Bagaimana Hamas Membobol Israel?
Serangan terorkestrasi oleh Hamas membuat kemampuan kelompok ini disamakan dengan pasukan elite Barat. Namun, bagaimana intelijen Israel tidak mencium sebelumnya?
JALUR GAZA, MINGGU — Matahari masih malu-malu menampakkan wajahnya, Sabtu (7/10/2023) pagi. Akan tetapi, ribuan anggota kelompok Hamas telah bersiap-siap-siap untuk bergerak mendekati wilayah Israel. Mereka bersiap untuk memasuki wilayah Israel dari darat, laut, dan udara.
Sekitar pukul 06.30 waktu setempat, Hamas mulai menembakkan ribuan roket ke seluruh wilayah selatan Israel. Hamas mengklaim menembakkan sekitar 5.000 roket ke arah tersebut dan membuat sirene peringatan tanda bahaya berbunyi, mulai dari Tel Aviv hingga Beersheba.
Pada saat itulah, ribuan anggota kelompok Hamas memasuki wilayah Israel dengan berbagai cara, mulai dari memotong kawat pagar pembatas, menggunakan paragliding, hingga menyusup melalui jalur laut. Menurut militer Israel, selang satu jam setelah roket pertama ditembakkan, anggota kelompok Hamas telah berada di wilayah Israel.
Sebagian besar anggota berhasil menerobos penghalang keamanan darat yang memisahkan Gaza dan Israel. Rekaman video singkat yang dikeluarkan oleh Hamas memperlihatkan sejumlah anggotanya menerobos pagar keamanan yang sudah diamankan ketika cahaya matahari masih redup.
Baca juga : Dunia Serukan Israel-Palestina Menahan Diri
Video lain menunjukkan enam sepeda motor yang ditumpangi sejumlah anggota kelompok tersebut menerobos penghalang di perbatasan Gaza-Israel yang dilengkapi detektor metal. Ada pula video yang menayangkan alat berat digunakan oleh anggota kelompok Hamas untuk menjebol pagar pembatas.
Video lain menampilkan sejumlah anggota Hamas menggunakan perahu motor tengah menuju Zikim, kota pesisir dan pangkalan militer Israel. Media Al-Quds Al-Arabi mengompilasi beberapa video yang memperlihatkan beberapa cara anggota Kelompok Hamas menyusup ke wilayah Israel.
Salah satu cara penyusupan menggunakan paragliding, parasut yang terbang dari bukit didorong sebuah mesin yang dikendalikan seorang pilot. Satu orang rekannya yang menjadi tandem bersiaga dengan sebuah senapan otomatis di belakangnya. Sebuah rekaman video memperlihatkan beberapa paraglider tengah terbang dan melintasi perbatasan Gaza menuju ke wilayah Israel.
Militer Israel mengatakan, pada pukul 10.00 anggota Hamas berhasil menembus dan melumpuhkan setidaknya instalasi militer di tiga titik, yaitu perbatasan Erez, Zikim, dan Reim.
Baca juga : Hamas Bertahan di Israel Selatan, Israel Dikhawatirkan Siapkan Serangan Darat ke Gaza
Laporan Times of Israel menyebut, hingga Sabtu siang, diketahui terdapat 22 titik pertempuran antara anggota Hamas dan militer Israel. Be’eri dan Ofakim adalah dua daerah dalam catatan media sebagai lokasi pertempuran yang cukup sengit.
Setelah memasuki wilayah Israel, para anggota kelompok Hamas menggeledah sejumlah tempat dan diketahui membawa puluhan warga sipil Israel ke Gaza. Setelah merusak kendaraan tempur dan berbagai peralatan militer yang mereka temui, mereka juga membawa pulang sejumlah kendaraan tempur yang masih laik pakai, termasuk sejumlah tank ke wilayah Gaza.
Ini bukan tentang ’kegagalan’, melainkan ’kemunduran’, dalam huruf kapital dengan warna yang mencolok.
Israel telah membangun pagar pembatas dengan Jalur Gaza untuk mencegah penyusupan. Pagar-pagar itu bahkan ditanam sangat dalam agar warga Palestina tidak bisa membangun terowongan yang bisa digunakan untuk menghubungkan Gaza dengan wilayah Israel. Sistem pengawasan sangat ketat, termasuk penggunaan kamera, sensor gerak dan panas, hingga teknologi pendengaran dengan tingkat sensitivitas tinggi.
Baca juga : Perjuangan Palestina dari Perang 1948 hingga 2021
Situs berita Ynet menyebut, aparat keamanan tengah memeriksa apakah kerusuhan baru-baru ini di sepanjang perbatasan Gaza digunakan sebagai kedok bagi para pejuang Palestina untuk memasang bahan peledak guna menembus penghalang. Juru Bicara Militer Israel Letnan Kolonel Richard Hecht tidak menjawab ketika ditanya bagaimana anggota Hamas bisa menjebol pagar pembatas Gaza-Israel. ”Itu pertanyaan bagus,” katanya.
Kegagalan kolosal
Pertanyaan tidak hanya muncul dari kalangan internal keamanan Israel. Hussein Madjoubi, kolumnis Al-Quds Al-Arabi, mengatakan, skala penyusupan dan serangan Hamas yang masif memperlihatkan kelompok ini mempersiapkan diri dengan sangat baik dan tertata. Dia bahkan menyebut, dengan skala serangan seperti ini, kemampuan Hamas sama seperti kemampuan pasukan marinir AS, pasukan khusus Inggris, atau pasukan Spetsnaz Rusia.
Baca juga : Koridor Ekonomi Baru Merayu Riyadh
Dia meyakini bahwa Hamas membutuhkan waktu cukup lama untuk melatih dan mengorkestrasi serangan 7 Oktober ini. ”Tidak diragukan lagi, serangan-serangan ini akan dipelajari dengan cermat oleh berbagai kalangan karena profesionalitas operasinya luar biasa. Dalam praktiknya, sejumlah analis militer bertanya-tanya di beberapa forum militer beberapa jam setelah serangan dilancarkan, ’Bagaimana Hamas mendapatkan tingkat pelatihan seperti ini ketika mereka dikepung’ selama bertahun-tahun?” tulisnya.
Serangan yang terokestrasi dengan baik ini sekaligus menimbulkan pertanyaan mengenai kerja-kerja Mossad dan Shinbet untuk melakukan pencegahan (kontraintelijen).
Madjoubi mengatakan, Mossad (dinas intelijen luar negeri Israel) dan Shinbet (dinas intelijen domestik Israel) memiliki kemampuan untuk melakukan penetrasi ke dalam kelompok-kelompok garis keras Palestina dengan sangat baik. Mereka diketahui memiliki agen di banyak kelompok di Palestina yang diyakini bisa memberikan informasi lebih dulu jika akan terjadi serangan seperti ini.
Baca juga : Raisi: Langkah Mundur, Normalisasi Arab Saudi-Israel
Tak hanya mengandalkan kemampuan agen, Israel juga diketahui memiliki program pengawasan dan peralatan intelijen, seperti Pegasus, yang mampu menyadap percakapan berbagai peranti percakapan, khususnya gawai pintar.
Tidak salah, menurut Madjoubi, jika surat kabar Israel, Maariv, mengkritik pedas kepemimpinan militer dan intelijen Israel yang kebobolan. ”Ini bukan tentang’kegagalan’, melainkan ’kemunduran’, dalam huruf kapital dengan warna yang mencolok,” tulis Madjoubi, mengutip Maariv.
Mantan kepala intelijen Angkatan Bersenjata Israel (IDF) Amos Yadlin, dikutip Times of Israel, menyebut serangan Hamas menandai "kegagalan intelijen", sama seperti Israel digempur tentara Mesir dan Suriah pada Perang Yom Kippur, tepat 50 tahun silam.
"Semua warga Israel bertanya-tanya: di mana IDF, di mana polisi, di mana apara keamanan? Ini kegagalan kolosal," ujar Eli Maron, mantan kepala Angkatan Laut Israel. (REUTERS)