Presiden Jokowi Tagih Komitmen Pendanaan Pemulihan Iklim
Di KTT G20, Presiden Jokowi menyebutkan, negara-negara berkembang memerlukan bantuan untuk mempercepat penurunan emisi dunia. Presiden pun menagih komitmen negara-negara maju untuk mendukung hal ini.
Oleh
NINA SUSILO
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Negara-negara berkembang memerlukan bantuan untuk mempercepat penurunan emisi dunia. Komitmen negara-negara maju untuk mendukung hal ini pun ditagih Presiden Joko Widodo dalam sesi pertama Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 India, Sabtu (9/9/2023).
Presiden Jokowi menyebutkan bumi saat ini sedang sakit. Buktinya, Juli lalu, suhu dunia mencapai titik tertinggi dan diprediksi akan terus meningkat lima tahun mendatang. ”Ini akan sulit ditahan, kecuali dunia menghadangnya secara masif dan radikal,” ujarnya dalam pidato di Bharat Mandapam, IECC, Pragati Maidan, New Delhi, India.
Dalam pertemuan ini, Presiden Jokowi didampingi Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, dan Menteri Keuangan Sri Mulyani.
Percepatan transisi ekonomi rendah karbon adalah salah satu upaya yang bisa dilakukan. Namun, sejauh ini transisi tersebut masih sangat terbatas. Selain itu, lanjut Presiden Jokowi, komitmen pendanaan negara maju baik pendanaan iklim 100 miliar dollar AS per tahun maupun fasilitas pendanaan kehilangan dan kerusakan masih sebatas retorika dan di atas kertas.
Negara berkembang butuhkan bantuan
Kenyataannya, menurut Presiden, negara-negara berkembang saat ini membutuhkan bantuan dalam bidang teknologi dan investasi hijau untuk mempercepat penurunan emisi di dunia. ”Kami negara berkembang, sangat ingin mempercepat penurunan emisi, tapi kami butuh dukungan untuk alih teknologi dan untuk investasi hijau,” katanya.
Pendanaan untuk percepatan penurunan emisi juga penting. Kerja sama antara pemerintah dan sektor swasta harus dilanjutkan. Hal ini akan membawa perubahan yang besar untuk menurunkan emisi. ”Tahun lalu di Bali, Indonesia telah menginisiasi G20 Bali Global Blended Finance Alliance, skema Just Energy Transition Partnership (JETP). Ini harus diperluas dan diperbesar,” kata Presiden.
Menurut Presiden, negara-negara berkembang saat ini membutuhkan bantuan dalam bidang teknologi dan investasi hijau untuk mempercepat penurunan emisi di dunia.
Untuk itu, Presiden menyebutkan dibutuhkan standar global seperti dalam hal pengelompokan kegiatan ekonomi dan bisnis. Dengan demikian, bisa dihindari praktik greenwashing atau praktik strategi pemasaran untuk menampilkan suatu produk seolah-olah berkelanjutan. Reformasi Bank Pembangunan Multilateral (MDB), lanjut Presiden, juga harus merefleksikan representasi negara-negara anggotanya.
Bertema ”Satu Bumi”
KTT G20 India dimulai Sabtu pagi. Presiden Jokowi dan para pemimpin negara G20 disambut Perdana Menteri Narendra Modi di lobi yang disebut lobi pohon kehidupan.
Presiden Jokowi tiba sekitar pukul 10.10 waktu setempat dengan mengenakan setelan jas berwarna biru tua. Setelah bersalaman dengan PM Modi, keduanya berfoto sembari berjabat tangan dengan latar belakang roda yang menjadi ikon dari Kornark Sun Temple, bagian dari situs warisan dunia UNESCO.
Sesi pertama KTT G20 India mengangkat tema ”One Earth” atau Satu Bumi. Dalam sesi ini, salah satu yang menarik perhatian adalah papan nama negara India di depan PM Modi yang telah berganti nama menjadi Bharat. Sebelumnya, dikabarkan Pemerintah India saat ini akan mengganti nama negaranya dengan Bharat serta meninggalkan istilah India yang dinilai peninggalan masa kolonial.
Dalam KTT G20 di India ini, beberapa pemimpin negara yang absen adalah Presiden China Xi Jinping, Presiden Rusia Vladimir Putin, PM Spanyol Pedro Sanchez, dan Presiden Meksiko Andres Manuel Lopez Obrador.
PM Modi dalam sambutannya mengajak semua pemimpin negara untuk bergandengan tangan dan berjalan bersama untuk kebaikan bersama. Dia juga menyebut presidensi G20 India sebagai simbol inklusivitas baik di dalam negerinya maupun di luar negeri.
Tak hanya itu, PM Modi juga mengusulkan Uni Afrika untuk menjadi anggota tetap G20. PM Modi juga menyampaikan keyakinannya bahwa semua anggota lain akan menyetujui proposalnya.