Gocekan Neymar dan Mimpi Besar Putra Mahkota Arab Saudi
Bintang sepak bola Brasil, Neymar, menjadi pemain terbaru dalam gugusan bintang sepak bola dunia yang didatangkan ke Arab Saudi. Ini bagian dari desain besar untuk mewujudkan transformasi Arab Saudi sesuai Visi 2030.
Oleh
MUHAMMAD SAMSUL HADI
·3 menit baca
Kompetisi sepak bola Arab Saudi, Liga Pro Saudi, musim ini baru bergulir, pekan kedua Agustus ini. Namun, hari Sabtu (19/8/2023), ibu kota Riyadh—markas klub Al-Hilal—sudah berpesta. Al-Hilal, salah satu klub raksasa Asia di Arab Saudi, malam itu tidak sedang merayakan gelar juara. Mereka menyambut bintang baru klub, pesepak bola asal Brasil, Neymar, yang baru digaet dari klub Perancis milik Qatar, Paris Saint-Germain (PSG), dalam upacara spektakuler.
Stadion Internasional King Fahd, stadion berkapasitas 68.000 penonton tempat pesta penyambutan dan kandang Al-Hilal, bermandikan kembang api, sorot cahaya laser, dan dentuman musik. Di angkasa, sejumlah pesawat nirawak (drone) diterbangkan membentuk formasi tulisan ”Neymar is Blue”. Biru adalah warna identitas dan kebesaran Al-Hilal.
”Sebuah kehormatan bisa menjadi bagian dari tim hebat ini dan memakai (seragam) warna Al-Hilal. Saya senang sekali menyumbangkan keterampilan dan dedikasi saya demi sukses tim ini,” ujar Neymar, seperti dikutip media Arab Saudi, Saudi Gazette.
Keesokan harinya, foto penahbisan Neymar sebagai anggota skuad ”Biru” menjadi foto utama koran Arab Saudi lainnya, Arab News. Neymar (31), pemain termahal dunia tahun 2017 saat ditransfer PSG dari Barcelona, diboyong dengan transfer menurut laporan 90 juta euro atau sekitar Rp 1,4 triliun. Ia adalah salah satu dari gugusan pemain-pemain bintang sepak bola dunia yang diborong klub-klub Arab Saudi.
Ia menyusul Cristiano Ronaldo, Sadio Mane, Marcelo Brozovic (Al-Nassr, Riyadh), Pemain Terbaik Dunia 2022 Karim Benzema, N’Golo Kante, Fabinho (Al-Ittihad, Jeddah), Roberto Firminho, Riyad Mahrez (Al-Ahli, Jeddah), Jordan Henderson (Al-Ettifaq, Dammam), dan lain-lain. Empat klub tempat berlabuh para bintang tersebut, yakni Al-Hilal, Al-Ittihad, Al-Nassr, dan Al-Ahli), dimiliki oleh perusahaan induk yang dibiayai dana investasi Pemerintah Arab Saudi, Dana Investasi Publik (Public Investment Fund/PIF).
Di barisan pelatih, nama-nama besar juga didatangkan ke ”Negeri Penjaga Dua Kota Suci”. Mantan kapten dan ikon Liverpool, Steven Gerrad, dikontrak Al-Ettifaq, mantan pelatih West Ham asal Kroasia, Slaven Bilic, bergabung klub Al-Fateh, dan eks pelatih Benfica, Jorge Jesus, kembali ke Al-Hilal. Tak ketinggalan, Al-Ahli menggaet pelatih muda nan menjanjikan, Matthias Jaissle asal Jerman.
Dengan transfer masif seperti itu, tentu wajar jika muncul pertanyaan: ada apa di balik semua ini? Apakah ada desain besar di balik semua itu? Mengapa olahraga dipilih untuk mewujudkan desain besar di Arab Saudi?
Fenomena ini menjadi sorotan majalah The Economist dalam salah satu laporan edisi 12-18 Agustus 2023. Melalui laporan bertajuk ”Scoring political goals (Mencetak gol-gol politik)”, majalah berkantor pusat di Inggris itu memaparkan bahwa megatransfer sepak bola tersebut hanyalah satu bagian dari langkah Arab Saudi untuk masuk di peta dunia olahraga.
Tak hanya di lapangan sepak bola, dana besar juga digelontorkan Arab Saudi pada cabang-cabang olahraga lain, seperti golf, balap Formula 1, tinju, e-sport, dan sebentar lagi mungkin tenis. Dana yang disiapkan pun tak main-main: lebih dari 700 miliar dollar AS atau sekitar Ro 10,7 kuadriliun dari Dana Investasi Publik (PIF).
Kebijakan ini didukung langsung oleh orang nomor satu secara de facto di negara kerajaan itu, Putra Mahkota Pangeran Mohammed bin Salman (MBS). MBS memegang kendali PIF.
”Ambisi MBS adalah menggunakan olahraga untuk memodernisasi Arab Saudi dan mengubah persepsi dunia luar tentang kerajaan di tengah gurun berpenduduk 36 juta jiwa itu,” tulis The Economist.
Ambisi MBS adalah menggunakan olahraga untuk memodernisasi Arab Saudi dan mengubah persepsi dunia luar tentang kerajaan di tengah gurun berpenduduk 36 juta jiwa itu.
Arab Saudi tak ingin dikenal dengan ikon-ikon yang selama ini beredar luas: padang pasir, unta, fanatisme dan ekstremisme dalam keagamaan, serta kejumudan. ”Dengan status dan postur kawasan yang dimiliki Kerajaan Arab Saudi untuk mengambil peran terdepan sebagai ’jantung’ negara-negara Arab dan Islam, Kerajaan (Arab Saudi) akan menggunakan kekuatan investasinya untuk menciptakan ekonomi yang lebih beragam dan berkelanjutan,” demikian penggalan dalam Visi Arab Saudi 2030.
Di sepak bola, langkah Riyadh sudah diawali sejak 2021 saat konsorsium pimpinan Arab Saudi membeli klub Liga Inggris, Newcastle United, seharga 391 miliar dollar AS (sekitar Rp 5,9 triliun). Seolah tak mau kalah dari tetangga, Qatar, yang tahun lalu menggelar Piala Dunia, Arab Saudi membidik tiket tuan rumah Piala Dunia 2030 atau 2034.
Sekretaris Jenderal Federasi Sepak Bola Arab Saudi (SAFF) Ibrahim Alkassim menyebutkan, sepak bola menjadi kekuatan lunak (soft power) Arab Saudi untuk mewujudkan cita-cita dan mimpi besar MBS melalui Visi 2030. ”Visi 2030 berdiri di atas tiga pilar utama, yang pertama adalah kualitas hidup. Bagian dari kualitas hidup itu adalah olahraga,” kata Alkassim, seperti dikutip The Business Standard, 7 Juni 2023.
Visi 2030 adalah cetak biru Arab Saudi yang dicanangkan pada 2016 untuk mendiversifikasi ekonomi, lepas dari ketergantungan pada pendapatan dari minyak. Arab Saudi ingin, investasi di bidang olahraga itu bisa mendatangkan efek limpahan (spillover effect) pada ekonomi.
”Ketika kami memilih Visi 2030, olahraga (di Arab Saudi) hanyalah olahraga. Namun, hari ini olahraga adalah bagian yang lebih besar dalam ekonomi. Jika Anda berbicara tentang keseluruhan ekosistem di semua budaya dan negara, olahraga tak hanya berdampak langsung pada ekonomi, tetapi juga secara tidak langsung berdampak pada bidang-bidang lain,” jelas Alkassim.
Efek langsung itu, misalnya, pada peningkatan angka kunjungan turis. Visi 2030 menargetkan kunjungan pariwisata di Arab Saudi meningkat menjadi 100 juta pengunjung per tahun pada 2030. Tahun 2021, kunjungan turis tercatat 64 juta orang. Ini bagian dari target meningkatkan produk domestik bruto (PDB) pariwisata dari 3 persen (tahun 2019) menjadi 10 persen pada 2030.
Karena itu, dengan desain tersebut jangan kaget jika hari-hari ke depan, paket kunjungan ke Arab Saudi—boleh jadi, termasuk umrah—bisa mencakup paket nonton aksi-aksi gocekan maut Ronaldo, Benzema, atau Neymar. Atau, bisa juga dibalik: nonton sepak bola sekalian umrah. Mengapa tidak?