Mobil Listrik China Mulai Resahkan OPEC dan Industri Otomotif Lama Dunia
Kemunculan ekspansif dan masif mobil-mobil listrik asal China menabuh lonceng peringatan bagi negara-negara penghasil minyak, sekaligus menghadirkan ancaman bagi negara-negara industri lama otomotif dunia.
Lupakan dulu krisis bertele-tele perang di Ukraina dan kemelut terkait sengketa wilayah Laut China Selatan. Ada satu hal urgen yang membuat dunia harus bergegas dan wajib berpikir tentang bagaimana menghadapi masa depan. Pemicu hal urgen tersebut adalah pemunculan mobil listrik China. Mencermati fenomena yang terjadi, ini lebih dari sekadar munculnya mobil bertenaga baru.
Posisi industri otomotif lama dengan mesin pembakaran energi fosil tidak akan pernah sama lagi. Demikian seperti dituliskan Fortune, 5 September 2023. Otomotif baru mulai dari sedan hingga truk diperkirakan akan bergeser ke mesin bertenaga baterai yang bisa dicas (recharge).
China dan Tesla menjadi pemicu utama kehadiran mobil listrik (electric vehicle). Para pelaku baru mobil listrik juga akan bermunculan dan bersaing untuk melakukan hal serupa. Negara-negara pelaku mobil listrik kemungkinan tidak akan didominasi lagi oleh Eropa, Amerika Serikat, Jepang, Korea Selatan, dan China. Para pelaku komoditas itu akan muncul dari negara yang tak terbayangkan, seperti Vietnam dengan VinFast Auto atau India dengan ibu kota kendaraan listrik, Krishnagiri (The Telegraph, 26 September 2023).
Baca juga: Vietnam ”Darling” Investor, Tidak Hanya Mengentak Batam
Pasar kini dan di depan tidak lagi tergantung pada Barat dan AS, tetapi menyebar keluar sehingga dorongan akan kuat bagi kemunculan pelaku-pelaku baru. Tentu Volkswagen (VW), BMW, Hyundai, Nissan, dan korporasi lama utama otomotif dunia lainnya sudah mulai beralih ke mesin bertenaga baterai.
Peralihan konsumsi energi
Efek selanjutnya adalah permintaan energi fosil yang akan menurun. Lonceng kematian Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dalam arti kenaikan permintaan minyak mulai meragukan pihak industri perminyakan. ”OPEC sedang mengalami spiral kematian—karena China,” demikian tulis The Telegraph.
Para pejabat Arab Saudi dan OPEC tidak memercayai pernyataan bahwa permintaan minyak dunia akan terus meningkat. OPEC bersama Rusia telah mengurangi produksi minyak mentah dunia sebesar 2 juta barel per hari. Ini lebih kurang setara dengan jumlah minyak mentah yang saat ini digantikan lewat penjualan kendaraan listrik di seluruh dunia, demikian menurut Bloomberg New Energy Finance.
Akan ada lagi pengurangan konsumsi energi fosil. Kendaraan listrik sudah berada di jalur yang tepat untuk mencapai pangsa pasar 60 persen dari total penjualan mobil di pasar mobil dunia dalam waktu dua tahun dari sekarang.
OPEC sedang dihantam dari dua sisi. Mobil dengan mesin konvensional berbahan bakar bensin dan diesel sudah menjadi lebih efisien dan secara bertahap menggantikan 1,4 miliar mobil model lama. BP mengatakan, hal ini saja sudah akan mengurangi sepersepuluh dari total permintaan minyak global pada tahun 2040.
Baca juga: OPEC+ Menampar Amerika Serikat
Kehadiran kendaraan listrik kini mulai berdampak signifikan. Penjualan kendaraan listrik di China saja telah mencapai 38 persen dari total penjualan semua mobil pada musim panas 2023. Lembaga think tank China, Chebai, mengatakan bahwa penjualan kendaraan listrik akan mencapai 17 juta unit atau 60 persen dari total pasar China pada tahun 2025 dan meningkat menjadi 90 persen pada tahun 2030.
Li Xiang, pendiri Li Auto, produsen mobil China yang sedang booming, memperkirakan penjualan kendaraan listrik akan mencapai 80 persen pada tahun 2025. Baik oleh China maupun pesaingnya, kendaraan listrik murah akan dipasarkan secara massal serta membanjiri pasar Asia Tenggara dan sebagian besar negara-negara Selatan.
Premis utama OPEC selama ini adalah keberadaan miliaran jiwa kelas menengah di negara-negara berkembang Asia akan lebih dari cukup untuk mengimbangi penurunan pemakaian minyak di blok negara-negara kaya yang tergabung dalam Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD). Gagasan tersebut lemah.
Penurunan pemakaian minyak pada transportasi mobil dan bus mungkin akan terjadi lebih cepat dari apa yang dibayangkan oleh siapa pun. ”OPEC seperti yang kita tahu mungkin berada di titik puncak spiral kematian,” lanjut The Telegraph.
Melejit sejak 2022
Perubahan signifikan tentang eksistensi mobil listrik sudah muncul dalam 1,5 tahun terakhir. Perubahan dalam komposisi pasar otomotif China menjadi pemicu. Pada awal 2023, total produksi mobil listrik China telah mencapai angka 20 juta unit.
Dari 20 juta unit itu, 10 juta unit pertama berjalan tertatih-tatih. Diperlukan 15 tahun untuk mencapai angka produksi 10 juta unit pertama. Sebanyak 10 juta unit tahap kedua hanya memerlukan waktu satu tahun lima bulan atau melejit semenjak Februari 2022.
Seperti dikutip harian China Daily, 7 April 2023, percepatan tahap kedua didorong kemajuan dalam kualitas mobil listrik. Menurut Fu Bingfeng, Wakil Presiden dan Sekjen Asosiasi Manufaktur Otomotif China (CAAM), mobil listrik kini menjadi bagian penting dalam sistem industri modern China.
Mobil listrik kini menjadi bagian penting dalam sistem industri modern China.
Zhang Xiang, profesor tamu pada Departemen Teknik Huanghe Science and Technology University, mengatakan, angka 20 juta menjadi batu loncatan berarti. Mobil listrik beranjak dari tahap awal ke level pertumbuhan.
Penjualan tahunan perusahaan mobil listrik di China, seperti oleh BYD (Build Your Dream), telah melampaui penjualan mobil bensin buatan FAW-Volkswagen dan SAIC Volkswagen. Sementara itu, untuk pertama kali pada semester pertama 2023, China telah menjadi eksportir mobil terbesar dunia dan kontribusi ekspor mobil listrik berperan banyak di balik itu.
Baca juga: China Jadi Raksasa Pengekspor Mobil berkat Kendaraan Listrik
Pada semester pertama 2023, China mengekspor 2,34 juta mobil dan mengalahkan Jepang yang mengekspor 2,02 juta unit. Cui Dongshu, Sekjen Asosiasi Kendaraan Berpenumpang (Passenger Car Association), mengatakan bahwa permintaan terhadap mobil listrik China di pasar utama Eropa dan Asia Tenggara melejit.
Dari total ekspor mobil China periode Januari-Juni 2023 itu, 534.000 unit merupakan mobil listrik atau hibrida dengan kenaikan ekspor 160 persen dibandingkan periode serupa tahun 2022. Hingga akhir 2023, ekspor mobil China akan mencapai 5 juta unit, naik dari 3,11 juta unit pada 2022.
Baca juga: Mobil Listrik, Kuda Troya China di Era Multipolar
Dalam pasar ekspor ini, China menggusur posisi Tesla. Adalah Tesla sebagai perusahaan pertama yang memasuki Eropa dengan mobil listrik, dan kini China mengancam. BYD kini produsen mobil listrik nomor satu dunia dengan total penjualan global 1,8 juta unit di China dan seluruh dunia, menggusur posisi Tesla.
Merajai pameran di Muenchen
Semua ini tidak mencuat di permukaan walau sudah terjadi. Adalah pameran mobil di Muenchen, Jerman, International Motor Show (IAA), yang membuka mata dunia. Pameran mobil internasional IAA di kota itu biasanya menjadi ajang utama bagi industri otomotif Eropa, khususnya Jerman. Namun, ajang IAA, September 2023, yang dibuka Kanselir Jerman Olaf Scholz berubah menjadi ajang China unjuk kemajuan dalam otomotif mobil listrik.
Otomotif China juga muncul dengan harga lebih murah, bahkan murahnya relatif fantastis. Pengunjung dan jurnalis tumpah ruah ke stan otomotif China. ”IAA menjadi pertunjukan China,” tulis Der Spiegel, sebagaimana dikutip media AS, Fortune, 5 September 2023.
Peralihan dari mobil bermesin pembakaran energi ke mobil listrik menjadi pusat perhatian di IAA. Ada mobil baru China bertenaga baterai isi ulang hasil inovasi yang dirasakan sebagai selangkah di depan teknologi otomotif Jerman. Tak pelak lagi, muncul perkiraan bahwa mobil listrik China akan mengancam eksistensi industri otomotif Jerman.
Keberhasilan Tesla milik Elon Musk telah membuat Mercedes-Benz dan BMW menjadi ”minder”. Kini sedang hadir BYD asal China milik Wang Chuanfu yang akan menambah kesengsaraan bagi industri otomotif di Eropa. ”Kami ingin menjadi perusahaan yang menghasilkan mobil premium dengan harga terjangkau,” kata Manajer BYD Eropa Brian Yang dalam wawancara dengan Handelsblatt.
”China telah melirik pasar Eropa dengan potensi mengubah industri Eropa,” ujar Sigrid de Vries, Direktur Umum ACEA, kelompok lobi industri Eropa.
Tak pelak lagi, muncul perkiraan bahwa mobil listrik China akan mengancam eksistensi industri otomotif Jerman.
CEO BMW Group Oliver Zipse mencoba menepis ancaman China. Ia mengatakan, China kemungkinan tidak bisa membuat mobil berselera Eropa atau gagal dalam layanan purnajual. ”Ambisi tidak serupa dengan sukses,” kata Zipse.
Akan tetapi, kali ini otomotif China tidak hanya sekadar ambisius. ”Sejumlah kalangan menyatakan pasar otomotif tidak akan pernah sama lagi setelah IAA di Muenchen,” tulis Fortune.
Program Made in China 2025
Tiga pakar dari AS mencoba menjelaskan fenomena mobil listrik China ini, yakni John D Graham, profesor dari Indiana University; Keith B Belton dari Pareto Policy Solutions; dan Suri Xia dari Indiana University. Program Made in China 2025 yang dicanangkan oleh Presiden Xi Jinping pada 2015 adalah pemicu dengan penekanan pada kenaikan pangsa pasar global China untuk barang bernilai tambah tinggi.
Baca juga: Pesan Kuat Presiden Xi Jinping
Awalnya untuk industri otomotif, China iri dengan kinerja Volkswagen untuk Jerman, Toyota untuk Jepang, dan General Motors untuk AS. ”Kementerian Sains dan Teknologi China merasa sulit bersaing dengan AS, Jerman, Jepang, hingga Korea Selatan untuk otomotif konvensional,” sebut tiga pakar dari AS tersebut. Dirasakan, hampir mustahil mengejar kemajuan teknologi otomotif raksasa dunia itu.
Proyek kementerian tersebut, 863 Program, merujuk pada program riset dan pengembangan yang dimulai sejak 1986 dengan melibatkan pihak otomotif China, pemasok, universitas, dan laboratorium independen membuat China beralih fokus pada 2006, yakni ke new energy vehicles (NEVs). Inilah dasar utama peralihan China ke mobil listrik.
Fokus ke teknologi baterai menjadi hal utama karena inilah inti dari mobil listrik. ”China paling kompetitif dalam jaringan produksi baterai. Bagian termahal dari elemen mobil listrik adalah baterai. Otomotif China memiliki baterai berkualitas tinggi, diproduksi dengan biaya rendah, sembari industri otomotif melanjutkan perbaikan teknologi,” kata Ding Yuqian, Kepala China Autos Research di HSBC (China Daily, 21 Agustus 2023).
Di titik inilah pesaing China sedang keteteran, terutama dalam teknologi baterai dan produksinya yang efisien dan tersedia mudah untuk perusahaan pembuat mobil listrik China. Tentu di balik semua itu adalah dukungan pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan lembaga-lembaga perbankan China.
Baca juga: China Balapan Memproduksi Mobil Listrik
”Sejak Tesla Inc dan Mitsubishi Motors Corp mulai mengembangkan mobil listrik pertama pada akhir tahun 2000-an, pembuat kendaraan bertenaga baterai telah berjuang. Struktur biaya begitu tinggi, bahkan subsidi, tidak menolong dan dan kerugian pabrikan belum bisa diatasi. Hal ini akhirnya berubah dan China memimpin perubahan tersebut,” tulis The Washington Post, 8 Agustus 2023.
Pengembangan baterai China ini luput dari perhatian industri otomotif dunia. Mereka berkonsentrasi pada pembuatan mobil mewah dan fitur tingkat tinggi yang semakin mendorong kenaikan harga mobil. Diam-diam China fokus pada bahan mentah untuk manufaktur baterai dan menawarkan mobil listrik dengan harga terjangkau dan kualitas mobil premium, seperti Dolphin buatan BYD.
Memasuki pasar global
Saat bersamaan, seperti dikutip The Global Times, 10 Agustus 2023, dengan melansir ”2022 China Automotive Low Carbon Action Plan” yang dipublikasikan China Automotive Technology & Research Center, emisi karbon mobil listrik 43,4 persen lebih rendah ketimbang internal-combustion vehicles. Hal ini senada dengan isu global terkait rencana penurunan pemanasan global.
Kehebatan China juga terletak pada penyediaan 5,21 juta titik pengisian baterai dan 1.973 pusat penggantian baterai, seperti disebutkan Kementerian Industri dan Teknologi Informasi China. Dari sinilah dimulai kemajuan penjualan mobil listrik di pasar domestik dan kini China makin beranjak ke pasar global.
Eropa dan AS akan dicoba dimasuki. Kemungkinan akan ada hambatan karena unsur geopolitik. Akan tetapi, sama seperti mobil Jepang dan Korea Selatan, butuh waktu lama untuk memasuki pasar AS dan Eropa. China akan sabar dengan itu semua.
Tentu, China tidak bisa berharap terlalu banyak dari pasar AS dan Eropa. China memiliki 25 juta unit pasar otomotif per tahun. China bisa membuat 45 juta unit otomotif setiap tahun atau 15 juta lebih besar dari kebutuhan domestik China. Kelebihan itu bisa diserap di luar AS dan Eropa.
Baca juga: China Perluas Dominasi Baterai Kendaraan Listrik Dunia
Akan tetapi, penjajakan pasar Eropa, khususnya Jerman, tampaknya menjadi ajang uji selera konsumen otomotif dunia. Brian Gu, Presiden Xpeng, pembuat mobil listrik China, menyadari peran Jerman. ”Kami menyadari Jerman adalah negara terpenting dan menjadi standar tertinggi bagi semua pembuat mobil dunia,” kata Gu kepada CNBC, 4 September 2023.
Jika Jerman bisa ditaklukkan, penaklukan pasar dunia akan jauh lebih mudah. ”Bisa hadir di Jerman dan konsumen tertarik, ini akan sangat menolong kami memasuki Benua Eropa. Kami berambisi memasuki pasar dunia,” lanjut Gu.
Jerman adalah negara terpenting dan menjadi standar tertinggi bagi semua pembuat mobil dunia. Jika Jerman bisa ditaklukkan, penaklukan pasar dunia akan jauh lebih mudah.
Dengan sepak terjang China, berbagai kalkulasi bermunculan bahwa mobil listrik akan menenggelamkan perusahaan-perusahaan otomotif dunia. Analisis bank asal Swiss, UBS, sudah menurunkan peringkat saham Renault dan VW pada 1 September 2023.
UBS menurunkan status saham dua perusahaan itu dari netral menjadi ”jual” seiring dengan meningkatnya persaingan di pasar China dan global. UBS percaya bahwa pembuat mobil lama menghadapi risiko tertinggi karena akan mengalami penurunan pangsa pasar yang signifikan. Ini terjadi karena meningkatnya persaingan dari China dan Tesla.
Analis UBS juga meyakini bahwa Volkswagen Jerman sebagai eks nomor satu penjual mobil listrik di China juga menjadi perusahaan yang paling terkena dampak negatif atas kebangkitan produsen mobil China. ”Perubahan manajemen dan langkah strategis baru-baru ini akan mencoba mengatasi tantangan, tetapi kami yakin VW tidak mungkin dapat mengatasi kemajuan China di masa depan tanpa dampak negatif terhadap pendapatan VW,” demikian analisis UBS.
Ada siklus baru dalam industri otomotif yang tidak bisa dielakkan, yakni eksistensi mobil listrik China. Ancaman ini bukan saja pada VW dan Renault, tetapi juga pada raksasa otomotif konvensional dunia lainnya. Mungkin semuanya akan bergegas mengejar China dalam industri mobil listrik.
Baca juga: Produk Otomotif China Menantang Eropa
Akan tetapi, ada yang disayangkan. Bagaimana bisa terjadi, industri otomotif AS sekalipun telah lengah menangkap investasi Warren Buffett secara besar-besaran di BYD sepuluh tahun lalu. Bagaimana pula AS telah mengabaikan dan tidak menangkap makna pilihan investasi mahaguru investasi asal AS, Buffett. Demikian dikatakan Profesor John Quelch dari University of Miami kepada televisi China, CGTN, 25 September 2023,
Solusi Eropa dan AS dengan menghambat produk China lewat tarif bukan solusi tepat. Kerugian besar akan dihadapi konsumen global, sementara perusahaan-perusahaan AS dan Eropa itu tidak menangkap preferensi konsumen. (REUTERS/AP/AFP)