Bisik-Bisik Dagang Senjata Korut dan Rusia
Kim dalam perjalanan ke Rusia untuk bertemu tatap muka dengan Putin. AS curiga keduanya mau bicara jual beli persenjataan untuk perang di Ukraina.
SEOUL, SELASA - Pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un, sedang menuju Rusia dengan menggunakan kereta pribadinya untuk bertemu Presiden Rusia, Vladimir Putin. Dalam lawatan ini, Korea Utara mengklaim kedua negara akan fokus membicarakan hubungan bilateral untuk memperkuat persahabatan kedua negara.
Tetapi Amerika Serikat menduga kedua negara kemungkinan besar akan memfinalkan kesepakatan penyediaan atau penjualan senjata Korea Utara kepada Rusia untuk perang di Ukraina. Baik Rusia maupun Korea Utara membantah tuduhan AS itu. Akan tetapi Korut dan Rusia memang berkomitmen untuk meningkatkan hubungan pertahanan.
Baca juga: China-Korut-Rusia, Poros Persahabatan demi Keamanan, Persenjataan, dan Ekonomi
Bagi Kim, perjalanan ke Rusia merupakan perjalanan ke luar Korut pertama kali sejak awal pandemi Covid-19. Kim lebih senang bepergian dengan kereta api ketimbang naik pesawat jika menyangkut perjalanan ke luar negeri. Ayahnya, Kim Jong Il, juga terkenal takut terbang. Pada tahun 2019, Kim pernah bepergian dengan kereta pulang pergi selama 60 jam dari Hanoi, Vietnam, ke Pyongyang.
Dari foto-foto yang diunggah oleh kantor berita Korea Utara, KCNA, Selasa (12/9/2023), pada perjalanan ke Rusia ini, Kim tidak sendirian. Kemungkinan dia ditemani oleh para pejabat tinggi pemerintah, termasuk personel militer dan para pejabat tinggi di bidang industri persenjataan.
Di antara delegasi yang ikut disebutkan ada anggota militer terkemuka dari partai yang berkuasa, Partai Buruh Korea, di antara mereka terdapat Direktur Departemen Industri Amunisi, Jo Chun Ryong. Menteri Luar Negeri Korut, Choe Sun Hui. Begitu pula dengan Marsekal Tentara Rakyat Korut, Ri Pyong Chol dan Pak Jong Chon.
Dilihat dari delegasi yang ikut serta itu saja sudah terlihat bahwa kunjungan itu utamanya akan fokus pada kerja sama industri pertahanan dan urusan keamanan. “Kehadiran Jo Chun Ryong menunjukkan Korut dan Rusia akan menyelesaikan semacam perjanjian pembelian amunisi,” kata pakar kepemimpinan Korut di Stimson Center yang berbasis di Washington, AS, Michael Madden.
Baca juga: AS-Israel Cemas jika Korut Suplai Teknologi Rudal Hipersonik ke Iran
Foto-foto yang dirilis media pemerintah Korut juga menunjukkan penjaga kehormatan militer dan kerumunan orang yang mengenakan jas gelap dan gaun warna-warni dan melambaikan bunga dan bendera saat Kim naik kereta berwarna hijau tua yang diyakini berlapis baja dan membawa peralatan khusus lainnya. Kemungkinan pertemuan Kim dan Putin akan dilakukan pada Rabu mendatang.
“Perjalanan Kim ke Rusia dan pertemuannya dengan Rusia akan menjadi kunjungan berskala penuh,” kata juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, dalam rekaman video yang diunggah secara daring.
Lokasi pertemuan Putin-Kim kemungkinan adalah Kota Vladivostok, di Rusia timur. Menurut kantor berita Rusia, TASS, Putin sudah tiba di lokasi itu, Senin, untuk menghadiri forum internasional yang akan berlangsung hingga Rabu mendatang. Kota yang terletak sekitar 680 kilometer utara Pyongyang ini juga merupakan tempat pertemuan pertama Putin dengan Kim pada tahun 2019.
Baca juga: Koalisi Perang Dingin Menguat Lagi Di Asia Timur
Para ahli memperkirakan Putin sedang mencari peluru artileri dan rudal antitank dari Korut untuk digunakan di Ukraina. Korut selama ini diduga menyimpan puluhan juta artileri dan roket yang dibuat berdasarkan rancangan Soviet. Artileri itu juga dicurigai sudah dijual ke kelompok tentara bayaran Rusia, Wagner. Sementara Kim sedang membutuhkan teknologi canggih untuk satelit pengintaian militer, kapal selam bertenaga nuklir, rudal balistik antarbenua, serta bantuan pangan.
Gedung Putih baru-baru ini memperingatkan Korut harus menghadapi konsekuensi jika mereka memasok persenjataan ke Rusia untuk perang Ukraina. Dalam pandangan AS, Putin sudah dalam kondisi putus asa karena sampai harus meminta bantuan ke negara-negara paria internasional. Spekulasi mengenai kerja sama militer Rusia dan Korut berkembang setelah Menteri Pertahanan Rusia, Sergei Shoigu, melawat ke Korut, Juli lalu. Kim mengundangnya ke pameran senjata dan digelar parade militer besar-besaran untuk memamerkan rudal balistik antarbenua yang dirancang menyerang daratan AS.
Setelah kunjungan Shoigu, Kim mengunjungi pabrik-pabrik senjata Korut, termasuk fasilitas yang memproduksi sistem artileri dan mendesak para pekerja untuk mempercepat pengembangan dan produksi amunisi jenis baru dalam skala besar. Para ahli menduga kunjungan Kim itu kemungkinan ada dua tujuan, yakni mendorong modernisasi persenjataan Korut dan memeriksa artileri serta pasokan lain yang mungkin bisa diekspor ke Rusia.
Baca juga: Mencari Manfaat di Tengah Kepungan Aliansi Perang Dingin Baru
Jika sampai ada kesepakatan penjualan persenjataan antara Korut dan Rusia maka AS mengancam akan menjatuhkan sanksi lagi. AS khawatir Rusia akan menggunakan persenjataan yang didapatnya dari Korut untuk menyerang pasokan makanan Ukraina dan infrastruktur pemanas menjelang musim dingin demi menaklukkan wilayah Ukraina lagi.
Pakar Korut di Universitas Kookmin di Seoul, Korsel, Andrei Lankov, mengatakan pertemuan Putin-Kim ini adalah bagian dari “pemerasan diplomatik secara halus” Rusia terhadap Korsel karena Rusia tidak ingin Korsel memasok persenjataan ke Ukraina.
Korsel adalah eksportir persenjataan utama dan telah menjual tank ke Polandia, negara sekutu Ukraina. Namun, kebijakan dalam negeri Korsel melarang Korsel menjual senjata saat terjadi kontak aktif. “Kekhawatiran utama Rusia saat ini adalah kemungkinan pengiriman amunisi Korsel ke Ukraina, bukan hanya satu pengiriman tetapi banyak,” kata Lankov.
Rusia, sekutu lama Korut, adalah pendukung penting Korut yang terisolasi selama beberapa puluh tahun dan hubungan keduanya dimulai sejak berdirinya Korut, 75 tahun yang lalu. Kim, kata AS, selalu mendukung penuh invasi Rusia ke Ukraina dan ini ditunjukkan dengan memasok roket dan rudal. Pada Juli lalu, Putin juga memuji dukungan kuat dari Korut terhadap operasi militer khusus Rusia melawan Ukraina.
Setelah puluhan tahun menjalani hubungan yang rumit dan panas-dingin, Rusia dan Korut semakin dekat sejak invasi Rusia ke Ukraina pada 2022. Ikatan ini didorong oleh kebutuhan Putin akan bantuan perang dan upaya Kim untuk meningkatkan visibilitas kemitraan dengan sekutu tradisionalnya, Rusia dan China, ketika dia mencoba untuk keluar dari isolasi negara-negara Barat. Korut lalu menjadi bagian dari semacam front persatuan melawan AS.
Baca juga: Korut-Rusia-China Makin Mesra
Korut adalah satu-satunya negara selain Rusia dan Suriah yang mengaku kemerdekaan dua wilayah separatis yang didukung Rusia di Ukraina timur, yakni Donetsk dan Luhansk. Bahkan Korut tampak berminat mengirimkan pekerja konstruksi ke wilayah itu untuk membantu upaya pembangunan kembali. Karena menjadi bagian dari front persatuan melawan AS itu maka Rusia -bersama dengan China- menghalangi upaya yang dipimpin AS di Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk mempertegas sanksi terhadap Korut karena intensif menguji coba rudal.
Meski hubungan Rusia dan Korut sekarang dekat, para analis menilai potensi pertemuan keduanya akan lebih bersifat simbolis dibandingkan dengan kerja sama militer yang substansial. Pasalnya, selama ini Rusia selalu menjaga ketat teknologi persenjataannya yang paling penting. Bahkan Rusia tak mau membaginya dengan sekutu utamanya, China. Mengingat hal itu, Rusia mungkin saja tidak akan mau mentransfer teknologi persenjataan secara besar-besaran ke Korut. (REUTERS/AFP/AP)