Trump Mengklaim Jadi Korban Penganiayaan Lawan Politik
Donald Trump kembali mengaku tidak bersalah untuk kasus upaya membatalkan hasil pemilu AS tahun 2020. Ia merasa menjadi korban penganiayaan lawan politik yang hendak menjegal upayanya maju lagi ke kursi presiden.
Oleh
LUKI AULIA
·5 menit baca
”Tidak bersalah,” kata Presiden Amerika Serikat ke-45 Donald Trump dengan wajah muram. Ia berdiri dengan tangan terkulai di hadapan Hakim Federal Moxila Upadhyaya, Kamis (3/8/2023). Trump menyatakan dirinya tidak bersalah atas semua tuduhan yang menyebut ia berupaya membatalkan hasil pemilu Amerika Serikat tahun 2020.
Ketika hakim membacakan setiap kasus gugatan, Trump duduk diam tak bergerak dan mendengarkan penuh perhatian. Sesekali ia tampak menggeleng-gelengkan kepala dan kedua tangan bersedekap.
Sidang yang berlangsung selama setengah jam itu hanya bersifat prosedural. Namun, tim pembela Trump sudah menyiapkan argumen bahwa mereka membutuhkan waktu untuk mempelajari kasus-kasus hukum Trump. Sementara jaksa penuntut meminta agar proses sidang Trump segera dilakukan ”tanpa penundaan”.
Trump (77) tiba di ruang sidang sebelum pukul 16.00 waktu setempat dengan mengenakan dasi merah yang menjadi ciri khasnya. Di dalam ruangan sidang, ada Jack Smith, musuh bebuyutan Trump yang menjadi jaksa khusus yang bertanggung jawab atas penyelidikan federal terhadap Trump.
Smith dan Trump duduk terpisah sejauh 5 meter. Sesekali Trump melirik Smith. Selama menunggu hakim masuk ke ruangan sidang, Smith menatap tajam ke arah Trump. Sementara Trump tampak menghindari tatapan Smith dan sibuk berbicara dengan pengacaranya.
Setelah sidang berakhir, Trump meninggalkan ruang sidang. Beberapa menit kemudian, di depan wartawan, sebelum naik ke pesawat pribadinya, Trump menggambarkan dirinya sebagai korban ”penganiayaan lawan politik” pada ”hari yang sangat menyedihkan” bagi AS ini.
Ini sudah ketiga kalinya Trump mengaku tidak bersalah sejak persidangan dimulai pada April lalu. Ia sebelumnya menyatakan diri tidak bersalah atas tuduhan federal bahwa ia menyimpan dokumen rahasia setelah meninggalkan jabatannya. Trump dituduh membahayakan keamanan nasional dengan memegang dokumen nuklir dan pertahanan rahasia setelah meninggalkan Gedung Putih.
Ia menyimpan arsip-arsip, termasuk catatan dari Pentagon, Badan Intelijen Pusat (CIA), dan Badan Keamanan Nasional, tanpa jaminan di rumahnya di Mar-a-Lago, Florida. Ia juga menggagalkan upaya resmi untuk mengambil kembali dokumen-dokumen itu.
Trump awalnya didakwa dengan 31 dakwaan ”retensi informasi pertahanan nasional yang disengaja”, masing-masing dapat dihukum hingga 10 tahun penjara. Hitungan tambahan dibuat pada pekan lalu. Ia juga menghadapi tuduhan konspirasi untuk menghalangi keadilan, membuat pernyataan palsu, dan pelanggaran lain. Sidang untuk kasus ini akan digelar pada 20 Mei 2024 saat puncak kampanye kepresidenan.
Trump menyangkal tuduhan Negara Bagian New York bahwa ia memalsukan dokumen sehubungan dengan pembayaran uang tutup mulut kepada bintang porno Stormy Daniels, Maret lalu. Jaksa penuntut mengatakan, uang itu dibayarkan sebelum pemilu 2016 untuk membungkam Daniels yang mengaku berkencan dengan Trump pada 2006, setahun setelah Trump menikah dengan Melania.
Di akhir kampanye, pengacara Trump, Michael Cohen, mengatur pembayaran suap 130.000 dollar AS (sekitar Rp 1,9 miliar) kepada Daniels sebagai imbalan atas janji tutup mulutnya. Sidang terkait 34 tuduhan kejahatan yang ditimpakan kepada Trump akan dimulai pada Maret 2024, tepat di tengah musim pemilihan bakal calon presiden AS di Partai Republik.
Pada kasus terkait pemilu kali ini, dalam berkas dakwaan setebal 45 halaman, Smith menuduh Trump dan sekutunya menyebarkan klaim palsu bahwa pemilu telah dicurangi, menekan pejabat negara bagian dan federal untuk mengubah hasil pemilu, dan menyusun daftar pemilih palsu. Ini diduga sebagai upaya Trump untuk mencoba merebut suara elektoral dari Joe Biden, kini Presiden AS.
Trump menghadapi empat dakwaan, termasuk konspirasi untuk menipu AS, mencabut hak pilih warga negara, dan menghalangi proses resmi. Untuk tuduhan paling serius, ancaman hukumannya penjara maksimal 20 tahun. Sidang selanjutnya untuk kasus pemilu diagendakan pada 28 Agustus di hadapan Hakim Distrik Tanya Chutkan.
Trump kemungkinan akan menghadapi lebih banyak dakwaan di Negara Bagian Georgia karena sedang diselidiki dugaan upaya dia membatalkan pemilu di daerah itu. Bukti yang memberatkan Trump adalah adanya panggilan masuk telepon yang direkam ketika Trump meminta Sekretaris Negara Bagian Georgia pada waktu itu untuk mencari suara lagi demi membalikkan hasil pemilu.
Jaksa Wilayah Atlanta Fani Willis akan mengajukan berkas dakwaan sekitar pertengahan Agustus. Trump juga dinyatakan bertanggung jawab dalam kasus perdata atas pelecehan seksual dan pencemaran nama baik mantan kolumnis majalah AS, E Jean Carroll, pada tahun 1996 dan diperintahkan membayar uang ganti rugi 5 juta dollar AS (Rp 76 miliar).
Trump membantah semua tuduhan yang ditujukan kepadanya. Untuk saat ini, Trump dibebaskan tanpa pembatasan perjalanan. Salah satu syarat pembebasannya adalah ia tidak boleh membicarakan kasus-kasus yang membelit dirinya dengan saksi mana pun, kecuali didampingi pengacaranya. Trump menganggap semua dakwaan terhadap dirinya itu seperti perburuan penyihir (witch-hunt) atau upaya menghukum orang yang disalahkan atas sesuatu dan sering kali hanya karena pendapatnya dan bukan karena benar-benar melakukan kesalahan.
Masalah hukum yang mendera Trump tidak akan banyak merusak statusnya sebagai kandidat terdepan Partai Republik. Masih ada 47 persen pemilih Republik yang menyatakan akan tetap mendukung Trump. Ini hasil baru jajak pendapat Reuters/Ipsos yang dilakukan pada Selasa-Kamis.
Sebanyak tiga perempat anggota Partai Republik setuju tuduhan terhadap Trump itu bermotif politik. Namun, ada juga 35 persen responden yang menyatakan tidak akan memilih Trump jika ia akhirnya dihukum karena kejahatan-kejahatannya.
Jajak pendapat ini setidaknya menggarisbawahi potensi risiko keterikatan hukum yang ditimbulkan untuk pencalonan Trump. Sebagian besar anggota Partai Republik yang terkemuka, termasuk beberapa orang yang bersaing dengan Trump untuk ke Gedung Putih, ikut membela Trump.
Akan tetapi, mantan Wakil Presiden Mike Pence yang juga mengajukan diri sebagai calon presiden dari Partai Republik adalah salah satu dari sedikit Republikan yang mengkritik Trump. ”Siapa pun yang menempatkan dirinya di atas konstitusi tidak bisa menjadi presiden,” kata Pence, Selasa lalu. (REUTERS/AFP/AP)