”Serbuan” Mobil Listrik China, Dilema bagi Jerman dan Perancis
Pemimpin Umum Peugeot, Linda Jackson, mengatakan, mobil listrik China jadi ancaman karena kini berkualitas lebih baik daripada sebelumnya serta relatif murah.
Pengusutan terhadap ekspor mobil listrik China ke pasar Eropa bisa memukul balik. Pengusutan secara resmi dilakukan Uni Eropa sejak 4 Oktober 2023 karena ekspor tersebut dituduh mendapatkan subsidi dari Pemerintah China.
Jika pengusutan berujung dengan pengenaan tarif pada China, hal itu menguntungkan perusahaan otomotif Eropa yang tidak memiliki bisnis signifikan di China. Namun, otomotif Jerman yang kuat di pasar di China akan terkena getahnya.
Demikian peringatan pimpinan pejabat keuangan (CFO) BMW, Walter Mertl, 6 Oktober 2023. ”Pukulan balik, mirip bumerang, akan berefek lebih besar dari yang kita bayangkan,” kata Mertl.
Retalisasi dari pihak China akan muncul. Mertl mengomentari langkah Uni Eropa (UE) sejak 4 Oktober lalu memulai penyelidikan atas dugaan subsidi terhadap ekspor mobil listrik dari Pemerintah China. Niat investigasi sudah disampaikan Ketua Komisi Eropa Ursula von der Leyen, 13 September 2023.
”Mobil listrik memiliki potensi besar bagi masa depan Eropa… Otomotif Eropa sudah berinvestasi besar-besaran untuk itu. Jika kami menemukan langkah yang menghalangi niat itu lewat distorsi pasar, kami akan bertindak keras,” kata Von Der Leyen.
Baca juga : UE Selidiki Mobil Listrik China
Ia menyebutkan, mobil listrik China dijual dengan harga sangat rendah di UE dan hal itu dimungkinkan karena ada subsidi. Namun, Ketua Komisi Perdagangan UE Valdis Dombrovskis, pada 29 September 2023, mengatakan bahwa pengusutan tersebut harus berbasis fakta.
Ekspor yang akan diusut bukan saja buatan perusahaan China, tetapi juga ekspor mobil yang dilakukan korporasi otomotif Eropa yang berbisnis di China. BMW telah mendapatkan permintaan terkait pengusutan, apakah model iX3 buatan BMW di Shenyang, China, dan diekspor ke Eropa turut mendapatkan subdisi.
Mertl mengatakan, permintaan informasi dari UE telah dipenuhi. Tentu hal serupa juga dilakukan UE terhadap Nio, BYD, dan SAIC Motor, otomotif mobil listrik China. Tesla juga diusut karena mengekspor mobil listrik yang dibuat di China.
Hak pembangunan
Jika dalam pengusutan tersebut ditemukan subsidi, UE akan memikirkan kemungkinan pengenaan tarif tambahan terhadap ekspor mobil dari China. Kementerian Perdagangan China, 14 September 2023, telah menentang pengusutan tersebut. Pihak China menyebutkan langkah UE merupakan aksi telanjang yang memperlihatkan sikap proteksionisme UE. Langkah tersebut akan mengganggu relasi China-UE.
Baca juga : Transformasi Industri Otomotif China
Menurut China Daily, 14 September 2023, penolakan juga muncul dari Kamar Dagang dan Industri UE di China. ”Kami mendesak UE agar secara obyektif melihat pengembangan mobil listrik China dan tidak mengenakan langkah unilateral dengan memblokade masuknya mobil listrik China dan menyebabkan biaya naik,” demikian pernyataan lembaga yang dipimpin Jens Eskelund itu.
Apakah China memberikan dorongan pada pengembangan subsidi mobil listrik? China adalah negara yang disebut menjalankan kapitalisme negara. Diduga kuat, negara memberi dukungan besar, tetapi belum bisa dipastikan apakah itu subsidi.
Adalah hak sebuah negara untuk membangun industrinya dan itu tidak menyalahi aturan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO). China relatif pemula dalam industri mobil dan ingin memiliki industri motif yang unggul di dunia lewat mobil listrik.
China relatif pemula dalam industri mobil dan ingin memiliki industri motif yang unggul di dunia lewat mobil listrik.
Kemajuan industri mobil listrik China juga dimungkinkan karena kemajuan teknologi. Pemimpin UmumPeugeot, Linda Jackson, mengatakan, mobil listrik China jadi ancaman karena kini berkualitas lebih baik dari sebelumnya serta relatif murah.
Baca juga : Mobil Listrik China Mulai Resahkan OPEC dan Industri Otomotif Lama Dunia
Berdasarkan laporan Allianz Trade, mobil listrik China akan menyebabkan kerugian 7,7 miliar dollar AS per tahun mulai 2030 di Eropa jika para pembuat kebijakan UE tidak bertindak segera (Automotive News Europe, 5 Mei 2023).
Jerman menolak
Lepas dari itu, BMW telah menyatakan sikap agar UE tidak mengusut mobil listrik China. Sebanyak 90 persen penjualan BMW di China diproduksi di China, tetapi sejumlah material didatangkan dari Eropa, kata Mertl.
Kanselir Jerman Olaf Scholz, seperti dikutip Reuters, 6 September 2023, sudah menyatakan agar industri otomotif Jerman tidak terintimidasi dengan kehadiran otomotif China, bahkan harus menyambut persaingan. ”Persaingan akan mendorong, bukan menakutkan,” kata Scholz saat membuka pameran omotif IAA Mobility di Muenchen.
”Ya, mobil-mobil bagus juga dikembangkan di luar Jerman,” kata Scholz. Ia optimistis, Eropa memiliki kemampuan besar dalam teknologi otomotif.
Pada 28 September 2023, seperti dikutip situs Politico, Scholz juga menyatakan skeptis atas pengusutan itu. Ia meminta UE tidak bersikap proteksionis, tetapi menghargai persaingan. ”Model ekonomi yang saya sukai adalah persaingan,” kata Scholz di sebuah panel Berlin Global Dialogue. Ia mengingatkan, model proteksionisme dan perang dagang bukan sesuatu yang diinginkan.
Trio otomotif Jerman (Volswagen/VW, BMW, dan Mercedes Benz) merajai pasaran dunia, Eropa, dan juga China. Penjualan otomotif Jerman di China sama pentingnya dengan penjualan di pasar Jerman. Scholz mengenang awal masuknya mobil Jepang ke Eropa.
Dulu ada debat besar saat mobil Jepang mulai masuk ke Jerman. Kini otomotif Jepang jadi bagian dari pasar Eropa. Ada mobil Jerman di Jepang dan ada mobil Jepang di Jerman. Apa persoalannya? (Kanselir Olaf Scholz)
”Saya masih ingat dulu ada debat besar saat mobil Jepang mulai masuk ke Jerman. Kini otomotif Jepang menjadi bagian dari pasar Eropa. Ada mobil Jerman di Jepang dan ada mobil Jepang di Jerman. Apa persoalannya?” kata Scholz seraya mangatakan debat serupa juga pernah terjadi dengan otomotif Korea Selatan.
Kepicikan Perancis?
Mengapa UE ngotot mengusut mobil China? Situs media Politico, 19 Juni 2023, menuliskan, Pemerintah Perancis dan proksinya pada industri Perancis dan di komisi-komisi UE mendesak UE yang beranggotakan 27 negara itu mengusut subsidi mobil China.
Pangsa pasar mobil listrik China di Eropa sekarang ini baru di bawah 5 persen, menurut Analisa Transport & Environment. Namun, pangsa tersebut akan naik hingga 18 persen pada 2025, cukup besar untuk mengganggu pelaku lokal di Eropa.
Baca juga : Produk Otomotif China Menantang Eropa
Keunggulan mobil listrik China terletak pada biaya murah dan produksi skala ekonomis. Ini hasil dari ambisi puluhan tahun China yang ingin mengubah dominasi VW, Mercedes-Benz, Peugeot, dan lainnya di dunia.
Akan tetapi, hal ini sekaligus menjadi masalah bagi Renault dan Stellantis (perusahaan Belanda dengan akar Perancis dan sebagian kecil sahamnya dimiliki Pemerintah Perancis). ”Kita harus terbangun,” kata Presiden Perancis Emmanuel Macron tahun lalu saat menghadiri Paris Motor Show. “Eropa harus menyiapkan respons cepat dan kuat.”
Hal inilah yang turut memicu penyelidikan mobil listrik China oleh UE. Namun, analis independen otomotif, Matthias Schmidt, mengatakan bahwa Perancis bisa saja bertutur menurut versinya sendiri. Perancis juga mengeluh tentang penyebab mengapa otomotifnya yang lemah di China.
Pemimpin Umum Renault, Luca de Meo, mengindikasikan segera berbenah memasuki pasar China. Sejauh ini Renault tidak memiliki basis kuat di China. Stellantis juga tidak terlalu kuat di pasar China. Perancis memiliki risiko kecil jika terjadi perang dagang UE dengan China.
Rumah kedua VW
Akan tetapi, jika UE mengenakan tarif terhadap impor mobil listrik asal China, hal itu akan memukul Jerman. UE mengenakan tarif atas kehendak negara-negara anggotanya. Dalam hal ada keberatan Perancis, misalnya, sanksi terhadap China akan dilakukan lewat UE. China tidak akan mungkin diam dan akan membalas UE.
Schmidt mengatakan, Jerman memiliki basis kuat di pasar China dan menjadi sumber pendapatan utama. Apakah otomotif Jerman harus jadi korban akan retaliasi dari China hanya karena industri dari negara tertentu merasa dirugikan oleh China?
Baca juga : Mobil Listrik, Kuda Troya China di Era Multipolar
Bagi Jerman, pasar China adalah anugerah. VW menjadi produsen otomotif terbesar dunia karena pasar China. VW menyebut China sebagai rumah kedua. Sebesar 40 persen dari total penjualan global VW terjadi di China, naik dari 31 persen dibandingkan dengan satu dekade silam, menurut data Center for Automotive Management (CAM) yang berbasis di Koeln. BMW dan Mercedes-Benz memiliki pasar besar di China.
Bagi Jerman, pasar China adalah anugerah. VW menjadi produsen otomotif terbesar dunia karena pasar China. VW menyebut China sebagai rumah kedua.
Trio Jerman juga terancam mobil China. Kota-kota otomotif Jerman, seperti Wolfsburg, Muenchen dan Stuttgart, merasakan serbuan mobil China. Akan tetapi, Mercedes juga memiliki pabrik terbesar di China. “Adalah tindakan bodoh memulai perang dagang dengan China,” kata Ferdinand Dudenhöffer, professor di Center Automotive Research di Duisburg.
Kerugian akan meluas
Jika UE mengenakan tarif terhadap mobil China, diduga kerugian akan meluas. Bahan mentah untuk produksi baterai Jerman berasal dari China. China bisa memukul Jerman lewat pasokan baterai.
”Kami tidak naif. Kami harus lebih kuat dan independen dari negara-negara individu dalam kasus baterai litium, sebagai contoh,” kata Pemimpin Umum Mercedes-Benz CEO Ola Källenius.
Baca juga : Uni Eropa Kelola Hubungan dengan China
China memiliki porsi 76 persen terhadap total produksi baterai global, menurut European Court of Auditors. Mercedes-Benz ingin membangun pabrik baterai di Eropa dengan pasokan bahan dari China. ”Putus hubungan dengan China adalah ilusi dan tidak diinginkan,” kata Källenius.
Kemelut ini juga bukan hanya tentang Perancis dan Jerman. Sejak menutup pabrik di Inggris, Honda mengekspor mobil dari pabriknya di China. Ekspor Honda juga bisa kena tarif UE.
Persoalan UE bukan soal China semata. ”Sekian lama Eropa lengah karena yakin China tidak akan bisa unggul. China ternyata bisa melakukan apa yang pernah dilakukan Eropa terhadap China,” kata pelobi otomotif di Brussels yang minta namanya tidak disebutkan.
Pelobi anonim ini juga bertanya, “Apakah Eropa ingin aksesnya tertutup pada pasar mobil listrik terbesar di dunia?”
Pasar mobil listrik di dunia bukan hanya Eropa, tetapi juga Asia dan China. Pasar ini dibutuhkan industri otomotif Eropa, tetapi akan tertutup jika UE melancarkan perang dagang. (REUTERS/AP/AFP)
--------
Simon P Saragih S, wartawan Kompas 1989-2023