Stabilitas Kawasan Akan Dominasi Pertemuan Para Menlu ASEAN
Sejumlah agenda akan mewarnai pertemuan para menteri luar negeri ASEAN pekan depan di Jakarta. Stabilitas keamanan menjadi isu pokok.
Oleh
MAHDI MUHAMMAD
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pertemuan tingkat menteri luar negeri Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara (ASEAN) masih akan dilingkupi suasana rivalitas tinggi di antara negara adidaya, tidak hanya secara ekonomi, tetapi juga militer-keamanan. Situasi ini jauh dari harapan ASEAN bahwa setelah pandemi mereda, pemulihan ekonomi akan berjalan baik.
Pertemuan tingkat menlu ASEAN (AMM) akan digelar di Jakarta mulai pekan depan. Indonesia sebagai tuan rumah AMM menekankan pentingnya stabilitas keamanan dan perdamaian di kawasan. Dengan demikian, negara-negara anggota ASEAN bisa segera membawa perekonomian mereka pulih dan memberi kesejahteraan bagi rakyatnya.
Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi dalam pertemuan dengan media di Jakarta, Jumat (7/7/2023), mengatakan, rivalitas seperti ini masih sangat terasa di dalam berbagai pertemuan multilateral dan internasional. Dalam situasi itu, sangat penting bagi ASEAN untuk memperkuat soliditas dan persatuan agar bisa memainkan peran sentral. ”Dengan sentralitas itu, ASEAN bisa memainkan peran menjaga perdamaian dan stabilitas di kawasan,” katanya.
Untuk mendorong peran ASEAN yang lebih kuat dan bermakna dalam menjaga stabilitas, perdamaian, dan ketahanan ekonomi di Asia Tenggara, Retno mengatakan, ASEAN harus mengedepankan beberapa hal dalam pertemuan nanti. Ini mencakup penguatan dan penegakan prinsip-prinsip Piagam ASEAN dan berbagai kode perilaku, penguatan Confidence Building Measures (CBM), mendorong negara-negara pemilik persenjataan nuklir (NWS) untuk mengaksesi protokol traktat Zona Bebas Senjata Nuklir Asia Tenggara, penyelesaian panduan untuk percepatan penyelesaian kode perilaku di Laut China Selatan, serta menyelesaikan pembentukan Pandangan Maritim ASEAN.
Selain itu, ASEAN juga akan lebih aktif mengikutsertakan negara-negara Kepulauan Pasifik Selatan melalui Forum Kepulauan Pasifik (PIF) dan Aosisasi Negara-negara Samudra Hindia (IORA). Upaya-upaya itu, menurut Retno, nantinya akan dirundingkan oleh para pejabat senior pemerintah negara-negara ASEAN yang sudah memulai rangkaian pertemuan pada Sabtu (8/7/2023). Diharapkan pada akhir pertemuan para menteri, ada 12 dokumen yang dihasilkan.
”Negosiasi masih terus berjalan sampai saat ini dan tentu akan terus berlanjut sampai pertemuan berlangsung, termasuk komunike bersama para menlu ASEAN yang merefleksikan perkembangan kerja ASEAN, prioritas kerja sama ke depan, dan isu-isu kawasan serta global yang menjadi perhatian,” kata Retno.
Direktur Jenderal Kerja Sama ASEAN Sidharto R Suryodipuro mengatakan, pembicaraan dengan negara-negara pemilik senjata nuklir terus dilakukan setelah pendekatan agar mereka menandatangani traktat Zona Bebas Senjata Nuklir Asia Tenggara (SEANWFZ) sejak tahun 2012 belum mengalami kemajuan. ”Ini tengah dicoba untuk dimulai lagi,” katanya.
Meski ada dorongan dari Indonesia sebagai Ketua ASEAN kepada negara-negara pemilik senjata nuklir untuk menandatangani SEANWFZ, Sidharto menyebutkan, tidak ada pembahasan secara khusus mengenai kerja sama militer Australia, Inggris, dan Amerika Serikat (AUKUS).
Rangkaian kegiatan AMM
Retno juga menjelaskan sejumlah kegiatan yang akan berlangsung pada AMM/PMC (Post Ministerial Conference) pekan depan. Selama empat hari, para menteri luar negeri akan melakukan 18 pertemuan, termasuk agenda pertemuan ASEAN+3 (APT), KTT Asia Timur (EAS), dan Forum Regional ASEAN (ARF). Selain itu, akan ada pertemuan trilateral yang melibatkan Ketua ASEAN dan Sekretariat ASEAN dengan Pemerintah Norwegia dan Turki.
Retno mengatakan, sejauh ini Kementerian Luar Negeri telah menerima kepastian kehadiran 29 menteri luar negeri negara-negara mitra ASEAN. Salah satunya adalah Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov.
Kepastian mengenai kehadiran Lavrov juga disampaikan Kedutaan Besar Rusia di Jakarta, Kamis (6/7/2023). Melalui kanal Telegram Kedutaan Besar Rusia, Lavrov disebutkan akan hadir pada 13-14 Juli pada kegiatan ARF dan EAS.