Hapus Memori Soviet, Ukraina Ganti Lambang Palu Arit dengan Trisula
Sejak 2015 Ukraina coba menghapus cerita masa lampau mereka saat masih menjadi bagian dari Uni Soviet. Klimaksnya, mereka mengganti lambang palu arit dengan trisula.
Oleh
MAHDI MUHAMMAD
·4 menit baca
KYIV, SENIN — Pemerintah Ukraina terus berusaha menghapus jejak masa lalunya yang berkaitan dengan Uni Soviet. Kyiv, misalnya, mengganti nama-nama jalan dengan tokoh atau seniman serta budayawan Ukraina. Baru-baru ini, pemerintah mengganti simbol Uni Soviet pada Monumen Ibu Pertiwi di Kyiv yang dibangun pada era Soviet.
Monumen Ibu Pertiwi itu berupa patung perempuan memegang pedang di tangan kanan dan tameng di tangan kiri. Pada bagian tameng, terpasang simbol palu dan arit yang melambangkan kekuasaan Partai Komunis pada era Soviet. Oleh Kyiv, simbol ini diganti dengan lambang tryzub Ukraina, trisula yang diadopsi sebagai lambang Ukraina merdeka pada 19 Februari 1992.
Pekerja mulai melepas lambang lama, palu dan arit, dari patung yang semula bernama Batkivshchýna-máty atau Patung Tanah Air, sejak akhir Juli lalu. Cuaca buruk dan serangan udara yang bertubi-tubi saat pengerjaan membuat pekerjaan menjadi tersendat. Lambang baru, trisula atau tryzub Ukraina, akhirnya terpasang pada patung setinggi sekitar 62 meter itu pada Minggu (6/8/2023).
Menurut rencana, perubahan pada patung itu akan diresmikan pada peringatan Hari Kemerdekaan Ukraina, 24 Agustus. ”Menjelang Hari Bendera Nasional Ukraina dan Hari Kemerdekaan, kami akan dapat menyenangkan rakyat Ukraina dengan elemen penting dan perlu di masa konfrontasi ini, dalam perjuangan ideologis melawan musuh,” kata Karandeiev.
Patung yang terbuat dari baja itu digambar oleh pematung Rusia, Yevgeny Vuchetich. Dalam proses pembuatannya, Vuchetich wafat pada 1974. Proyek ini diteruskan oleh Vasyl Borodai, seorang pematung Ukraina. Patung yang merupakan bagian dari kompleks Perang Dunia II ini diresmikan pada 1981.
Upaya untuk menghapus masa lampau Ukraina yang dikaitkan dengan Uni Soviet sudah berlangsung sejak 2015, seusai aneksasi Crimea oleh Rusia. Sebagian besar simbol Soviet dan Partai Komunis dilarang di seluruh Ukraina. Akan tetapi, pelarangan ini belum menyentuh Museum Perang Dunia II.
Penghapusan simbol-simbol Soviet di seantero Ukraina, termasuk dari patung tersebut, didukung oleh rakyat Ukraina. Sekitar 85 persen warga Ukraina, menurut jajak pendapat yang dilakukan Kementerian Kebudayaan Ukraina, tahun lalu, mendukung penghapusan lambang palu dan arit dari patung itu.
Dalam pandangan banyak warga Ukraina, masa lalu Soviet identik dengan imperialisme, penindasan bahasa Ukraina, dan Holodomor—kelaparan buatan yang diakibatkan pemerintahan tangan besi Josef Stalin yang membunuh jutaan orang Ukraina. Parlemen Eropa dan Amerika Serikat menyatakan hal itu sebagai tindakan genosida.
Pergeseran budaya ke identitas diri Ukraina yang lebih kuat dalam beberapa tahun terakhir disertai dengan kecenderungan politik ke Barat adalah salah satu hal yang membuat berang Presiden Rusia Vladimir Putin. Hal ini juga salah satu yang mendasari pembenarannya untuk menginvasi Ukraina.
Laman Museum Nasional Ukraina menyebut pencopotan berbagai lambang yang menyimbolkan hubungan dengan masa lalu Uni Soviet adalah bagian dari kedaulatan, kemerdekaan dan kebebasan Ukraina.
”Bersama dengan lambang (pemasangan lambang trisula), kami membuang penanda yang mengikat kami dengan ’ruang pasca-Soviet’. Kami bukan ’pasca-’, tetapi Ukraina yang berdaulat, merdeka, dan bebas,” sebut pernyataan pada laman pengelola Museum Nasional Ukraina.
Sementara itu, konferensi perdamaian yang berlangsung di Jeddah, Arab Saudi, akhir pekan lalu, diklaim menghasilkan hal positif untuk mendorong perdamaian antara Ukraina dan Rusia. Perwakilan negara yang hadir mendorong terus upaya konsultasi dengan para pihak untuk membuka jalan bagi perundingan perdamaian di tengah skeptisisme Rusia dan semakin gencarnya militer kedua pihak melakukan serangan.
Beberapa pejabat negara Eropa yang hadir dalam pertemuan menyebut para peserta sepakat untuk membentuk kelompok kerja teknis. Di antaranya untuk menangani masalah keamanan pangan global, nuklir dan keamanan lingkungan, bantuan kemanusiaan hingga pembebasan tawanan perang, serta pemulangan kembali anak-anak yang diculik.
Sejumlah pembicaraan juga terus mengupayakan untuk menemukan dasar yang layak bagi pertemuan yang lebih luas, termasuk pertemuan kepala negara. Mengutip laman The Guardian, meski tanggal pertemuan belum dipastikan, akhir 2023 dianggap sebagai waktu yang masuk akal bagi pertemuan yang lebih besar.
Tidak dijelaskan apakah yang dimaksud pertemuan kepala negara itu adalah pertemuan antara Presiden Putin dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy atau pertemuan di antara kepala-kepala negara pemimpin pemerintahan negara peserta konferensi perdamaian di Jeddah.
Kepala Staf Kepresidenan Ukraina, Andriy Yermak, menyebut pertemuan itu sebagai sebuah hal yang positif dan produktif karena Kyiv bisa mempresentasikan 10 prinsip utama perjanjian damai versi negara mereka. Sementara dalam pandangan Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Ryabkov, pertemuan itu sia-sia belaka. Ia menilai bahwa pertemuan itu tidak lebih sebagai bagian dari upaya negara-negara Barat untuk memobilisasi negara-negara Global Selatan mendukung Ukraina. (AP/AFP/REUTERS)