AS-Australia Kirim Pasukan dan Persenjataan ke Filipina
Australia memandang persoalan yang dihadapi Filipina dengan China di Laut China Selatan adalah persoalan bersama. Washington juga menyatakan siap mengerahkan pasukan untuk membantu Manila.
Oleh
KRIS MADA
·5 menit baca
DARWIN, SENIN — Sepekan setelah kapalnya disemprot China, Filipina mendapat bala bantuan dari Amerika Serikat dan Australia. Lebih dari 2.000 tentara Australia-Amerika Serikat-Filipina, mulai Senin (14/8/2023), berlatih perang di sekitar lokasi penyemprotan. Mereka menaiki kapal perang terbesar Australia.
Juru bicara Angkatan Bersenjata Filipina (AFP) Letnan Kolonel Enrico Ileto mengatakan, latihan perang itu berlangsung pada 14-31 Agustus 2023. Seluruh rangkaian latihan dipusatkan di dek HMAS Canberra, kapal perang Australia.
”Tujuannya meningkatkan saling mendukung operasi dan kemampuan berbagi taktik, teknik, prosedur, dan pengalaman dalam operasi amfibi,” ujar Ileto dalam pernyataan yang dikeluarkan AFP, Senin (14/8/2023).
Latihan dimulai di geladak HMAS Canberra yang berlabuh di Darwin, Australia. Dari Darwin, kapal itu bergerak ke utara menuju perairan di barat Palawan, Filipina. Lokasi latihan merupakan tempat insiden kapal penjaga pantai Filipina disemprot kapal penjaga pantai China pada 5 Agustus 2023.
Kala insiden terjadi, kapal Filipina sedang mengawal perahu pengangkut pasokan ke karang yang disengketakan Beijing-Manila. China menamai karang itu sebagai Ren’ai. Sementara Filipina menyebutnya Ayungin. Hampir setiap bulan selalu ada insiden antara kapal China dan Filipina di sekitar perairan tersebut.
Ileto mengatakan, total enam kapal dilibatkan dalam latihan yang bersandi ”ALON” itu. Alon merupakan kata dalam bahasa Tagalog untuk menyebut ’ombak’. Canberra mengirimkan 1.200 tentara dan 700 polisi dalam latihan itu. Sementara Filipina hanya mengirimkan 111 tentara.
AS akan mengirimkan 150 marinirnya untuk bergabung dalam latihan tersebut. Marinir AS terutama akan hadir sebagai pendukung dalam latihan itu. Mereka akan bergabung belakangan kala armada latihan telah tiba di lokasi.
Perwira Penanggung Jawab Latihan Pendaratan AFP Letnan Kolonel Kristine Salon mengatakan, latihan gabungan itu memberikan pengalaman tambahan bagi prajurit Filipina. ”Prajurit kami telah berlatih penyelamatan bawah air, membiasakan operasi di MV-22B Osprey, serta latihan penggunaan aneka persenjataan,” katanya.
Diplomasi pertahanan
Keterlibatan Australia di Alon merupakan bagian dari pelaksanaan Indo-Pacific Endeavor (IPE) 2023. IPE merupakan program diplomasi pertahanan Angkatan Bersenjata Australia (ADF) yang berlangsung sejak beberapa tahun lalu.
”Latihan Alon menjadi salah satu kegiatan penting IPE dan memberi ADF kesempatan bekerja sama dengan para mitra,” kata Komandan IPE 2023 Marsekal Pertama Tony McCormack, sebagaimana diungkap dalam pernyataan ADF.
Di Alon, pasukan gabungan tiga negara akan terlibat operasi udara, darat, dan laut. Akan ada skenario operasi pendaratan di Palawan dan Zambales. Australia, antara lain, mengirimkan pesawat MV-22B Osprey untuk pendaratan di Palawan. Sementara di Zambales mereka akan fokus pada latihan pendaratan dari laut. Peserta latihan juga akan menembakkan meriam dan roket ke sasaran di sekitar lokasi latihan.
Seperti Ileto, McCormack menyebut Alon menjadi pelantar berbagai taktik, teknik, dan prosedur operasi lintas matra. Pembiasaan operasi bersama diperlukan untuk menjaga kesiapan operasi pasukan dalam menghadapi tantangan bersama.
Australia memandang persoalan yang dihadapi Filipina dengan China di Laut China Selatan adalah persoalan bersama. Kepala Staf Angkatan Laut Australia Laksamana Madya Mark Hammond mengatakan, keterlibatan Australia di Alon menunjukkan keseriusan Canberra dalam menjaga perdamaian kawasan.
”Laut China Selatan menjadi lokasi ketegangan selama bertahun-tahun. Kami harus terus beroperasi dan berkegiatan bersama para mitra dan sekutu untuk menjaga keamanan dan keselamatan di sana. Dalam kondisi apa pun, semua itu akan terus dilakukan,” ujarnya, sebagaimana dikutip media Australia, ABC.
AS juga berpendapat demikian. Selepas insiden 5 Agustus 2023, Washington menyatakan siap mengerahkan pasukan untuk membantu Manila. AS-Filipina menyepakati perjanjian pertahanan sejak 1951. Traktat itu memberikan AS hak ikut menyerang pihak yang menyerbu Filipina.
Mata-mata China
Kapal-kapal China yang terlibat dalam insiden itu tidak berada di sekitar Ayungin. Kapal-kapal itu berada di karang-karang lain yang juga disengketakan Beijing-Manila. ”Sehari sebelum kejadian, tahu-tahu kapal-kapal itu mendekati Ayungin. Mereka berkumpul untuk merintangi kapal pasokan ke Ayungin,” katanya kepada media Filipina, ABS-CBN.
Manila memandang kapal-kapal China sengaja dikerahkan dan dikumpulkan untuk merintangi kapal Filipina. ”Mereka sengaja dan siap menghambat. Karena itu, pernyataan mereka menyesatkan,” kata Tarriela.
Tarriela tidak tahu secara pasti bagaimana cara China mengetahui pergerakan kapal-kapal Filipina. ”Barangkali mereka punya mata-mata, bisa jadi punya informasi lebih dulu soal manuver kami. Saya tidak tahu pastinya tentang cara mereka mengetahui lebih dulu,” ujarnya.
Ia juga menegaskan, Manila tidak berencana memindahkan bangkai kapal Sierra Madre. Kapal dari era Perang Dunia II ini dikandaskan dekat Ayungin pada 1999. Manila melakukan hal itu sebagai cara menunjukkan klaim atas karang itu dan perairan di sekitarnya.
Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr juga pernah menyatakan, tidak ada kesepakatan apa pun dan dengan siapa pun soal pemindahan bangkai kapal tersebut. ”Kalau kesepakatan itu ada, akan saya batalkan sekarang,” ucapnya.
Tanggapan China
Sementara dalam pernyataan di Singapura, Menteri Luar Negeri China Wang Yi mengatakan, AS memanfaatkan insiden Ren’ai untuk menghasut konfrontasi di kawasan. Insiden itu dipakai Washington untuk kepentingan geopolitik AS. Wang mengingatkan kawasan untuk bersikap ekstra hati-hati menghadapi hasutan-hasutan itu. ASEAN perlu terus menjadi pihak yang terdepan dalam menjaga kestabilan dan keamanan kawasan.
Wang juga mengajak Manila bekerja sama dengan Beijing untuk mencari cara meredakan ketegangan. Kerja sama Manila-Beijing, dan juga China-ASEAN, diklaim sebagai faktor penting pada keamanan dan kestabilan kawasan. Kondisi ini perlu terus dijaga bersama dan dijauhkan dari pihak-pihak luar yang mencoba mengganggu kawasan.
Pernyataan Wang lebih lunak dibandingkan dengan pernyataan pada awal insiden 5 Agustus. Kala itu, Beijing meminta Manila berhenti mengirimkan kapal-kapal ke karang yang diklaim China tersebut. Mahkamah Arbitrase Internasional telah memutuskan, klaim Beijing tidak mempunyai dasar hukum. Pulau-pulau buatan tidak bisa dijadikan dasar mengklaim perairan di Laut China Selatan. (AFP/REUTERS)