Sindikat Kejahatan China Menyebar ke Asia Tenggara
Sindikat kejahatan dari China menyebarkan jaringan hingga ke seluruh kawasan Asia Pasifik dan membangun basis operasional di berbagai negara, seperti Filipina, Australia, dan Singapura.
Oleh
LUKI AULIA
·5 menit baca
Jaringan sindikat kejahatan China menyebar ke seluruh Asia Pasifik. Mereka membangun pusat operasi di Filipina, Singapura, dan Australia. China agresif ikut memberantas sindikat itu. Sebab, banyak warga China menjadi korban dengan kerugian total hingga miliaran dollar AS selama beberapa tahun terakhir.
Media Singapura, The Straits Times, Senin (25/9/2023), melaporkan soal keterlibatan sindikat itu dalam jaringan perdagangan orang. Sindikat tindak pidana perdagangan orang (TPPO) berkolaborasi dengan sindikat penipuan dan perjudian daring.
Sindikat dari China disebut terlibat dalam kejahatan di 50 negara di berbagai benua. Dulu, sebelum masa pandemi Covid-19, mereka fokus pada perjudian. Selama masa pandemi, mereka beralih ke penipuan daring lalu ke perjudian daring.
Pada Februari 2023, aparat kepolisian di Australia menangkap sembilan warga China dalam serangkaian penggerebekan di Sydney, Australia. Geng-geng kriminal di Australia dikatakan telah mengoperasikan sistem perbankan bayangan untuk kelompok kejahatan.
Di antara mereka yang ditangkap adalah Steven Xin. Ia merupakan mitra bisnis gembong perjudian Makau, Alvin Chau, yang pada Januari 2023 divonis penjara 18 tahun di China. Beijing menjerat Chau dengan dakwaan perjudian ilegal dan aneka kejahatan lain.
Di China, perjudian daring termasuk kegiatan terlarang. Adapun perjudian di kasino resmi atau tempat berizin lainnya diperbolehkan.
Selain di Australia dan Singapura, sindikat asal China disebut beroperasi pula di Kamboja dan Laos. Dari sana, sindikat menyasar orang-orang di pusat keuangan dunia, seperti London, Dubai, Shanghai, Hong Kong, dan Singapura.
Direktur Program Myanmar di Institut Perdamaian Amerika Serikat (USIP) Jason Tower mengatakan, sindikat itu pertama kali pindah ke Filipina pada awal tahun 2010. Di sana, mereka mendirikan situs perjudian daring dan kasino yang terutama menyasar warga China.
Pindah terus
Setelah aparat China dan Filipina mulai memberangus sindikat perjudian daring pada 2016, para operator dari China itu kabur. Mereka pindah ke Kamboja. Awalnya tidak ada penindakan apa pun terhadap kegiatan sindikat itu oleh Kamboja.
Phnom Pehn mulai bertindak kala sindikat China mulai melakukan kejahatan. Mereka melindungi kasino ilegal dan menjadi penagih utang bagi penjudi yang tidak membayar utang. Penagihan kerap disertai penyiksaan dan penyekapan.
Akhirnya, pada Agustus 2019, Perdana Menteri Kamboja Hun Sen melarang judi daring. Larangan itu membuat sindikat China pindah ke Myanmar.
Di Myanmar, menurut Jason Tower, kawanan itu terutama beraksi di Saixigang, Huanya, dan Myawaddy. Kawasan Industri Saixigang dibangun atas investasi dari Wan Kuok-Koi, pemimpin triad yang dijatuhi hukuman 13 tahun penjara di Makau pada tahun 1999 karena pencucian uang, asosiasi kriminal, dan percobaan pembunuhan.
Wan yang bebas pada 2012 mendirikan Asosiasi Sejarah dan Kebudayaan Hongmen Dunia. Pada 2013, ia mendirikan grup Dongmei. Kelompok itu menjadi pendana utama pengembangan Kawasan Industri Saixigang.
Pada 2020, Wan dimasukkan dalam daftar sanksi Departemen Keuangan Amerika Serikat. Ia dituding memanfaatkan warga Hongmen sebagai anggota sindikat kejahatan. Ia juga dituding memimpin sindikat kriminal di Asia Tenggara.
Sementara itu, Kota Internasional Huanya diduga didanai Yu Jianjun, pria campuran China-Thailand. Pembangunan di lokasi dihentikan sejak 2020. Kelompok Karen yang menguasai wilayah sekitar Huanya menyatakan tidak pernah mengizinkan proyek itu.
Langkah China
China tidak tinggal diam dengan fenomena itu. Bukan hanya jadi pelaku, warga China juga menjadi korban sindikat penipuan dan perjudian daring. Para korban mengaku bepergian ke Myanmar, Kamboja, Thailand, dan Laos dengan janji palsu percintaan atau mendapat pekerjaan bergaji tinggi. Akan tetapi, mereka kemudian ditahan dan dipaksa bekerja menipu rekan senegaranya secara daring.
Karena itu, China meningkatkan kerja sama dengan aparat sejumlah negara Asia Tenggara. ”Pendekatan proaktif China juga mencerminkan fakta kini terdapat cukup banyak warga China di antara 120.000 orang yang diperdagangkan di kawasan ekonomi khusus dan 100.000 orang di pusat penipuan Kamboja. Karena itu, pihak berwenang terpaksa bertindak,” kata dosen pada National War College di Washington, Zachary Abuza.
Hasil kerja sama itu, antara lain, penangkapan 43 orang di Batam pada Agustus 2023. Sebelum itu, pada Agustus 2023, aparat Thailand menangkap She Zhijian yang merupakan warga Kamboja kelahiran China. She mengoperasikan jaringan pencucian uang bernilai miliaran dollar AS.
Kerja sama itu juga berujung pada penangkapan di Myanmar, Laos, dan Kamboja. Informasi dari China menjadi awal penangkapan itu. Penangkapan dilakukan terhadap bandit kelas teri hingga kelas kakap.
Di Myanmar, kerja sama itu, antara lain, penangkapan sindikat penipuan di 11 lokasi. Mereka mengeruk hingga 22,5 juta dollar AS dari berbagai korban. Dari 269 orang yang ditangkap, 186 merupakan warga China. Myanmar mendeportasi mereka segera. Di antara 186 orang itu, 21 orang diketahui sebagai petinggi sindikat.
China, menurut kantor berita Xinhua, tidak hanya menggandeng junta Myanmar. Beijing juga bekerja sama dengan berbagai kelompok pemberontak di Myanmar. Hal itu dilakukan karena sebagian sindikat beroperasi di wilayah yang tidak dikendalikan junta.
Sejauh ini kerja sama itu berujung pada penangkapan 1.207 warga China di Myanmar. Di antara mereka ada 41 orang yang diburu China sejak lama. China disebut bolak-balik meminta junta lebih serius memberantas sindikat perjudian dan penipuan daring.
Sebab, sindikat itu menipu banyak orang di China. ”Para penipu memikat korban ke pelantar investasi daring palsu dan membujuk mereka berinvestasi setelah memberi mereka keuntungan awal yang lebih kecil,” demikian pernyataan Kementerian Keamanan Masyarakat China. (AFP).