp pengungsi Bureij di Gaza tengah. Puluhan orang menjadi korban, termasuk salah satu komandan militer Hamas, Ayman Nofal. Nofal adalah mantan kepala intelijen sayap militer Hamas.
Di kota Gaza, serangan udara menarget rumah pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh, menewaskan sedikitnya 14 orang. Haniyeh tinggal dan berada di Doha, Qatar, tetapi keluarganya masih tinggal di kota Gaza. Kantor media Hamas tidak memerinci para korban.
Pertemuan Biden di Amman batal
Sebagai protes atas serangan di rumah sakit Gaza, Presiden Palestina Mahmoud Abbas membatalkan kehadirannya pada rencana pertemuan dengan Biden, Raja Jordania Abdullah II, dan Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sisi di Amman, Jordania, Rabu (18/10/2023) ini.
Menteri Luar Negeri Jordania Ayman Safadi kepada televisi Pemerintah Jordania mengatakan, pertemuan tingkat tinggi antara tiga pemimpin Arab dan Biden dibatalkan. Menurut rencana, setelah berkunjung ke Israel, Biden melawat ke Amman, Jordania, untuk menggelar pertemuan segi empat tersebut.
Sementara di Markas Besar PBB, Rusia dan Uni Emirat Arab (UEA) mendesak digelar sidang darurat Dewan Keamanan PBB sebagai respons atas serangan pada rumah sakit di Gaza. ”Rusia dan Uni Emirat Arab meminta digelar pertemuan darurat Dewan Keamanan PBB pada pagi hari tanggal 18 Oktober untuk membahas serangan pada rumah sakit di Gaza,” kata Dmitry Polyanski, Duta Besar Rusia untuk PBB, melalui saluran Telegram.
Penasihat Kepresidenan UEA Anwar Gargash melontarkan kecaman keras terhadap Israel atas serangan pada rumah sakit di Gaza. ”Tragedi kemanusiaan dan pemandangan mengerikan orang-orang tak bersalah sebagai akibat (serangan) Israel yang harus dikecam, dengan menarget Rumah Sakit Baptis di Gaza, mengonfirmasi prioritas perlindungan warga sipil dalam perang dan keharusan menghormati hukum humaniter yang menjamin perlindungan mereka,” katanya melalui media sosial X.
Di tengah eskalasi serangan, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken berupaya mencapai kesepakatan dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu guna membahas mekanisme penyaluran bantuan kemanusiaan bagi warga Gaza. Namun, hingga Selasa (17/10/2023) malam belum tercapai kesepakatan.
Baca juga : Israel Janji Izinkan Bantuan Masuk Gaza, Biden Sambangi Timur Tengah
Seorang pejabat Israel menyatakan, pihaknya meminta jaminan bahwa Hamas tidak memanfaatkan bantuan tersebut. Tzahi Hanegbi, Kepala Dewan Nasional Israel, menambahkan bahwa pembukaan blokade untuk penyaluran bantuan bergantung pada dibebaskannya para sandera dari tangan Hamas.
”Kembalinya para sandera, yang suci di mata kami, adalah komponen utama bagi penyaluran bantuan kemanusiaan,” ujar Haneghi kepada wartawan tanpa menyebut apakah Israel telah mengajukan tuntutan soal pembebasan sekitar 200 sandera sebelum membuka jalur bantuan kemanusiaan itu.
Mengenai serangan ke Rumah Sakit Al-Ahli al-Arabi, militer Israel menuding kelompok Jihad Islam sebagai pelakunya. Roket-roket Jihad Islam, kata militer Israel, ditembakkan dari dekat rumah sakit dan meleset sasaran hingga mengenai rumah sakit itu.
Jihad Islam membantah tudingan militer Israel. Kelompok perlawanan Palestina itu menegaskan, pihaknya tidak melakukan aktivitas apa pun di sekitar kota Gaza pada saat terjadi serangan ke rumah sakit tersebut. (AP/AFP/REUTERS)