BRICS Perlu Arab Saudi dan Indonesia
KTT BRICS di Johannesburg merupakan salah satu revitalisasi Konferensi Bandung 1955. Anggota BRICS juga mau hilirisasi sumber daya alam, seperti dilakukan Indonesia.
JOHANNESBURG, SELASA - Pengajuan keanggotaan Indonesia dan Arab Saudi mendapat dukungan serius di BRICS. Penambahan anggota menjadi agenda yang paling mungkin disepakati dalam pertemuan di Johannesburg, Afrika Selatan. Sementara penerbitan mata uang bersama sulit disepakati.
Dilaporkan media Rusia, Vedomosti, pada Selasa (22/4/2023), Arab Saudi dan Indonesia paling berpeluang diterima menjadi anggota baru BRICS. Peneliti BRICS+ Analytics, Yaroslav Lisovolik, menyebut, BRICS belum punya wakil dari Asia Tenggara dan Timur Tengah. Padahal, dua kawasan itu semakin penting dalam tatanan global. Di kedua kawasan itu, Jakarta-Riyadh merupakan kekuatan utama.
Ada pun dosen Higher School of Economics Moskwa, Timofey Bordachev, menyebut bahwa penambahan keanggotaan akan membuat BRICS lebih berwajah global. Dengan demikian, BRICS bisa lebih bersanding dengan G7 dan G20. “Memang, perluasan keanggotaan berarti menambah peluang kerumitan pembuatan keputusan. Walakin, sisi positifnya akan lebih besar karena kekuatan BRICS bertambah,” ujarnya kepada Vedomosti.
Media India, Business Standard, melaporkan Argentina, Arab Saudi, Indonesia, Mesir, dan Uni Emirat Arab paling berpeluang diterima. Penerimaan bisa jadi akan dilakukan dalam Konferensi Tingkat Tinggi BRICS di Johannesburg pada 22-24 Agustus 2023.
Sekretaris Jenderal Kementerian Luar Negeri India Vinay Mohan Kwatra mengatakan, penambahan anggota baru memang akan menjadi salah satu agenda pokok KTT. BRICS telah menerima pendaftaran dari 23 calon anggota. “Kami punya niat positif dan terbuka soal perluasan BRICS,” ujarnya sebagaimana dikutip Business Standard.
Baca Juga 40 Negara Berminat Gabung BRICS
Dosen Wits University, Patrick Kadima, menyebut bahwa India cenderung menolak penambahan anggota. Sementara Brasil lebih berhati-hati. “Afrika Selatan akan membawa isu (penambahan anggota) di KTT,” ujarnya sebagai dikutip media Afsel, Sowetan Live dan IOL.
Dosen University of the Witwatersrand, William Gumede, menyebut bahwa Afrika Selatan, China, dan Rusia berambisi menambah anggota organisasi itu. “China dan Rusia mau anggota sebanyak mungkin sebagai reaksi atas pengaruh Barat. India lebih konservatif dan fokus pada soal ekonomi dan keuangan,” ujarnya kepada Sowetan Live.
Juru bicara kantor Kepresidenan Afsel Vincent Magwenya mengatakan, pertemuan BRICS di Johannesburg salah satu revitalisasi Konferensi Bandung 1955. Karena itu, Pretoria ingin merangkul sebanyak mungkin negara-negara yang dulu hadir di Jawa Barat beberapa dekade lalu.
Hilirisasi
Menteri Perindustrian dan Perdagangan Afsel Ebrahim Patel mengatakan, Pretoria mau BRICS mendorong perombakan tatanan perdagangan global. Meski volumenya membesar, kualitas perdagangan dianggap rendah. “Terlalu bertumpu pada bahan mentah. Kami mau ada perubahan, ada peningkatan hasil industri dalam komoditas ekspor,” kata dia dalam forum bisnis BRICS, Selasa (22/8/2023).
Afrika harus berhenti atau setidaknya mengurangi drastis ekspor bahan mentah. Afrika harus mulai mengekspor produk olahan aneka hasil alam. “Peluang di sektor ini terbuka,” kata dia.
Keinginan serupa telah dilontarkan Brasil. Hasrat Afsel dan Brasil mirip tekad hilirisasi Indonesia. Sejumlah negara juga mulai mendorong gagasan hilirisasi sumber daya alam. Mereka mau berhenti jadi pemasok bahan mentah bagi industri negara lain. Mereka mau investor asing menanam modal untuk mengolah hasil alam sebelum diekspor.
Patel menyebut, keinginan itu tidak mudah diwujudkan dan ada banyak pihak menentangnya. Karena itu, Pretoria berusaha menggandeng mitra yang mau mewujudkan hasrat itu.
Kadima mengatakan, hasrat itu menjadi salah satu alasan China diterima luas di Afrika. “China membangun jalan dan rumah sakit di Afrika, menjadi mitra dagang terbesar benua,” ujarnya. Ia menyoroti fakta Presiden Afsel Cyril Ramaphosa menyambut Presiden China Xi Jinping di tangga pesawat. Sementara Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva dan Perdana Menteri India Narendra Modi disambut para menteri Afsel. “Kehadiran Xi amat penting,” kata Kadima.
Baca juga BRICS, Kekuatan Penyeimbang Barat
Pretoria merasa diistimewakan karena Xi amat jarang ke luar negeri. Dari dua lawatan ke luar pada 2023, Xi hanya mengunjungi Rusia dan kini Afsel. “Sambutannya sangat istimewa,” ujarnya. Magwenya mengatakan, Xi dijamu Ramaphosa di Pretoria sebelum diajak terbang ke Johannesburg. Pretoria untuk sambutan kenegaraan, sementara Johannesburg untuk aneka agenda terkait BRICS. Hubungan Beijing-Pretoria kuat dan berkembang dari berbagai sisi. “Lawatan ini memberi kesempatan untuk peningkatan hubungan,” kata dia.
Indonesia-Afrika
Dalam lawatannya ke Afrika, Presiden Joko Widodo menggelar kunjungan perdana ke Tanzania. Sebagaimana disampaikan Biro Pers, Media, dan Informasi Sekretariat Presiden, dalam kunjungan kenegaraan itu, Presiden bertemu dengan Presiden Republik Persatuan Tanzania Samia Suluhu Hassan, Selasa (22/8), di Dar Es Salaam State House, Dar Es Salaam, Tanzania.
Dalam kesempatan tersebut, Presiden mengajak mitranya, Presiden Samia, untuk memperkuat solidaritas dan kolaborasi antarnegara berkembang. Menurut Presiden, Indonesia dan Afrika memiliki hubungan kuat yang telah terbangun sejak lama. ”Kita bersyukur memiliki akar hubungan yang kuat. Sejak KAA di Bandung tahun 1955 serta Gerakan Non-Blok tahun 1961,” ucapnya. ”Spirit ’Bandung’ harus terus dipertebal solidaritas dan kolaborasi antarnegara the global south harus terus diperkokoh.”
Baca juga: Indonesia Bangun Solidaritas dengan Tanzania
Presiden Joko Widodo menyampaikan bahwa Indonesia akan mewujudkan kolaborasi konkret dengan Afrika melalui desain besar pembangunan lima tahun ke depan yang sedang digarap. Lebih lanjut, Presiden menyebutkan rencana pembangunan itu salah satunya dalam sektor pertanian di Tanzania. ”Salah satunya melalui rencana revitalisasi Farmer’s Agriculture dan Rural Training Center di Morogoro, Tanzania,” ujar Presiden.
Mata Uang
SWIFT merupakan sistem pengolah transaksi lintas negara yang terutama menggunakan dollar AS. Sistem itu harus melewati perbankan AS. Karena itu, AS kerap menggunakan SWIFT untuk menekan negara lain. Negara yang tidak menuruti kemauan AS akan ditutup aksesnya pada SWIFT.
Godongwana mengatakan, China memang mitra dagang terbesar Afsel. Walakin, 75 persen utang Afsel diberikan AS dan anggota Uni Eropa. Jika meninggalkan dollar AS sebagai alat pembayaran hasil ekspor, Afsel akan kesulitan membayar utangnya.
Meski demikian, tidak berarti BRICS akan terus bergantung pada dollar AS dan euro. BRICS akan tetap mendorong peningkatan penggunaan mata uang mereka untuk transaksi sesama anggota. Ekonom Nedbank, Nicky Weimar, tidak yakin BRICS akan bisa membuat mata uang bersama.
“Syarat-syaratnya sulit dipenuhi. Dollar AS masih menjadi valuta paling dipercaya dan AS sebagai penerbitnya, meski berulang kali memusingkan dunia, belum pernah gagal bayar yang mengakibatkan nilai dollar AS terpangkas,” ujar ekonom salah satu bank terbesar dan tertua Afsel itu.
Alasan lain, di antara anggota BRICS, hanya China punya banyak uang dan bisa jadi penyangga mata uang bersama BRICS. “Masalahnya, China menerapkan pengendalian ketat modal. Tidak bisa memindahkan uang ke luar China tanpa izin pemerintah. China harus merombak besar-besaran kebijakan keuangannya kalau BRICS mau punya mata yang bersama. Yuan harus bebas diperdagangkan. Sejauh ini, tidak ada tanda China mau melakukan itu,” kata dia.
Baca Juga Presiden Jokowi Pastikan Hadiri KTT BRICS di Afrika Selatan
Sementara Gumede mengatakan, India juga tidak terlalu berhasrat pada mata uang bersama BRICS. Apalagi, meski cenderung anti-Barat, anggota BRICS tetap bergantung pada sistem keuangan yang dikendalikan Barat. “Para pejabat bank sentral dan sektor keuangan tidak mau dikucilkan dari sistem keuangan global seperti dialami Rusia,” kata dia. (AFP/REUTERS)