Memahami ”Perang Semikonduktor” antara AS dan China
Semikonduktor menjadi komoditas yang sangat berharga di panggung geopolitik dunia. Keunggulan dalam sifat kelistrikan membuat perangkat cip ini sangat dibutuhkan dalam pengembangan teknologi mutakhir.
Oleh
Yohanes Advent Krisdamarjati
·4 menit baca
AP PHOTO/MARK SCHIEFELBEIN
Foto yang diambil pada 14 Maret 2020 memperlihatkan seorang staf pabrik dengan mengenakan pakaian pelindung memeriksa proses pembuatan semikonduktor di Renesas Electronics di Beijing, China.
Amerika Serikat sedang berupaya membendung akselerasi teknologi semikonduktor dari China. Caranya, dengan memberlakukan pembatasan penjualan produk semikonduktor beserta perangkat produksinya dari China. Langkah AS ini mendapat dukungan dari Belanda dan Jepang, sedangkan Taiwan yang berada dalam bayang-bayang agresi China tampaknya juga mendukung upaya AS itu.
Saat ini, produk semikonduktor menjadi salah satu komoditas yang sangat berharga di panggung geopolitik dunia. Semikonduktor adalah sebuah komponenyang memiliki sifat konduktivitas listrik yang terletak antara isolator dan konduktor. Sifat dari kedua kelistrikan ini tidak mudah berubah meskipun ada paparan pengaruh dari suhu, cahaya, hingga medan magnet. Keunggulan ini membuat perangkat semikonduktor atau cip menjadi sangat dibutuhkan dalam pengembangan industri berbasis teknologi.
Dalam tren perkembangan dunia yang kian canggih berbasis teknologi digital, komponen semikonduktor memiliki peranan yang sangat vital dalam berbagai hal, mulai dari urusan individu kehidupan masyarakat hingga masalah penting yang menyangkut keamanan suatu negara. Pada level rumah tangga, setidaknya cip dapat ditemukan pada peralatan yang ada di rumah, seperti mesin pembuat kopi, mesin cuci, dan microwave. Cip dengan kemampuan lebih canggih tertanam pada komputer dan ponsel pintar yang sudah menjadi kebutuhan pokok manusia modern.
Pada tataran yang lebih canggih lagi, cip juga menjadi kunci dari terobosan teknologi mutakhir, yakni kecerdasan buatan (artificial intelligence) AI. Tanpa adanya superkomputer yang dilengkapi cip berkemampuan tinggi, maka kecerdasan buatan tidak akan terwujud. Keandalan teknologi ini sangat potensial untuk pengembangan teknologi alutsista dan juga luar angkasa. Oleh karena itu, penguasaan teknologi ataupun material semikonduktor yang mendukung operasional berbagai peranti penting itu memiliki peran strategis dalam memperkuat posisi geopolitik suatu negara. Komponen semikonduktor dapat menjadi ruang negosiasi guna mendukung kepentingan suatu negara.
Salah satu contoh ketegangan geopolitik yang berimbas pada komponen semikonduktor itu terlihat dari kekhawatiran AS terhadap capaian pengembangan teknologi China yang mampu meluncurkan misil hipersonik. Misil hipersonik yang dipamerkan China digadang-gadang hampir mustahil untuk ditangkis karena memiliki kecepatan 5-10 kali kecepatan suara. Misil ini mampu mengangkut berbagai jenis hulu ledak. Peluncuran yang dilakukan pada 31 Juli 2022 atau tepat sehari sebelum peringatan hari ulang tahun ke-95 Tentara Pembebasan Rakyat China mendorong terjadinya ”perang cip”.
Pihak AS memandang bahwa capaian teknologi militer China tersebut salah satunya disokong oleh cip berkemampuan tinggi. Selama ini industri semikonduktor China disokong oleh produk yang diimpor, mulai dari mesin produksinya hingga sejumlah komoditas produk jadi.
Merujuk data dari hasil penelitian Peterson Institute for International Economics pada 2021, China menjadi tujuan ekspor semikonduktor beserta perlengkapan industrinya yang paling besar di dunia. Nilai transaksi negara eksportir dengan China mencapai 383,6 miliar dollar AS.
China memperoleh produk semikonduktor utamanya dari AS, Taiwan, Korea Selatan, dan Jepang. Artinya, China menjadi pasar yang penting bagi negara-negara produsen semikonduktor, bahkan bagi AS sendiri. Oleh karena itu, guna memperkuat posisi geopolitik di kancah global, AS memberlakukan pembatasan penjualan produk teknologi kepada China. Pada Agustus 2022, pemerintahan Joe Biden memberlakukan kebijakan CHIPS and Science Act.
Tujuan dari kebijakan tersebut adalah untuk menekan biaya produksi cip di dalam negeri, menciptakan lapangan pekerjaan, dan membangun rantai pasok secara mandiri. Selain itu, supaya dapat melepaskan diri dari ketergantungan yang selama ini mengandalkan 75 persen produksi dari kawasan Asia Timur. Dalam paket kebijakan tersebut, Pemerintah AS mengucurkan dana 52,7 miliar dollar AS yang diperuntukkan untuk pembangunan pabrik, insentif, dan biaya riset dan pengembangan. Paket kebijakan ini dapat pula dimaknai sebagai kompensasi dari pemerintah bagi perusahaan teknologi AS yang kehilangan pasarnya di China.
Dengan langkah kebijakan itu, harapannya harga produksi cip di AS menjadi kian kompetitif. Menurut penelitian Gary Clyde Hufbauer dan Megan Hogan dari Peterson Institute for International Economics menunjukkan, harga jual cip dari AS adalah yang termahal, yakni rata-rata 2,16 dollar AS per cip. Terpaut jauh dengan produksi Korsel yang rata-rata tiap cipnya sekitar 1,08 dollar AS ataupun dengan Taiwan, China, dan Jepang yang jauh lebih ekonomis lagi. Taiwan sekitar 0,32 dollar AS, China 0,19 dollar AS, dan Jepang rata-rata 0,13 dollar AS.
Industri multinasional
Dalam rantai produksi semikonduktor, terjadi ikatan ketergantungan antarbeberapa negara produsen karena setiap negara memegang peranan vital yang beragam. Selama ini AS berperan sebagai membuat mesin-mesin yang digunakan untuk memproduksi cip. Selain itu, juga membuat perangkat lunak dan mendesain cip. Sementara itu, Jepang memegang peran industri pengolahan bahan baku, yaitu silikon, dan industri kimia yang digunakan dalam rantai produksi cip.
Belanda melalui perusahaan ASML berperan memproduksi mesin deep ultraviolet (DUV) dan extreme ultraviolet (EUV) yang menjadi faktor produksi penting untuk membuat komponen cip. Selanjutnya, Taiwan dan Korsel fokus pada pembuatan cip menjadi produk akhir dan siap disematkan pada perangkat elektronik sesuai dengan permintaan industri. China lebih memosisikan negaranya sebagai pasar terbesar cip di dunia.
Besarnya pangsa pasar China tersebut setidaknya disebabkan oleh dua hal. Pertama, di negara inilah berbagai produk elektronik skala global dirakit dan dipasarkan ke seluruh dunia dengan label made in China. Kedua, untuk memenuhi berbagai kebutuhan dalam negeri yang salah satunya berupa modernisasi militer guna mendukung pertahanan nasional.
Papan sirkuit dari perangkat elektronika. Setiap papan terdiri dari aneka semikonduktor. Bernilai lebih dari 400 miliar dollar AS per tahun, pasar semikonduktor global sedang diwarnai pengetatan akibat persaingan Amerika Serikat dan China. Sejak 2022, AS berusaha membuat aliansi dengan Jepang dan Taiwan untuk membatasi akses China pada teknologi terbaru semikondutor.
Melihat pola rantai pasok tersebut membuat ”Negeri Tirai Bambu” itu berpotensi besar mengembangkan berbagai teknologi mutakhir yang dapat memperkuat posisi geopolitik China. Oleh karena itu, AS mengajak Belanda dan Jepang untuk ikut mendukung aksi AS menghambat akselerasi teknologi nano di China. AS mengajak Belanda dan Jepang menghentikan ekspor komoditas yang berkaitan dengan semikonduktor kepada pihak China.
Menariknya, dalam upaya ajakan ”embargo” dari AS itu, Taiwan tampaknya mendukung. Hal ini tentu saja sangat berarti bagi AS karena Taiwan menjadi kunci penting produksi cip untuk kebutuhan global. Langkah Taiwan ini tentu saja sangat unik karena pada saat bersamaan negara ini berada di bawah bayang-bayang ancaman invasi dari China.
Benteng silikon
Industri semikonduktor saat ini menjadi salah satu pelindung Taiwan dari ancaman agresi militer oleh China. Sebab, di negara inilah produksi cip dengan kemampuan tinggi dikerjakan. Merujuk data yang dirilis oleh Semiconductor Industry Association (SIA), 92 persen semikonduktor dengan ukuran kurang dari 10 nanometer diproduksi di Taiwan. Sisanya, sekitar 8 persen lainnya, dibuat di Korsel.
Saat ini, semikonduktor di bawah 10 nanometer adalah yang paling canggih dan efisien. Komponen inilah yang menjadi otak dari superkomputer dan peralatan mutakhir digital lainnya, termasuk pada perangkat militer dan alutsista yang memiliki deterrence effect yang tinggi.
Kemampuan produksi semikonduktor yang istimewa tersebut membuat posisi Taiwan sangat diperhitungkan dalam percaturan geopolitik dan geoekonomi dunia. Apabila produksi semikonduktor terhambat, dampaknya akan dirasakan oleh seluruh dunia. Oleh sebab itu, keunggulan daya saing industri semikonduktor Taiwan itu menjadi kekuatan absolut yang diperhitungakan oleh negara lainnya. Muncul istilah ”benteng silikon” bagi Taiwan karena silikon menjadi bahan utama pembuat semikonduktor unggulan negeri ini dan kini secara tidak langsung ”memayungi” keamanan Taiwan karena tingginya daya tawar yang dimilikinya.
Foto yang diambil pada 29 Januari 2021 ini memperlihatkan seorang pria berjalan melewati logo perusahaan pembuat semikonduktor terbesar di dunia, Taiwan Semiconductor Manufacturing Company, di Hsinchu.
Melalui industri cip itulah terjalin ikatan kedekatan antara AS dan Taiwan. Salah satunya terjalin melalui perusahaan TSMC (Taiwan Semiconductor Manufacturing Company) yang merupakan perusahaan raksasa produsen semikonduktor yang didirikan oleh Morris Chang pada tahun 1987. Peran vital TSMC dalam menjembatani relasi antara Taiwan dan AS itu salah satu indikasinya terlihat dari kunjungan Ketua DPR AS Nancy Pelosi pada Agustus 2022.
Tak lama berselang dari kunjungan tersebut, diberitakan bahwa TSMC bakal membangun fasilitas produksi di Arizona, AS, dengan nilai investasi mencapai 40 miliar dollar AS. Diberitakan oleh BBC, investasi ini merupakan penanaman modal asing terbesar sepanjang sejarah AS. Pimpinan TSMC, Mark Liu, mengatakan bahwa pihaknya akan membangun dua pabrik semikonduktor di fasilitas tersebut. Harapannya, salah satu unitnya dapat beroperasi pada tahun 2024.
Pihak TSMC juga menyampaikan bahwa pabriknya akan memproduksi cip dengan ukuran 3 nanometer dan 4 nanometer untuk keperluan iPhone. Selain itu, cip tersebut juga dapat digunakan sebagai otak dari kecerdasan buatan dan komponen mobil. Keputusan TSMC membangun pabrik di AS sejalan dengan kebijakan dan niatan Biden untuk memboyong industri semikonduktor ke dalam negeri. Hal ini tentu menambah kuat ikatan antara Taiwan dan AS. (LITBANG KOMPAS)