Lawatan Kissinger, Simbol Benci tetapi Rindu AS-China
Keretakan hubungan AS-China berdampak buruk pada dunia. Beijing-Washington sebenarnya menyadari isu itu dan berusaha menyelesaikannya. Salah satu indikasinya adalah lawatan beruntun para pejabat AS ke China.
Oleh
KRIS MADA
·5 menit baca
Pemerintah China kembali menunjukkan hasrat terus berhubungan dengan Amerika Serikat. Beijing siap menyambut hangat warga AS yang berhubungan dengan China. Di sisi lain, Beijing akan sedingin salju kepada orang-orang dinilai terus menebar permusuhan terhadap China.
Pesan itu ditunjukkan lewat kunjungan dua mantan Menteri Luar Negeri AS, John Kerry dan Henry Kissinger. Kerry datang pada Senin (17/7/2023). Kissinger tiba pada Kamis (20/7/2023). Perdana Menteri China Li Qiang dan Direktur Komisi Pusat Kebijakan Luar Negeri (CFAC) Partai Komunis China Wang Yi menemui Kerry. Wang dan Menteri Pertahanan China Li Shangfu juga menemui Kissinger. Presiden China Xi Jinping menemui Kissinger setelah bertemu dengan Wang dan Li.
Sebelum mereka, pejabat AS yang ke China adalah Menteri Keuangan Janet Yellen dan Menlu Antony Blinken. Pejabat tertinggi China yang menemui Yellen adalah Wakil PM China He Lifeng. Sementara Blinken akhirnya bertemu Xi menjelang meninggalkan China. Pertemuan dengan Xi sama sekali tidak ada dalam jadwal lawatan Blinken ke China.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri AS, Matthew Miller, mengatakan, Kissinger tidak mewakili Pemerintah AS. Meski demikian, Kissinger rutin menjelaskan kepada Pemerintah AS soal hubungannya dengan China. Bisa saja Kissinger akan menjelaskan hasil lawatannya ke China kali ini.
Juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS, John F Kirby, mengatakan, Pemerintah AS tahu lawatan Kissinger sebelum kunjungan terjadi. Walakin, ia menyesalkan keputusan China untuk lebih menerima pihak-pihak di luar Pemerintah AS. ”Sangat disayangkan warga biasa bisa bertemu dan berkomunikasi dengan menteri pertahanan yang tidak bisa dihubungi Pemerintah AS,” ujarnya.
Sejak menjabat, Li tidak mau berkomunikasi dengan Menhan AS Lloyd Austin. AS telah melakukan berbagai cara agar Austin-Li bisa saling berbicara. Walakin, Li yang masuk dalam daftar sanksi AS sejak 2018 itu tetap menolak berbicara dengan Austin. ”Kami akan terus mengupayakan komunikasi itu,” kata Kirby.
Pesan dan kesengajaan
Mantan analis China pada Badan Pusat Intelijen AS (CIA), Dennis Wilder, menyebut, China sengaja memamerkan lawatan Kissinger. ”China sengaja menerima orang-orang yang diduga akan mengubah pendapat di Washington soal China,” katanya.
Pengajar pada Nanjing University, Zhu Feng, mengatakan, memengaruhi pendapat di AS adalah satu fokus upaya China. ”Beijing gelisah soal cara mendekati elite politik AS. Beijing ingin membujuk elite itu mengurangi tekanan pada China,” ujarnya.
Adapun pengajar pada National University of Singapore, Alfred Wu, mengatakan, amat banyak simbol ditunjukkan China kala menerima orang-orang dari AS. ”Xi Jinping mau bertemu para pendukung China,” ujarnya kepada BBC.
Kala bertemu Blinken, Xi memosisikan diri sebagai pemimpin tertinggi. Ia duduk di ujung meja, sementara orang lain duduk di sisi lain. Sementara kala menerima Kissinger, Xi memilih duduk setara di kursi yang dipisahkan meja kecil. ”China sangat mahir membentuk narasi dan cara pandang,” ujar Wu.
Model kursi dan meja yang dipakai Xi kala menjamu Kissinger mirip dengan yang digunakan saat menerima Presiden Perancis Emmanuel Macron. Susunan kursi dan mejanya menggambarkan kedekatan, kesetaraan. Sambutan itu akan diberikan kepada mereka yang mau menganggap China setara.
Teman lama
Xi menyebut Kissinger sebagai teman lama. Hubungan China-AS, menurut Xi, selamanya tidak akan bisa dilepaskan dari nama Kissinger. Kissinger merupakan pejabat tinggi pertama AS yang menyambangi China pada 1971. Lawatan itu membuka babak baru hubungan AS-China.
Dalam kunjungan tahun 1971, Kissinger disambut di Wisma Negara Diaoyutai. Wisma itu kembali dipakai kala Xi menjamu Kissinger pekan ini. Pemilihan lokasi pertemuan menunjukkan upaya China menggambarkan kedekatan dengan pihak tertentu. Biasanya, China menerima tamu negara di Balai Agung Rakyat. Ruangan besar di balai menghasilkan jarak antara tuan rumah dan tamu. Sementara ruangan lebih kecil di Wisma menghadirkan kesan kedekatan.
Diksi dalam percakapan juga menunjukkan kedekatan. Selain kepada Kissinger, Xi menggunakan istilah ”teman” untuk menyebut pendiri Microsoft Bill Gates. Kehangatan pun ditunjukkan China kala menyambut Elon Musk dan sejumlah jutawan atau pebisnis utama AS.
Direktur Kajian China pada University of Denver Suisheng Zhao menyebut, pertemuan Xi-Kissinger menambah bukti bahwa hubungan AS-China lewat jalur tidak resmi semakin penting. Pertemuan dengan Kissinger dan para pebisnis AS menunjukkan China mau menekankan pentingnya hubungan ekonomi AS-China. Dengan menunjukkan sikap dingin pada pejabat AS, China mengisyaratkan bahwa ketegangan diplomatik bisa merusak kedekatan hubungan ekonomi kedua negara.
Peneliti pada Chinese Academy of Social Sciences, Lü Xiang, menyebut, keretakan hubungan AS-China berdampak buruk pada dunia. Beijing-Washington sebenarnya menyadari isu itu dan berusaha menyelesaikannya. Salah satu indikasinya adalah lawatan beruntun para pejabat AS ke China.
Masalahnya, seperti disampaikan Kissinger pada Desember 2022, AS kerap kali memulai pembicaraan dengan cara yang salah. AS selalu menuding China berperilaku tidak tepat. Pembicaraan yang dimulai dengan cara itu tidak akan menghasilkan apa-apa.
”Washington menyatakan siap meredakan ketegangan. Masalahnya, setiap kali pernyataan dibuat justru malah diikuti aneka tindakan yang menunjukkan niat meningkatkan ketegangan. Menambah tarif bea masuk, membatasi perdagangan, sampai masalah Taiwan. China tidak berharap AS membereskan semua isu sekaligus. China hanya berharap setidaknya AS membuktikan satu saja tindakan yang menunjukkan niat berbaikan,” tutur Lu kepada Global Times.
Lu menyebut, hubungan AS-China terlalu penting untuk dibiarkan hancur. Karena itu, meski senantiasa terlihat tegang, Beijing-Washington sebenarnya terus mencari cara untuk memulihkan hubungan. Hanya, upaya itu belum berhasil sampai sekarang. Hubungan Beijing-Washington kini bagaikan bernuansa benci tetapi rindu. (AFP/REUTERS)