Hubungan Indonesia-China telah terbangun sejak ribuan tahun lalu. Pertemuan antarwarga menjadi salah satu simpul erat jalinan hubungan kedua negara.
Oleh
BONIFASIUS JOSIE SUSILO HARDIANTO, LUKI AULIA, ELSA EMIRIA LEBA
·2 menit baca
Diplomasi dibangun dan bergerak dalam beragam cara. Umumnya masyarakat mengenal atau mengikutinya dari sepak terjang para diplomat, utamanya para diplomat karier di Kementerian Luar Negeri.
Akan tetapi, diplomasi sejatinya juga dilakukan melalui beragam lini, dan bisa dilakukan siapa saja, termasuk warga pada umumnya. Dan, justru pada awalnya, perjumpaan antar-”negara” atau kerajaan di masa lalu didahului oleh perjumpaan antarwarga, biasanya dilakukan oleh para pedagang atau perantau.
Demikian pula relasi Indonesia-China. Sejak ribuan tahun lalu, perjumpaan antarwarga kedua negara telah terbangun. Kini, relasi itu kian menguat. Memeriahkan HUT Ke-78 Kemerdekaan RI, Kedutaan Besar RI di Beijing pada 10 Agustus 2023 lalu sengaja mengundang komunitas Guiqiao Indonesia ke Wisma Duta. Malam itu, setidaknya ada 50 Guiqiao hadir.
Guiqiao adalah orang berdarah China, tetapi tidak lahir di dataran China. Mereka bisa saja lahir di Indonesia atau negara lain dan kemudian kembali ke China. Meskipun telah kembali ke China sejak tahun 1950-1960-an, kecintaan mereka akan Indonesia tidak memudar. Dalam catatan KBRI Beijing, setidaknya ada 9.000-an Guiqiao Indonesia di China. Beberapa orang masih fasih berbahasa Indonesia. Mereka juga rutin menggelar reuni, khususnya menjelang HUT Kemerdekaan RI. Dalam setiap reuni, mereka menyanyikan lagu-lagu Indonesia dan menikmati makanan Indonesia.
Dalam pertemuan itu, Duta Besar RI untuk China Djauhari Oratmangun mengapresiasi komunitas seperti Guiqiao yang diketuai Ye Xiaoping beserta sejumlah sosok Indonesianis, seperti Direktur Pusat Studi Asia Tenggara di National Institute of International Strategy Profesor Xu Liping dan sejumlah pemengaruh dari kedua negara. ”Peran dan kontribusi mereka luar biasa dalam mempererat hubungan antarmanusia Indonesia dan China,” kata Djauhari dalam pernyataan pers, Minggu (13/8/2023), di Jakarta.
Dalam kesempatan itu, Djauhari menyampaikan hasil kunjungan Presiden Joko Widodo ke Chengdu. Salah satunya adalah hubungan people-to-people Indonesia-China yang semakin baik.
Sebagai catatan, terkait dengan kerja sama ekonomi Indonesia-China, KBRI Beijing menyebutkan, pada periode Januari-Juni 2023, total perdagangan Indonesia dengan China mencapai 67,78 miliar dollar AS, turun 2,72 persen dibandingkan dengan nilai perdagangan pada periode yang sama tahun 2022. Dalam periode Januari-Juni 2022, total nilai perdagangan Indonesia-China mencapai angka 69,68 miliar dollar AS.
Yang menarik, nilai ekspor Indonesia ke China pada periode Januari-Juni 2023 tumbuh 5,12 persen. Nilai ekspor Indonesia mencapai 37,16 miliar dollar AS. Komoditas yang turut menyumbang pertumbuhan itu adalah nikel, pulp, dan minyak nabati.
Sejalan dengan tema HUT Ke-78 Kemerdekaan RI, Djauhari mengatakan, semua upaya KBRI, termasuk membangun kerja sama antarnegara, termasuk kerja sama antarwarga, esensinya adalah mempererat rasa kekeluargaan untuk membangun kesejahteraan bersama.