Lima Tahanan AS Dibarter dengan Lima Tahanan Iran Plus Dana Rp 92 Triliun
Hubungan antara AS dan Iran masih tegang, tetapi pertukaran tahanan ini diharapkan bisa sedikit memperbaiki hubungan diplomatik kedua negara.
Oleh
LARASWATI ARIADNE ANWAR
·4 menit baca
WASHINGTON, SELASA — ”Kebebasan!” demikian teriak keluarga para tahanan warga Amerika Serikat, yang baru dibebaskan Iran dalam pertukaran tahanan antara kedua negara, saat para tahanan itu tiba dan mendarat di Fort Belvoir, Virginia, sebelah barat daya Washington DC, AS, Selasa (19/9/2023) waktu setempat. Lima tahanan warga AS ditukar dengan lima tahanan warga Iran yang dipenjara di AS.
Selain memperoleh kembali lima warganya, Iran mendapatkan dana sekitar 6 miliar dollar AS atau sekitar Rp 92 triliun yang dibekukan Washington. Pertukaran tahanan AS dan Iran ini dimediasi oleh Qatar. Negosiasi berlangsung berbulan-bulan.
”Mimpi buruk ini akhirnya berlalu,” ujar Babak, saudara Siamak Namazi, salah satu dari lima tahanan warga AS, dalam penyambutan kedatangan mereka di Fort Belvoir. Kelima tahanan itu diterbangkan dengan jet Gulfstream 5, yang dulu pernah digunakan untuk membawa pulang bintang WNBA, Brittney Griner, setelah ditahan di Rusia.
Pertukaran tahanan antara Iran dan Amerika Serikat dilangsungkan di Doha, ibu kota Qatar. Pada saat yang sama, AS mengizinkan agar Korea Selatan mencairkan dana milik Iran yang mereka bekukan sejak tahun 2019. Pertukaran tahanan AS dan Iran ini diharapkan bisa semakin membuka pintu diplomasi kedua negara yang sudah bermusuhan selama 40 tahun terakhir.
Pada Senin (18/9/2023) ada dua pesawat mendarat di Bandara Internasional Doha. Pesawat pertama berasal dari Teheran, Iran. Pesawat kedua dari AS.
Pesawat dari Teheran membawa lima tahanan serta dua anggota keluarga mereka. Para tahanan itu adalah dua warga Amerika Serikat keturunan Iran, Siamak Namazi dan Emad Sharqi, beserta warga Inggris, Morad Tahbaz. Mereka didampingi oleh kerabat Vida Tahbaz dan Effie Namazi. Adapun nama dua tahanan lain yang dibebaskan tidak diumumkan.
Namazi, Sharqi, dan Tahbaz sebelumnya divonis sepuluh tahun penjara oleh Pemerintah Iran. Mereka dituduh menjadi mata-mata Barat. Padahal, Namazi dan Sharqi adalah pengusaha dan Tahbaz seorang pegiat lingkungan.
”Terima kasih untuk semua orang yang tidak membiarkan dunia melupakan cerita saya. Ini yang memberi saya kekuatan bertahan di Penjara Evin sejak 2015,” kata Namazi.
Sementara itu, pesawat dari AS mengangkut dua dari lima warga Iran yang sebelumnya dipenjara di AS. Tiga tahanan lain yang dibebaskan memutuskan untuk tidak pulang ke Iran dan pergi ke negara ketiga.
Dua tahanan yang memilih kembali ke Teheran ialah Mehrdad Ansari dan Reza Sarhangpour Kafrani. Pada 2021 Ansari divonis 63 bulan penjara oleh AS karena menyelundupkan teknologi yang bisa dipakai untuk merakit rudal serta bermacam-macam senjata ke Iran. Adapun Kafrani dituduh menyelundupkan perlengkapan laboratorium ke Iran.
Transfer dari bank Swiss
Pada hari yang sama, dana milik Iran sebesar 6 miliar dollar AS dikirim dari Korsel melalui Swiss ke bank-bank di Qatar. Dana ini sejatinya adalah pembayaran Pemerintah Korsel atas pembelian minyak Iran pada tahun 2019. Ketika itu, AS menjatuhkan paket sanksi kepada Iran sehingga dana itu tidak bisa dibayarkan Seoul ke Teheran.
Kementerian Luar Negeri Iran melalui kantor berita nasional IRNA mengucapkan terima kasih kepada Qatar yang membantu memediasi pertukaran tahanan dengan AS. Iran juga berterima kasih kepada Oman dan Swiss yang menolong memfasilitasi pengiriman uang itu. Dana tersebut sekarang berada di bawah Bank Sentral Iran dan akan dipakai sesuai kebutuhan masyarakat Iran.
Terima kasih untuk semua orang yang tidak membiarkan dunia melupakan cerita saya. Ini yang memberi saya kekuatan bertahan di Penjara Evin sejak 2015.
”Iran tidak akan melupakan perbuatan tidak manusiawi AS ketika pandemi Covid-19 dengan menghalangi Iran mengakses dananya sendiri untuk menolong rakyatnya,” demikian pernyataan Kementerian Luar Negeri Iran. ”Padahal, Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa dan berbagai lembaga hak asasi manusia memohon agar AS mencairkan dana demi menyelamatkan warga Iran.”
Teheran menyebut AS bertindak sewenang-wenang merundung sistem perbankan global.
AS dan Iran cekcok selama 40 tahun. AS menjatuhkan sanksi kepada Iran karena negara itu terus melakukan pengayaan nuklir yang dikhawatirkan bisa menjadi bom. Iran menyangkal tuduhan itu dan mengatakan bahwa pengayaan nuklir mereka murni untuk pengembangan ilmu pengetahuan.
Ingin perbaikan hubungan
Hubungan kedua negara memburuk pada tahun 2018 ketika Presiden AS Donald Trump kala itu secara sepihak mundur dari kesepakatan nuklir. Padahal, jika AS mencabut sanksi ekonomi, Iran akan menghentikan program pengayaan nuklir. Akibat kejadian ini, hubungan Teheran–Washington semakin tegang.
Ketika berbicara di sela-sela menghadiri Sidang Majelis Umum PBB, Presiden Iran Ebrahim Raisi mengatakan bahwa tindakan kemanusiaan ini diharapkan bisa memperbaiki hubungan kedua negara.
Sementara itu, Presiden AS Joe Biden berterima kasih atas pembebasan tahanan, tetapi menjatuhkan sanksi baru terhadap Kementerian Intelijen Iran dan mantan presiden Mahmoud Ahmadinejad.
Henry Rome, pakar dari Institut Kajian Kebijakan Timur Dekat Washington (WINEP), menjelaskan bahwa ini langkah positif menuju pembangunan kembali kepercayaan kedua negara dan membuka pintu-pintu dialog baru. Akan tetapi, kalau soal pelucutan senjata nuklir Iran diperkirakan memerlukan waktu lebih lama. (AP/REUTERS)