Pertempuran Laut Hitam Kian Membara, ”Drone” Ukraina Hantam Tanker Rusia
Pesawat nirawak Ukraina, yang mengangkut bahan peledak seberat 450 kilogram, menghantam kapal tanker Rusia di Laut Hitam. Laut Hitam kini menjadi arena pertempuran utama antara Ukraina dan Rusia.
Oleh
MUHAMMAD SAMSUL HADI
·4 menit baca
KYIV, SABTU — Pesawat nirawak (drone) Ukraina menghantam sebuah kapal tanker Rusia di Laut Hitam, dekat Crimea, Jumat (4/8/2023) malam. Ini serangan besar kedua di arena pertempuran laut dengan pesawat nirawak dalam sehari. Laut Hitam kini menjadi arena pertempuran laut yang semakin membara sejak Rusia menyerang Ukraina, Februari 2022.
Serangan pesawat nirawak Ukraina ke kapal tanker Rusia itu dikonfirmasi oleh pejabat Rusia, Sabtu (5/8/2023). Jalannya serangan terekam dalam video yang beredar di media sosial.
Sebelumnya, juga di hari Jumat, Ukraina menyerang pelabuhan komersial Rusia, Novorossiysk, sekitar 110 kilometer sebelah timur Crimea. Lalu lintas maritim sempat terhenti akibat serangan itu. Ini kali pertama dalam hampir 18 bulan sejak perang Ukraina meletus, pelabuhan komersial Rusia menjadi target serangan.
Pelabuhan Novorossiysk juga berfungsi menjadi pangkalan Angkatan Laut Rusia, galangan kapal, dan terminal minyak. Pelabuhan tersebut menjadi salah satu pelabuhan utama untuk ekspor. Serangan-serangan itu menyusul serangan Rusia terhadap pelabuhan-pelabuhan Ukraina setelah hampir tiga pekan Moskwa menarik diri dari kesepakatan ekspor gandum.
”Tanker SIG… terlubang pada bagian ruang mesin dekat pipa air di sisi kanan, diperkirakan akibat serangan pesawat nirawak di laut,” kata Badan Transportasi Laut dan Sungai Federal Rusia melalui saluran Telegram mengenai serangan terhadap kapal tanker Rusia itu.
Media Rusia melaporkan, kapal SIG tengah mendekati Selat Kerch—penghubung antara Laut Hitam dan Laut Azov—saat tanker itu dihantam pesawat nirawak Ukraina. Mengutip sumber yang tak disebutkan identitasnya, kantor berita Ukraina, Interfax, menyebut bahwa Angkatan Laut Ukraina berada di balik serangan pesawat nirawak di wilayah perairannya.
Badan Transportasi Laut dan Sungai Federal Rusia menyebutkan, serangan berlangsung sekitar pukul 23.20, Jumat malam waktu setempat, di selatan Selat Kerch. Dalam video yang diperoleh kantor berita AFP memperlihatkan detik-detik serangan atas kapal tanker Rusia itu. Terlihat bagian kepala pesawat nirawak mendekati sebuah kapal besar sebelum sambungan gambar video terputus.
Disebutkan, tidak ada korban jiwa pada 11 awak kapal tersebut. Vladimir Rogov, pejabat yang diangkat Kremlin di wilayah pendudukan Zaporizhzhia, menyebutkan bahwa beberapa awak kapal terluka akibat terkena pecahan kaca.
Seorang pejabat pada Badan Keamanan Ukraina (SBU) kepada kantor berita Associated Press (AP) mengonfirmasi bahwa pihaknya berada di balik serangan terhadap tanker Rusia itu. Serangan dilancarkan SBU bekerja sama dengan Angkatan Laut Ukraina. Tanker tersebut diketahui mengangkut minyak untuk pasukan Rusia.
Bahan peledak 450 kg
Pejabat Ukraina lain yang tak mau disebutkan namanya mengungkapkan bahwa pesawat nirawak laut (sea drone) untuk menyerang kapal tanker Rusia itu bermuatan 450 kilogram bahan peledak TNT.
Tanpa menyebut bahwa Ukraina mengklaim tanggung jawab atas serangan tersebut, Vasyl Malyuk, Kepala Badan Keamanan Ukraina, menegaskan bahwa ”operasi khusus itu dilancarkan di wilayah perairan Rusia dan sepenuhnya sah”. Ledakan semacam itu, kata dia, ”masuk akal dan langkah efektif untuk menghadapi musuh”.
Serangan tersebut sempat menghentikan lalu lintas di Jembatan Kerch, jembatan sepanjang 19 kilometer penghubung antara Crimea yang kini dikuasai Moskwa dan daratan Rusia. Kapal-kapal tunda dikerahkan guna memandu tanker Rusia yang terkena serangan.
Kapal tanker Rusia, SIG, saat ini dikenakan sanksi oleh AS karena membantu pengisian bahan bakar bagi jet-jet Rusia yang bertempur di Suriah.
Pejabat Moskwa yang ditempatkan di Crimea menambahkan, saat serangan terhadap tanker SIG berlangsung, Jembatan Crimea tidak ikut menjadi target serangan. Jembatan ini selesai dibangun Rusia pada 2018. Sejak perang Ukraina meletus, jembatan tersebut sedikitnya sudah dua kali menjadi target serangan.
Akibat serangan-serangan tersebut, kehidupan Crimea terdisrupsi beberapa kali. Dalam beberapa pekan terakhir, serangan ke Crimea dilaporkan semakin sering terjadi. Pada Juli 2023, serangan-serangan pesawat nirawak meledakkan tempat penyimpanan amunisi dan merusak sebagian jembatan.
Serangan dan pertempuran di Laut Hitam semakin intens setelah Rusia menarik diri dari kesepakatan ekspor gandum melalui Laut Hitam. ”Tujuan (serangan-serangan) ini adalah untuk memperlihatkan bahwa Ukraina mampu menyerang kapal Rusia mana pun di zona itu,” ujar sumber pejabat keamanan Ukraina kepada AFP, Jumat (4/8/2023).
”Kehadiran armada Rusia di Laut Hitam akan berakhir,” ujar Mykhailo Podolyak, Pembantu Kepresidenan Ukraina, setelah serangan Jumat lalu. (AP/AFP/REUTERS)