Organisasi Kerja Sama Shanghai (SCO) dikritik oleh Barat, tetapi kenyataannya mereka berperan penting menjaga kestabilan di Eurasia.
Oleh
LARASWATI ARIADNE ANWAR
·4 menit baca
NEW DELHI, SELASA – Konferensi Tingkat Tinggi Organisasi Kerja Sama Shanghai atau SCO resmi menerima Iran sebagai anggota terbaru mereka. Iran berjanji akan membangun kerja sama berbagi pengalaman serta teknologi, terutama di sektor medis, pertahanan, dan infrastruktur di lembaga yang dinilai inklusif untuk kawasan Eurasia tersebut.
Penerimaan Iran itu dilakukan secara daring karena KTT dilakukan melalui telekonferensi pada Selasa (4/7/2023). Bertindak sebagai Ketua SCO 2023 adalah Perdana Menteri India Narendra Modi. Pada hari yang sama, Belarus menandatangani nota kesepahaman sebagai pengamat SCO. Ini adalah langkah yang harus dijalani sebelum suatu negara bisa diterima sebagai anggota tetap.
Seperti dilansir kantor berita Iran, IRNA, Presiden Iran Ebrahim Raisi mengatakan bahwa SCO merupakan lembaga dengan karakteristik dan kapasitas yang signifikan. Hal ini karena anggota SCO adalah 60 persen populasi Eurasia atau setara dengan 40 persen populasi global.
”Keberadaan SCO penting untuk mempromosikan keamanan, perdamaian, dan kestabilan kawasan serta dunia,” ujar Raisi.
Di dalam sambutannya, Raisi menuturkan bahwa Iran memiliki sejumlah masukan untuk SCO. Salah satunya ialah meningkatkan perdagangan multilateral di kawasan dengan menggunakan mata uang selain dollar AS. Idealnya, mata uang lokal negara-negara anggota SCO bisa semakin digenjot pemakaiannya agar terjadi penguatan.
Selain itu, Iran juga menawarkan berbagai teknologi yang telah mereka garap dan kembangkan. Menurut Raisi, Iran memiliki keunggulan di teknologi medis, kelistrikan, nano, dan pertahanan. Semua digunakan untuk perdamaian kawasan sekaligus menghormati serta menjamin kedaulatan setiap negara.
SCO adalah organisasi yang didirikan pada Juni 2001. Per Juni 2023, keanggotaannya ialah China, India, Rusia, Pakistan, Iran, Kazakhstan, Kirgistan, Tajikistan, dan Uzbekistan. Organisasi ini dikenal sebagai lembaga multilateral yang menyaingi pengaruh lembaga-lembaga Barat, seperti Uni Eropa, Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO), dan kelompok tujuh negara terkaya dunia (G7). Kecuali India dan Pakistan, para anggota SCO tidak menganut sistem pemerintahan demokratis.
Kepada surat kabar The Independent edisi 15 September 2022, peneliti isu Asia Tengah di lembaga riset Asosiasi Hubungan Internasional (AIA) yang berbasis di Ceko, Anna Jordanova, menjelaskan bahwa keberadaan SCO salah satunya untuk menegaskan status quo. Tepatnya antara pemerintahan yang otoriter dan demokratis.
”Terlepas kritik dari Barat maupun negara-negara demokratis, SCO ini sangat penting dan sentral di dalam upaya menstabilkan keadaan di Afghanistan,” ucap Jordanova.
Dalam KTT kali ini, Modi menggarisbawahi terorisme sebagai topik pembahasan utama. Menurut dia, terorisme adalah ancaman terbesar di kawasan tersebut. Apalagi, ada negara-negara tertentu yang menggunakan terorisme lintas batas geografis sebagai alat menjalankan kebijakan mereka. Ia menyebut Afghanistan secara spesifik dan mewanti-wanti jangan sampai negara-negara tetangganya mengalami guncangan yang berdampak terhadap keamanan kawasan.
”Harus ada pendekatan kepada otoritas interim Afghanistan agar ada jaminan tidak ada benih teroris tersisa. Pada saat yang sama, kita semua harus meningkatkan bantuan sosial untuk rakyat Afghanistan,” tutur Modi, seperti dikutip surat kabar The Indian Express.
Kekhawatiran serupa dikemukakan oleh Perdana Menteri Pakistan Shehbaz Sharif. Negara itu berbatasan langsung dengan Pakistan. Walaupun Islamabad tidak mengakui Taliban sebagai pemerintahan resmi Afghanistan, mereka tetap berusaha menjaga hubungan agar tidak ada risiko keamanan.
Modi juga menyinggung pentingnya menjaga keamanan dunia karena ekonomi belum pulih setelah diterpa pandemi Covid-19. Krisis pangan dan energi merugikan semua pihak sehingga harus dicari solusi untuk mengatasinya secepatnya.
Ia tetap menghindari mengecam Rusia atas serangan ke Ukraina sejak 24 Februari 2022 yang mengakibatkan krisis pangan dan energi tersebut. Kritik India atas Rusia yang paling dekat adalah ketika KTT SCO 2022 di Samarkand, Uzbekistan. Modi mengatakan kepada Presiden Rusia Vladimir Putin bahwa ini bukan zamannya berperang.
Sementara itu, Presiden China Xi Jinping menuturkan bahwa sebaiknya SCO fokus kepada kerja sama yang pragmatis, bukan mengutak-atik dapur setiap anggota. Melalui pendekatan pemulihan ekonomi tersebut, Xi berpendapat kerja sama lebih berbobot dan tepat sasaran.
Adapun Putin menyampaikan pidato bahwa Rusia sekarang jauh lebih kuat dan padu dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Ia menekankan bahwa Rusia melakukan sumbangsihnya sebagai anggota SCO untuk membela kedaulatan dan kestabilan wilayah. (AP/REUTERS)