Biden Jadi Beban bagi G20, RI Pernah Berupaya Melerai
Relasi geopolitik global telah berubah. Namun, Amerika Serikat tetap berperilaku seakan dunia masih berada di era unipolar, yang sejatinya telah berakhir. ”Trio” adidaya dituntut rujuk.
Oleh
SIMON P SARAGIH S
·4 menit baca
Ketika pandemi Covid-19 usai, inflasi global meningkat. Terjadilah rentetan kenaikan suku bunga di AS dan zona euro dengan efek pelemahan ekonomi global. Kucuran dana stimulus berlebihan dan menjadi rekor sepanjang sejarah menjadi penyebab inflasi. Akan tetapi analisis soal inflasi salah. Inflasi terjadi karena ada kelangkaan barang secara global.
Ekonom AS peraih Hadiah Nobel Ekonomi 2001, Joseph E Stiglitz, mengatakan penyebab inflasi adalah kelangkaan cip. Akar masalahnya adalah lock-down di seluruh dunia, sehingga cip yang amat penting bagi hampir semua produksi, terutama mobil, menjadi langka.
Ada kesempatan membereskan pasokan setelah pandemi berakhir. Taiwan Semiconductor Manufacturing Co (TSMC), foundry chip terbesar dunia dan berlokasi di Taiwan, sebenarnya bisa dikerahkan. Akan tetapi pihak TSMC mengingatkan akan terjadi kelangkaan. Sebab sejumlah perusahaan manufaktur global telah menimbun persediaan cip dan komponen sehubungan dengan pandemi dan kekhawatiran akan pertikaian geopolitik (The Wall Street Journal, 14 April 2022).
Di samping itu, Presiden Donald Trump telah menembaki China dengan serangkaian tarif terhadap impor dari China. Munculnya Joe Biden sebagai presiden baru memberi harapan di awal 2021. Akan tetapi Biden malah makin keras menembaki China, pasar utama cip dunia, dan juga pemasok komponen serta lokasi utama perakitan produk-produk cip. TSCM tak pelak lagi ikut terganggu, demikian juga jaringan produksi cip global.
Membayar “dengan harga”
Kemenangan Biden pada pemilu 2020 tidak membuatnya menatap ke depan. Ia malah menyebut Presiden Vladimir Putin telah mencampuri pemilu di AS pada 2020. “Dia (Putin) akan membayarnya dengan harga,” kata Biden (CNN, 17 Maret 2021).
Dunia membayar dengan harga mahal dalam kenyataannya. Pada 24 Februari 2022, Rusia menginvasi Ukraina. Efeknya adalah kenaikan harga migas dunia dan juga gangguan pasokan gandum, minyak sayur global yang mengandalkan Ukraina.
Putin selalu fobia dengan Amerika dan dengan sendirinya merangkul China yang membuat relasi China-Rusia sekuat batu karang, sebagaimana dicanangkan Presiden Xi Jinping. Sebab keduanya risih dengan ekspansi Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) di Ukraina untuk kasus Rusia, dan Taiwan untuk kasus China oleh manuver AS.
Lepas dari itu, Biden menembaki Rusia dengan sanksi ekonomi, salah satunya pembekuan aset keuangan Rusia di Barat. Hal serupa berlaku untuk China, termasuk kampanye media Barat tentang kelesuan ekonomi China. Perang geopolitik memanas di antara AS versus China dan Rusia.
Untungnya trio Biden, Xi, dan Putin adalah pemimpin negara-negara yang sama-sama anggota G20. Dunia berkesimpulan, masalah di antara tiga kekuatan geopolitik terbesar dunia ini dengan segala efek secara global hanya akan teratasi jika trio rujuk.
Upaya Indonesia
Momen pertemuan G20 di Bali adalah kesempatan. Meski trio penting, hal terpenting di dunia sekarang adalah relasi bilateral AS-China, kata mantan diplomat Singapura dan pengamat geopolitik, Kishore Mahbubani, dalam wawancara dengan Responsible Statecraft, 6 September 2023 (G20 summit sets up Western clash with a rising Global South - Responsible Statecraft).
“Sebelum pertemuan puncak G20 di Bali pada November 2022, Presiden Jokowi mengajak saya sarapan pagi untuk membicarakan agenda. Saya sarankan kepada Presiden agar menyelenggarakan sebuah pertemuan antara Presiden Joe Biden dan Presiden Xi Jinping dan dunia akan berterima kasih pada Presiden,” kenang Mahbubani.
Dunia berterima kasih, tentu dengan alasan bahwa dunia yang terdampak arah pertarungan geopolitik akan senang jika dua super power dunia ini rujuk dan berkolaborasi. Saran Mahbubani ini berterima. “Jangan khawatir. Saya telah menyiapkan ruangan paling bagus di Bali untuk pertemuan mereka,” demikian Presiden Jokowi, menurut penuturan Mahbubani.
Jadilah pertemuan yang historis. Akan tetapi setelah itu intrik Biden versus Putin dan Xi tidak kunjung membaik. Masalah demi masalah di antara Biden versus Putin dan Xi berlanjut. Ucapan-ucapan Biden tentang kediktatoran dan otoriterianisme tidak kunjung surut.
Hingga mantan Presiden Barack Obama pernah mengingatkan bahwa negara demokrasi itu sendiri dan pemimpinnya sering bertindak tidak demokratis. Namanya saja kadang demokratis tetapi tindakannya sering tidak demokratis.
Demikian halnya Biden, melihat dunia hanya dengan sisi demokrasi liberal dan hegemonik. Ekstremnya, menurut pakar geopolitik dari University of Chicago, AS tetap berperilaku seakan dunia masih berada di era unipolar. Padahal di sisi lain posisi unipolar AS sudah berakhir. Sejarawan AS Paul Kennedy mengindikasikan momen berakhir adalah pencaplokan Crimea oleh Rusia pada 2014.
Bagi China, perangai AS juga sangat beda dengan apa yang diucapkan. Ucapan nada rekonsiliasi dalam pertemuan di Bali tidak tertangkap dalam kenyataan diplomasi harian. Hal itu membuat China menjadi beku, seperti dikatakan Naima Green-Riley, professor Princeton University, yang juga mantan diplomat AS dan sering berhubungan pihak China. Joseph Nye, mantan dosen Harvard, mengatakan Amerika cenderung berperangai sebagai penguasa atas kekuasaan lain di dunia.
Efek dari perangai AS seperti itu adalah G20 menjadi terbebani, termasuk dalam pertemuan G20 kali ini di India. Topik G20 India bagus tetapi tidak akan bisa dilaksanakan tanpa keeratan trio kekuatan dunia.
Sisi baiknya, ekonomi dunia telah berubah dan bergeser ke Asia. Kolaborasi kekuatan-kekuatan dunia, di luar AS, kini cenderung bersatu dengan poros China secara ekonomi. (REUTERS/AP/AFP)
Editor:
BONIFASIUS JOSIE SUSILO HARDIANTO
Bagikan
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
Tlp.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.