Pengelolaan rumah sakit yang kurang optimal di Irak diduga berandil dalam insiden kebakaran yang menyebabkan sedikitnya 82 orang tewas.
Oleh
Luki Aulia
·3 menit baca
BAGHDAD, SENIN — Hingga Senin (26/4/2021), sedikitnya 82 orang tewas dan 110 orang terluka ketika Rumah Sakit Ibn al-Khatib bagi pasien Covid-19 terbakar akibat tabung oksigen yang meledak karena cara penyimpanan yang sembarangan. Banyak korban tewas terbakar atau sesak napas dan semuanya tengah memakai alat pernapasan. Api menyebar hingga ke seluruh bangunan hanya dalam 3 tiga menit.
Komisi Hak Asasi Manusia Irak, Minggu (25/4/2021), mengatakan, 28 orang yang tewas sempat dilepaskan alat pernapasannya. Pada malam itu banyak keluarga pasien yang sedang menengok pasien tetapi tidak bisa membantu saat kebakaran terjadi. ”Kami merasakan guncangan kuat dari ledakan itu,” kata anak dari salah satu korban yang tewas, Bakr Qazem.
Rumah sakit itu disebutkan tidak memiliki sistem perlindungan dari kebakaran. Pemadam kebakaran juga terlambat datang. Kebakaran rumah sakit itu memicu amarah masyarakat Irak melalui media sosial dan menuntut menteri kesehatan dipecat. Perdana Menteri Irak Mustafa al-Kadhemi menangguhkan Menteri Kesehatan Irak Hassan al-Tamimi, yang didukung pemimpin Syiah Moqtada Sadr. Ini bagian dari proses penyelidikan kebakaran.
Brigade Hezbollah, salah satu faksi pro-Iran yang paling radikal di Irak, menuntut pemerintah mundur. Kadhemi meminta rakyat Irak tetap bersatu dan menjaga solidaritas serta tidak memainkan isu politik dalam bencana ini. Ia juga menyatakan tiga hari berkabung nasional dan mengalokasikan dana 6.900 dollar AS bagi keluarga korban.
Minim
Para saksi mata menyebutkan proses evakuasi lamban dan kacau. Banyak pasien dan anggota keluarganya yang menumpuk di tangga saat hendak melarikan diri dari api. Sejak belasan tahun lalu sudah banyak keluhan terkait kondisi rumah sakit Irak yang tidak memadai gara-gara perang dan minimnya investasi. Banyak rumah sakit kekurangan banyak hal, termasuk obat-obatan dan dipan.
”Tragedi di Ibn al-Khatib itu akibat dari melemahnya institusi negara karena korupsi dan salah pengelolaan,” tulis Presiden Irak Barham Saleh di Twitter.
Komisi HAM Irak mengecam terjadinya kebakaran ini dan menilai itu merupakan bentuk kejahatan terhadap pasien Covid-19. Banyak korban tewas terbakar yang sulit diidentifikasi. Salah satu korban tewas, Ali Ibrahim (52), dirawat di Ibn al-Khatib selama 12 hari karena Covid-19 dan menurut rencana sudah boleh pulang setelah menerima hasil tes terakhir Covid-19.
Perwakilan PBB di Irak, Jeanine Hennis-Plasschaert, mengaku shock dengan tragedi ini dan meminta pemerintah memperkuat perlindungan bagi rakyatnya agar tidak lagi terjadi tragedi seperti kebakaran itu.
Jumlah kasus Covid-19 di Irak mencapai 1 juta kasus, jumlah terbanyak dari semua negara di Arab. Sekitar 15.000 orang diantaranya tewas sejak tahun lalu. Sejak bulan lalu Irak sudah memulai program vaksinasinya dan sekitar 650.000 orang sudah divaksin. Vaksin Irak diterima dari donasi negara lain dan melalui mekanisme global Covax. (REUTERS/AFP)