Indonesia berusaha mendorong dan menunjukkan bahwa kolaborasi bisa dilakukan di tengah persaingan geopolitik. Aneka inisiatif infrastuktur itu bagian dari upaya meningkatkan pengaruh di negara lain
Oleh
KRIS MADA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Aneka program dan proyek bernilai total 129 miliar dollar AS akan ditawarkan dalam ASEAN-Indo-Pacific Forum, 5-6 September 2023. Forum itu salah satu kegiatan utama yang digagas Indonesia selama menjadi ketua bergilir ASEAN. Forum itu digelar berbarengan dengan Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN di Jakarta bulan depan.
Wakil Menteri Luar Negeri RI Pahala Mansury mengatakan, berbagai program dan tawaran itu sedang diperiksa. Hal itu untuk memastikan hanya program-program dengan potensi keberhasilan tinggi dan jelas membawa manfaat bagi warga. “Sekarang (program yang sudah dikurasi) sekitar 22 miliar dollar AS,” ujarnya, Jumat (18/8/2023), di Jakarta.
ASEAN-Indo-Pacific Forum (AIPF) salah satu dari lebih 20 rangkaian forum dan pertemuan di sela KTT ASEAN. Rangkaian KTT ASEAN berlangsung pada 2-7 September 2023 di Jakarta. Mayoritas kegiatan diselenggarakan di sekitar Kompleks Gelora Bung Karno di Senayan.
Pahala mengatakan, salah satu pilar AIPF adalah pembiayaan berkelanjutan. AIPF juga forum mendorong pembiayaan untuk program-program yang ramah lingkungan. Karena itu, AIPF akan melibatkan berbagai lembaga keuangan nasional, kawasan, dan internasional. Sejauh ini, perwakilan Bank Investasi Eropa (EIB) dan Bank Investasi Infrastruktur Asia (AIIB) akan hadir.
EIB merupakan salah satu sayap keuangan Uni Eropa. Adapun AIIB merupakan bank yang dimotori China. AIIB terlibat dalam aneka proyek Inisiatif Sabuk dan Jalan (BRI) China dan aneka program di organisasi yang dimotori China. Organisasi itu termasuk Organisasi Kerja Sama Shanghai (SCO) dan BRICS, forum koordinasi Brasil, India, Rusia, China, dan Afrika Selatan.
Lintas Negara
AIPF berusaha menyelaraskan dan mengolaborasikan aneka inisiatif pembangunan. Karena itu, AIPF terbuka pada BRI China, Kerangka Kerja Ekonomi Indo-Pasifik (IPEF) dan Kemitraan untuk Investasi dan Infrastruktur (PGII) Amerika Serikat, maupun Gerbang Global (Global Gateway) Uni Eropa. Digagas dan dimotori berbagai negara atau organisasi negara, berbagai program itu menawarkan aneka program untuk pembangunan di Indo-Pasifik serta kawasan lain. “Indonesia ingin melibatkan semua pihak,” kata Pahala.
Aneka inisiatif itu bukan hanya sekadar instrumen investasi dan pembangunan. Aneka inisiatif infrastuktur itu bagian dari upaya berbagai negara dan kawasan meningkatkan pengaruh di negara atau kawasan lain. Dalam berbagai kesempatan AS serta mitra dan sekutunya jelas menunjukkan PGII, IPEF, dan Global Gateway sebagai tandingan BRI China.
Lewat AIPF, Indonesia berusaha mendorong dan menunjukkan bahwa kolaborasi bisa dilakukan di tengah persaingan geopolitik. “Indonesia ingin mengembangkan pemahaman kolaboratif, mengedepankan kerja sama ekonomi,” kata Pahala.
Ia mengatakan, AIPF lebih sekadar aktivitas diplomasi Indonesia di Pasifik. Forum itu bagian dari upaya Indonesia mewujudkan Indo-Pasifik sebagai kawasan stabil, aman, dan pusat pertumbuhan global. “Semua pihak berkepentingan menjadikan Indo-Pasifik sebagai pusat pertumbuhan,” kata dia.
Sebagai ketua ASEAN 2023, Indonesia menjadikan isu pertumbuhan dan ekonomi sebagai hal pokok. Sebab, kedua hal itu dirasakan langsung manfaatnya oleh warga di kawasan dan sekitarnya. Karena itu, aneka dokumen yang akan diadopsi dalam KTT ASEAN bulan depan didominasi isu ekonomi, pertumbuhan, dan kesejahteraan.
Para diplomat ASEAN antara lain tengah merampungkan dokumen soal kerja sama sektor keuangan, pangan, dan kesehatan. Di sektor pangan, ASEAN mengejar kerja sama untuk menjaga keamanan pasokan pangan di saat krisis.