Cuaca Ekstrem, Washington Tutup Kantor Pemerintahan
Cuaca ekstrem terjadi di AS. Cuaca ekstrem itu mengakibatkan hujan lebat dan angin kencang di Washington DC. Sementara di bagian selatan, terutama di Texas dan Florida, suhu mencapai 42 derajat celsius.
Oleh
LARASWATI ARIADNE ANWAR
·3 menit baca
WASHINGTON, SELASA - Gedung-gedung pemerintahan di Washington, ibu kota Amerika Serikat ditutup pada Senin (7/8/2023) waktu setempat atau Selasa (8/8/2023) waktu Indonesia. Penyebabnya ialah cuaca ekstrem yang mengakibatkan hujan lebat dan angin kencang. Bahkan, di pesisir timur AS diperkirakan terjadi hujan es dan angin puting beliung.
Situs pemantau ketersediaan listrik PowerOutage.us mengatakan bahwa 200.000 bangunan rumah maupun pertokoan di Negara Bagian Maryland dan Virginia yang tepat bersebelahan dengan Washington tidak dialiri listrik. Angin kencang mengakibatkan pohon-pohon tumbang dan merusak tiang-tiang listrik. Secara nasional, saat ini ada 800.000 rumah di AS yang mati listrik akibat cuaca buruk.
Badan Layanan Cuaca Nasional AS (NWS) mengatakan, wilayah di tengah, selatan, dan timur AS terancam risiko dilalui angin puting beliung. Sejauh ini, walaupun embusan angin kencang, belum ada tanda-tanda terbentuknya tornado. Meskipun demikian, penerbangan dari dan ke New York, Washington, Philadelphia (Pennsylvania), Atlanta (Georgia), dan Baltimore (Maryland) dihentikan. Tercatat, ada 2.600 penerbangan yang dibatalkan.
Pada Senin tengah hari, kantor-kantor pemerintahan maupun tempat-tempat umum di Washington, antara lain berupa museum, galeri seni, dan kebun binatang harus ditutup. Per pukul 15.00, seluruh pegawai tidak boleh ada yang masih di tempat kerja.
Kecepatan angin mencapai 130 kilometer per jam di sejumlah wilayah. Bahkan, di Virginia, terjadi hujan es dengan ukuran es batu mencapai 11,5 sentimeter diameternya. "Harap berdiam di rumah. Aktifnya segala kanal media sosial agar Anda menerima peringatan dari pemerintah jika terjadi hal-hal darurat," demikian imbauan resmi NWS.
Cuaca buruk ini juga telah menelan dua korban jiwa. Di Negara Bagian Alabama, seorang laki-laki tewas tersambar petir ketika berada di lapangan parkir. Sementara itu, di Carolina Selatan, seorang remaja laki-laki berumur 15 tahun tewas tertimpa pohon di luar rumah kakek dan neneknya.
Di Westminster, Maryland, media CBS melaporkan sebanyak 33 orang dewasa dan 14 anak terjebak di dalam mobil-mobil di jalan bebas hambatan. Pasalnya, tiang-tiang listrik tumbang ditiup angin dan mengakibatkan kemacetan. Mereka semua harus dievakuasi oleh petugas darurat. Maryland juga dilanda banjir di sejumlah titik yang memutus jalan-jalan raya.
Badai ini merupakan kumulasi dari cuaca panas ekstrem di AS. Di selatan, terutama di Texas, Louisiana, dan Florida, suhu mencapai 42 derajat celsius sehingga meningkatkan penguapan air laut. Ada sepuluh negara bagian yang diperkirakan dilewati angin puting beliung. Total, ada 29,5 juta penduduk yang tinggal di sana.
Cuaca ekstrem
Berbagai laporan iklim mengatakan bahwa Juli 2023 merupakan bulan terpanas sepanjang sejarah. Bumi tidak lagi dalam fase pemanasan global, melainkan fase pendidihan. Apabila suhu tidak segera diturunkan 1,5 derajat celsius, Bumi secara harfiah akan meleleh. Jika itu terjadi, tidak hanya banjir besar, tetapi juga kegagalan panen dan migrasi besar-besaran akibat bencana iklim yang berisiko memunculkan konflik baru.
Laporan cuaca ekstrem datang dari setiap belahan dunia. Negara-negara di Eropa Selatan berjibaku dengan kebakaran lahan, jambore pramuka sedunia di Korea Selatan terpaksa dipindah ke dalam ruangan gara-gara hawa panas menyengat dan disusul kedatangan Topan Khanun.
Di China, Kementerian Pengelolaan Kedaruratan melaporkan bahwa bulan Juli lalu ada 147 orang tewas akibat bencana yang disebabkan oleh cuaca ekstrem. Tidak hanya itu, China juga menghadapi kemungkinan gagal panen. Setelah kemarau, China dilanda Topan Doksuri, banjir, dan longsor.
"Jagung-jagung sudah mau panen, tapi setelah itu mati karena panas ekstrem," kata Ran Chaoyin, seorang petani dari Chongqing kepada media NBC.
Biro Statistik Nasional China mengatakan panen musim panas 2023 turun 0,9 persen dibandingkan tahun 2022. Bagi negara dengan jumlah penduduk 1,4 miliar jiwa, ini tidak sedikit. Ada kekhawatiran dengan rentetan cuaca ekstrem ini persediaan pangan nasional terganggu. (AP/Reuters)