Peru dan Indonesia sama-sama bangsa majemuk. Kebudayaan menjadi pintu masuk Peru memperkenalkan diri kepada Indonesia.
Oleh
LARASWATI ARIADNE ANWAR
·4 menit baca
Indonesia dan Peru, negara di Amerika Selatan, telah 30 tahun menjalin hubungan bilateral. Namun, pengetahuan orang Indonesia mengenai Peru masih awam. Minimal, orang Indonesia mengetahui di Peru ada kota Kerajaan Inca, Macchu Picchu dan rimba Amazon. Barangkali kebanyakan orang Indonesia justru mengenal nama Peru dari komik Belgia, Tintin, yang berjudul Tujuh Bola Kristal dan Tawanan Dewa Matahari.
Guna memperkenalkan diri lebih mendalam, Kedutaan Besar Peru di Jakarta menggelar acara pameran Banteng Pucara atau dalam bahasa Spanyol disebut Toritos de Pucara. Pembukaan pameran yang berlokasi di Perpustakaan Cikini, Jakarta Pusat, ini dilaksanakan pada Selasa (15/8/2023).
”Banteng-banteng ini simbol keberanian dan perdamaian di Pucara. Tetapi bisa dibilang ini juga salah satu simbol amalgamasi (percampuran) berbagai kebudayaan dan kemajemukan di Peru,” kata Duta Besar Peru untuk Indonesia Luis Tsuboyama.
Pucara adalah kota di lereng Pegunungan Andes. Banteng sejatinya bukan satwa lokal, melainkan dibawa oleh bangsa Spanyol ketika menjajah wilayah Amerika Latin. Hewan ini kemudian menjadi penting bagi petani lokal. Tenaganya dipakai untuk membajak ladang, susunya menutrisi warga, dan dagingnya bisa dikonsumsi.
Karya seni tembikar banteng yang dihias dan dilukis sedemikian rupa ini merupakan percampuran budaya Andes, budaya Spanyol, dan agama Katolik. Menurut Tsuboyama, ia melihat garis merah keragaman Peru yang mencakup Pegunungan Andes, rimba Amazon, dan pesisir Samudera Pasifik dengan Indonesia yang memiliki masyarakat sangat majemuk.
Kemajemukan ini juga daya tarik masyarakat Peru untuk mengenal Indonesia supaya tahunya tidak cuma Borobudur dan Pulau Bali.
Oleh sebab itu, fokus Kedubes Peru di Jakarta ialah memperkenalkan Peru dengan sistem berbasis antarwarga (people to people). Pintu masuknya dari kesenian, sastra, dan kuliner. Di dunia sastra, penulis dari Peru yang paling terkenal ialah pemenang Nobel Sastra 2010, Mario Vargas Llosa.
Dalam aspek kuliner, terdapat hidangan tradisional dan makanan yang terpengaruh masakan Spanyol. Peru juga kaya akan bahan-bahan asli. Umbi kentang sejatinya berasal dari Peru yang dibawa oleh penjelajah Spanyol dan ditanam di negara-negara koloni mereka. Di Peru terdapat 3.000 jenis kentang. ”Kemajemukan ini juga daya tarik masyarakat Peru untuk mengenal Indonesia supaya tahunya tidak cuma Borobudur dan Pulau Bali,” tutur Tsuboyama.
Menjajaki investasi
Dari pengenalan people to people ini, Peru juga ingin meningkatkan hubungan perekonomian dengan Indonesia. Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan bertemu dengan Menteri Perdagangan Luar Negeri dan Pariwisata Peru Juan Carlos Mathews Salazar pada Mei lalu. Mereka membahas perjanjian kerja sama ekonomi komprehensif (CEPA). Ini wujud perjanjian perdagangan bebas (FTA) yang lebih tinggi dan mengikat.
Tsuboyama mengungkapkan, neraca perdagangan Indonesia-Peru mencapai 600 juta dollar AS. Akan tetapi, neraca ini belum sehat karena 500 juta dollar AS di antaranya masih berasal dari Indonesia. Jakarta mengekspor mulai dari pakaian, alas kaki, sampai komponen kendaraan ke Lima.
Peru mencari cara untuk menyeimbangkan kerja sama ekonomi ini. Salah satunya dari penanaman modal asing langsung. Lima menjajaki agar Jakarta mau berinvestasi. Thailand, Vietnam, dan Singapura merupakan negara-negara Asia Tenggara yang sudah lebih dulu berkecimpung di perekonomian Peru.
Thailand berinvestasi di sektor perhotelan dan layanan keramah-tamahan, Vietnam menanam modal di perusahaan telekomunikasi ketiga terbesar di Peru, dan Singapura mengambil tempat di sektor logistik serta ritel. ”Peru menawarkan potensi investasi di sektor pertambangan kepada Indonesia karena kami menghasilkan banyak mineral,” kata Tsuboyama.
Pekan lalu, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan bertemu Presiden Peru Dina Boluarte di Konferensi Tingkat Tinggi Amazon. Luhut memperkenalkan kebijakan pertambangan di Indonesia. Hal ini dilanjutkan dengan pembahasan mengenai kerja sama perekonomian, pencegahan penyelundupan narkoba, pertahanan, dan pertanian.
Peru merupakan salah satu anggota Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik (APEC) dan akan memegang posisi ketua bergilir pada tahun 2024. Peru juga saat ini memegang keketuaan Aliansi Pasifik, blok kerja sama ekonomi dengan Chile, Kolombia, dan Meksiko. Aliansi Pasifik sejak 2016 sudah berdialog dengan Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara (ASEAN).
”Kami anggota Blok Perdagangan Trans-Pasifik (CPTPP) dan berharap bisa bekerja sama intensif dengan ASEAN supaya turut memasuki Kemitraan Komprehensif Regional (RCEP),” ujar Tsuboyama.
Ia menjelaskan, Peru tertarik untuk belajar dari Indonesia dan ASEAN cara-cara mengelola persaingan geopolitik tanpa terseret oleh pihak-pihak tertentu. Ini juga bertujuan menggalang kekompakan dalam memperjuangkan produk-produk dari negara berkembang ke pasar Uni Eropa. Sama seperti Indonesia, komoditas Peru juga tidak bisa memasuki Eropa dengan alasan deforestasi.