PBB dan Sejumlah Negara Desak Israel-Palestina Hentikan Konflik
Israel dan Palestina diminta untuk segera menghentikan konflik bersenjata dan melindungi warga sipil.
Oleh
BONIFASIUS JOSIE SUSILO HARDIANTO, IWAN SANTOSA
·4 menit baca
Zurich, Sabtu – Perserikatan Bangsa-Bangsa dan sejumlah negara mendesak agar Israel dan faksi militer Palestina, terutama Hamas segera menahan diri, meredakan ketegangan, dan menghentikan konflik. Seruan tersebut disampaikan secara terpisah, Sabtu (7/10/2023). Seruan menyusul konflik bersenjata antara gerilyawan Palestina dan tentara Israel. Setidaknya hingga berita ini ditulis, sebanyak 23 warga Israel dikabarkan tewas dan 250 lainnya terluka.
Pemerintah Oman meminta Israel dan Palestina menahan diri secara maksimal. Selain itu Oman juga meminta komunitas internasional untuk segera melakukan pendekatan untuk menghentikan eskalasi konflik. Senada dengan Oman, Kementerian Luar Negeri Rusia juga menyerukan agar pasukan Israel dan gerilyawan Palestina segera menghentikan konflik bersenjata.
“Kami menyerukan kepada pihak Palestina dan Israel untuk segera melakukan gencatan senjata, meninggalkan kekerasan, menahan diri dan dengan bantuan komunitas internasional membangun proses negosiasi yang bertujuan untuk menciptakan perdamaian yang komprehensif, abadi dan telah lama ditunggu-tunggu,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova.
Dari Zurich, Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia Volker Turk juga menyerukan penghentian segera kekerasan. Turk mengatakan pihaknya sangat terkejut dengan konflik bersenjata itu di Gaza setelah kelompok Islam Palestina Hamas melancarkan serangan terbesarnya terhadap Israel selama bertahun-tahun.
“Serangan ini menimbulkan dampak yang mengerikan terhadap warga sipil Israel,” kata Turk dalam sebuah pernyataan. “Warga sipil tidak boleh menjadi sasaran serangan”. Di sisi lain ia meminta Israel untuk mengambil tindakan pencegahan untuk menghindari jatuhnya korban sipil Palestina ketika mereka menanggapi serangan Hamas dengan serangan udara ke Gaza.
“Saya menyerukan penghentian segera kekerasan, dan mengimbau semua pihak dan negara-negara penting di kawasan ini untuk melakukan deeskalasi guna menghindari pertumpahan darah lebih lanjut,” kata Turk.
Arab Saudi juga menyerukan penghentian segera pertempuran di Israel dan Jalur Gaza. Kementerian Luar Negeri Arab Saudi juga menyerukan agar kedua belah pihak menahan diri dan melindungi warga sipil. “Kerajaan Arab Saudi mengingat kembali peringatannya yang berulang kali mengenai bahaya ledakan situasi akibat pendudukan yang terus berlanjut, perampasan hak-hak sah rakyat Palestina, dan pengulangan provokasi sistem terhadap mereka oleh Israel,” kata pernyataan itu.
Arab Saudi telah lama mendukung Palestina dan menyerukan penerapan solusi dua negara berdasarkan perbatasan Israel tahun 1967, dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kota Palestina.
Kementerian Luar Negeri Qatar mendesak Israel bertanggungjawab atas terus terjadinya kekerasan terhadap warga Palestina. Qatar mendesak Israel menahan diri dan meminta masyarakat internasional mencegah Israel memanfaatkan kejadian hari ini untuk bertindak tidak wajar kepada warga Palestina.
Serangan Hamas
Konflik dikabarkan diawali dengan serangan roket oleh Hamas. Kelompok tersebut menembakkan ribuan roket dari Gaza ke arah Israel. Seiring itu puluhan gerilyawan Hamas menyusup ke perbatasan Israel melalui jalur darat. Penyusupan dilakukan di beberapa lokasi berbeda. Pasukan Hamas diketahui menyusup ke Kota Sderot di dekat Gaza. Jalur jalan ke wilayah selatan Israel dekat jalur Gaza ditutup oleh militer dan polisi Israel.
Serangan itu dadakan itu memanfaatkan hari libur besar di Israel. Kelengahan itu dibayar mahal oleh Israel. Selain puluhan orang tewas, ratusan lainnya terluka, beberapa di antaranya dalam kondisi kritis.
Perdana Menteri Benjamin Netanyahu lantas menyatakan Israel ada dalam keadaan “perang”. Ia pun menyerukan mobilisasi besar-besaran pasukan cadangan. Invasi tersebut menghidupkan kembali kenangan perang tahun 1973 yang terjadi hampir 50 tahun lalu.
Gerilyawan Hamas mengatakan, serangan hari ini dilakukan sebagai reaksi terhadap acara warga Yahudi di pelataran Masjid Al Aqsa, dan meningkatnya kekerasan yang dilakukan pemukim Yahudi terhadap warga Palestina di wilayah Palestina yang diduduki Israel. Dalam berapa hari terakhir, saat merayakan Hari Raya Sukkot, warga Yahudi secara provokatif datang ke pelataran Mesjid Al Aqsa.
Kantor Berita Al Jazeera dalam perkembangan situasi mewartakan, Israel berada dalam keadaan krisis. Pesisir pantai dan sekitar Kota Tel Aviv dan Haifa sepi dari pengunjung. "Apakah ini karena konflik yang terjadi atau memang hari ini Sabbat (hari suci Yahudi)", kata warga Swiss yang berwisata di Haifa. Festival Film Internasional di Haifa yang berjarak 150 kilometer utara Gaza juga dibatalkan.
Harian Israel Haaretz mengabarkan, kepolisian Israel di wilayah selatan akan beroperasi selama beberapa hari menyikapi serangan hari ini.
Mahboub Zweiri dari Universitas Qatar mengatakan, Israel bisa bersikap sangat keras terhadap serangan Hamas. Akan tetapi itu tidak menyelesaikan masalah dan justru memancing reaksi masyarakat internasional. "Kalau mereka menyatakan diri sebagai korban tindakan Hamas, ini akan membuat Pemerintah Israel juga semakin terdesak harus menyikapi situasi. Perdana Menteri Benjamin Netanjahu akan memanfaatkan situasi demi keseimbangan posisinya yang beberapa bulan terakhir menghadapi protes atas berbagai kebijakan yang diambil," kata Zweiri.