Biasanya, para pemilih akan meninggalkan politisi yang telah didakwa melakukan pelanggaran hukum, apalagi sampai merusak citra demokrasi. Namun, yang terjadi sebaliknya dengan Donald Trump. Banyak yang masih memujanya.
Oleh
MAHDI MUHAMMAD
·4 menit baca
Dikepung berbagai macam penyelidikan, termasuk soal dugaan menyimpan dokumen rahasia milik pemerintah federal, mantan presiden Amerika Serikat Donald Trump masih mampu menghibur dirinya sendiri. Sebuah hal membesarkan hatinya : dukungan terhadap dirinya yang luar biasa.
“Saya satu-satunya orang yang pernah didakwa dan menjadi lebih populer,” kata Trump, percaya diri.
Setelah kalah dalam pemilihan umum November 2020 dari Joe Biden, yang didukung Partai Demokrat, Trump tidak tinggal diam. Dia menyebut dirinya lebih unggul dalam perolehan suara dan mengklaim telah terjadi kecurangan dalam pemungutan suara. Klaim-klaim itulah yang kemudian terus digaungkannya hingga jelang pengumuman hasil pemilu di Gedung Capitol, 6 Januari 2021, yang akhirnya berubah menjadi kerusuhan.
Salah satu pemicunya adalah rekaman pidato Trump di kalangan pendukung garis keras, beberapa saat sebelum penyerbuan ke Gedung Capitol terjadi.
Ssbanyak 37 dakwaan kini disiapkan jaksa penuntut negara terhadap Trump. Trump diduga melanggar UU Antispionase, merintangi proses hukum, hingga kejahatan dalam pengelolaan berkas dan dokumen negara. Akan tetapi, Trump tetap bisa tersenyum.
Ya. Hasil jajak pendapat New York Times/Siena College memperlihatkan bahwa Trump memiliki peluang sangat besar untuk mengalahkan pesaingnya Gubernur Florida Ron DeSantis untuk memperoleh tiket pencalonan presiden dari Partai Republik. Selisih 37 persen dengan pesaing terkuatnya, DeSantis, membuat Trump sangat pecaya diri.
Angka keunggulan Trump dibanding kandidat pesaing terus meningkat, dari 16 persen menjadi 37 persen sepanjang empat bulan terakhir. Padahal, dalam periode tersebut, Trump sempat dikenai dakwaan memalsukan catatan bisnis di Manhattan. Pada periode itu pula, juri pengadilan perdata menemukan bukti yang kuat bahwa dia telah melakukan pemerkosaan pada seorang penulis di New York. Dia juga dipidana atas puluhan pelanggaran peraturan federal, termasuk cara dia menangani dokumen rahasia negara yang dinilai sembrono.
“Ketika kami memasuki tahap debat pada 23 Agustus nanti, kandidat terdepan akan dibebaskan dengan jaminan di empat yurisdiksi yang berbeda, yaitu Florida, Washington, Georgia dan New York,” kata Chris Christie, salah satu kandidat bakal calon presiden pesaing Trump.
Salah satu yang dinilai menyumbang semakin besarnya jarak dukungan antara DeSantis dan Trump adalah publikasi yang buruk oleh DeSantis itu sendiri. Sementara kecintaan para pendukung Trump adalah 39,4 peren, persis sama dengan angka dukungannya ketika dia untuk pertama kali didakwa.
Analis menilai hasil jajak pendapat NY Times/Siena College memperlihatkan Trump memiliki daya tarik abadi karena pesan-pesannya yang populis di antara warga kelas pekerja atau kerah biru AS.
“Isu-isu seperti perdagangan multilateral, pembukaan perbatasan, perang yang berkelanjutan hingga globalisasi membuat banyak kelas pekerja di AS kehilangan pekerjaan dan masa depan yang suram. Trump menyuarakannya. Pendukungnya melihat sebagai sosok pendobrak yang tidak terikat pada kelompok elit yang sudah mengakar dan memberi ruang pada rakyat untuk punya kesempatan hidup lebih baik,” kata Michael J O’Neill, seorang penasihat pada lembaga Landmark Legal Foundation yang dikenal konservatif.
Sementara, dalam pandangan David Greenberg, profesor sejarah di Universitas Rutgers, ikatan Trump dan loyalisnya bisa terjadi karena adanya musuh bersama, termasuk sistem peradilan.
"Jadi ketika dia didakwa, bagi mereka itu hanya bukti bahwa orang mereka, sosok yang dielu-elukan, menjadi sasaran kekuatan yang pada dasarnya tidak mereka percayai," kata Greenberg.
Dalam sejarah AS, mungkin Trump adalah sosok presiden yang paling banyak berurusan dengan hukum usai memerintah. Dimakzulkan dua kali oleh DPR, waktu-waktu terakhir Trump meninggalkan Gedung Putih pun diliputi dengan hal-hal yang, dalam pandangan politik pada umumnya, memalukan.
Setelah dia meninggalkan Gedung Putih, banyak orang-orang dekatnya dijatuhi hukuman karena melakukan tindak pidana berat, mulai dari ketua dan wakil ketua tim kampanyenya, penasihat keamanan nasional dan dua penasihat kebijakan luar negeri hingga pengacara pribadinya. Perusahaannya juga tak luput dari masalah. Trump Organization dihukum dengan tuduhan penipuan pajak. Allen Weisselberg, orang yang dipercaya mengelola keuangan usahanya mengakui tindakan penipuan pajak hingga pemalsuan catatan bisnis.
Trump sendiri juga bermasalah. Juri dalam sebuah gugatan perdana pada Mei lalu dinyatakan telah memperkosa E Jean Carroll, seorang penulis di New York, pada 1990an. Dia juga telah dituduh oleh lebih dari 20 perempuan melakukan dugaan kekerasan seksual.
Pemakzulan Trump sendiri terkait dengan dugaan upaya kecurangan saat pemilu, November 2020. Yang pertama adalah saat dia diketahui telah menahan bantuan militer penting dari Ukraina karena dia menuntut hal itu menggali keburukan Biden. Lainnya adalah karena menghasut pemberontakan untuk mencegah kemenangan Biden disahkan oleh Senat di Gedung Capitol, 6 Januari 2021.
Beberapa Demokrat memujinya karena mampu memutarbalikkan fakta dan meyakinkan jutaan pemilih Republikan bahwa dia menjadi korban “perburuan penyihir" tanpa akhir oleh Biden dan Partai Demokrat.
"Trump telah melakukan pekerjaan yang sangat baik tidak hanya mengendalikan narasi, tetapi tetap berada di depannya. Dia secara konsisten mengatakan kepada para pendukungnya bahwa dia diserang secara tidak adil dan bahwa tuduhan apa pun adalah kebohongan yang bertujuan untuk menjatuhkannya. Mereka percaya apa yang dia katakan karena dakwaannya hanya menambah narasi itu.,” kata ahli strategi pemilu Demokrat Amani Wells-Onyioha. (AFP)