114 Orang Tewas dalam Kebakaran pada Pesta Perkawinan di Irak
Standar keselamatan pada sektor transportasi dan konstruksi di Irak kerap diabaikan. Banyak infrastruktur di negara itu tidak terawat serta memicu seringnya kebakaran dan insiden lain yang menelan banyak korban jiwa.
Oleh
MUHAMMAD SAMSUL HADI
·4 menit baca
MOSUL, RABU — Sedikitnya 114 orang tewas dan 150 orang lainnya luka-luka dalam insiden kebakaran pada sebuah pesta perkawinan di wilayah Provinsi Nineveh, Irak utara. Peristiwa tragis ini dilaporkan otoritas setempat, Rabu (27/9/2023). Aparat mengatakan, jumlah korban jiwa masih bisa bertambah.
Insiden tersebut terjadi di area Hamdaniya atau juga disebut dengan Qaraqosh, Nineveh, di luar kota Mosul, sekitar 335 kilometer barat laut ibu kota Baghdad. Sejumlah saksi mata menuturkan, api mulai melahap bangunan tempat pesta pernikahan itu pada Selasa (26/9/2023) pukul 22.45 waktu setempat atau Rabu dini hari pukul 02.45 WIB.
Tayangan televisi Irak memperlihatkan kobaran api melalap aula tempat perkawinan tersebut. Disebutkan, ratusan orang menghadiri pesta perkawinan itu.
Setelah kobaran api mereda, hanya terlihat puing-puing logam yang hangus. Sementara beberapa orang tampak mendatangi tempat itu, hanya ada cahaya dari kamera televisi dan lampu telepon genggam.
Para korban selamat dilarikan ke sejumlah rumah sakit untuk mendapatkan bantuan oksigen dan diperban. ”Kami melihat api berkobar hingga luar aula tempat perkawinan. Mereka yang mampu (menyelamatkan diri) keluar dan mereka yang akhirnya tidak bisa (keluar) terperangkap. Mereka yang berhasil keluar pun mengalami cedera,” ujar Imad Yohana (34), warga yang selamat dari inferno tersebut.
Pejabat Kementerian Kesehatan di Provinsi Nineveh menyebutkan, jumlah korban tewas sementara ini 114 orang. Melalui kantor berita Irak, INA, juru bicara Kementerian Kesehatan Irak, Saif al-Badr, mengatakan, 150 orang luka-luka dalam insiden tersebut.
”Seluruh daya upaya dikerahkan untuk memberikan bantuan bagi mereka yang terdampak oleh insiden yang menyedihkan ini,” kata Badr.
Perdana Menteri Irak Mohammed Shia al-Sudani memerintahkan penyelidikan atas insiden kebakaran tersebut. Melalui pernyataan yang dirilis secara daring, ia juga memerintahkan pejabat Kementerian Dalam Negeri dan Kementerian Kesehatan untuk memberikan bantuan kepada para korban.
Perdana Menteri Irak Mohammed Shia al-Sudani memerintahkan penyelidikan atas insiden kebakaran tersebut.
Gubernur Provinsi Nineveh Najim al-Jubouri mengatakan, sebagian korban luka-luka dilarikan ke sejumlah rumah sakit daerah setempat. Ia menyebut, jumlah korban tewas masih bisa bertambah.
Dugaan dipicu kembang api
Hingga berita ini diturunkan, belum ada keterangan resmi mengenai penyebab kebakaran. Laporan awal yang dilansir televisi Kurdi, Rudaw, menyebutkan bahwa diperkirakan api kebakaran dipicu oleh kembang api.
Beberapa pejabat bidang pertahanan sipil, yang dikutip kantor berita Irak, INA, menggambarkan bahwa eksterior aula ruang perkawinan itu menggunakan bahan-bahan pelapis yang mudah terbakar. Bahan-bahan ini sebenarnya terlarang di Irak.
”Kebakaran ini memicu runtuhnya beberapa bagian dari aula (ruang pernikahan) akibat digunakannya bahan-bahan yang sangat mudah terbakar, lalu bahan-bahan bangunan yang murah itu runtuh dalam beberapa menit setelah dilalap api,” kata pejabat pertahanan sipil.
Belum bisa diketahui, mengapa otoritas Irak kecolongan atau sampai memperbolehkan penggunaan bahan-bahan pelapis yang terlarang itu. Sejauh ini, diketahui bahwa selama dua dekade setelah invasi pasukan koalisi pimpinan AS yang menggulingkan Saddam Hussein, korupsi dan salah kelola menjadi persoalan endemis di negeri itu.
Standar keselamatan pada sektor transportasi dan konstruksi di Irak kerap diabaikan. Banyak infrastruktur di negara itu tidak terawat, memicu seringnya kebakaran dan insiden lain yang menelan banyak korban jiwa.
Pada Juli 2021, sebuah unit Covid-19 di salah satu rumah sakit di Iran selatan terbakar, menewaskan lebih dari 60 orang. Sebelumnya, pada April tahun yang sama tabung-tabung oksigen di sebuah rumah sakit di Baghdad meledak. Lebih dari 80 orang tewas dalam insiden itu.
Kebakaran ini merupakan bencana terbaru yang melanda warga minoritas Kristen dalam dua dekade terakhir. Sebelumnya mereka menjadi target kelompok-kelompok ekstrem, seperti Al Qaida dan Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS).
Seperti halnya yang menimpa banyak kota berpenduduk minoritas Kristen di dataran Nineveh, beberapa tahun lalu Qaraqosh dan gereja-gereja di wilayah itu menjadi sasaran serangan kelompok ekstrem, seperti NIIS. Kelompok ini memasuki Qaraqosh tahun 2014. Kota itu kembali dibangun setelah NIIS ditaklukkan pada 2017. Pada Maret 2021, Paus Fransiskus berkunjung ke kota tersebut.
Meski telah dibebaskan dari NIIS, sekitar enam tahun lalu, Nineveh—wilayah yang kaya dengan peninggalan dan pernikahan bersejarah—dan sebagian besar dari beberapa kota di wilayah itu masih berupa puing-puing reruntuhan dan kekurangan fasilitas layanan dasar. Banyak warga Kristen di wilayah itu telah mengungsi ke Eropa, Australia, dan Amerika Serikat.
Warga Kristen di Irak saat ini diperkirakan berjumlah 150.000 orang. Tahun 2003, mereka berjumlah sekitar 1,5 juta jiwa. Total penduduk Irak lebih dari 40 juta jiwa. (AP/AFP/REUTERS)